Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Cerita Rakyat sebagai Pembentuk Karakter Anak di Era Digital

2 Desember 2024   11:10 Diperbarui: 2 Desember 2024   12:34 135 0

Pernahkah Anda berpikir, bagaimana cerita rakyat yang dulu sering kita dengar saat kecil mampu membentuk karakter anak-anak? Di masa kecil, mendongeng menjadi tradisi yang lekat dengan kehidupan sehari-hari, memberikan pelajaran berharga melalui kisah-kisah penuh makna. Namun, di era digital seperti sekarang, apakah dongeng masih memiliki tempat di tengah gempuran teknologi dan gadget?

Para ahli berpendapat bahwa masa kanak-kanak adalah periode emas (the golden ages) dalam perkembangan anak, di mana imajinasi mereka berkembang pesat dan rasa ingin tahu berada pada puncaknya. Mendongeng bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang penting. Sayangnya, tradisi ini semakin terpinggirkan. Lantas, bagaimana peran cerita rakyat dalam membentuk karakter anak di tengah tantangan era modern? Apakah dongeng bisa kembali menjadi bagian penting dalam pola asuh masa kini?

Di zaman sekarang, tradisi mendongeng kepada anak-anak semakin jarang dilakukan oleh para orang tua. Sebuah survei yang dilakukan oleh Disney di Inggris menunjukkan bahwa hanya sekitar sepertiga orang tua yang masih menyempatkan diri membacakan cerita sebelum tidur untuk anak-anak mereka. Penelitian ini melibatkan 1.000 orang tua dan kakek-nenek yang memiliki anak atau cucu berusia di bawah enam tahun. Hasilnya, mayoritas orang tua merasa tidak memiliki cukup waktu untuk mendongeng. Banyak yang mengaku kelelahan setelah seharian bekerja, ditambah beban pekerjaan rumah tangga yang juga harus diselesaikan.

Lebih dari itu, dua pertiga responden percaya bahwa teknologi modern telah menggantikan tradisi mendongeng yang dulu begitu lekat dengan kehidupan keluarga. Jika kondisi ini terus berlangsung, besar kemungkinan anak-anak masa kini akan semakin jauh dari nilai-nilai moral, etika, dan akhlak yang baik.

Cerita Rakyat adalah salah satu bentuk karya sastra yang menyajikan cerita fiktif atau tidak nyata. Meski bersifat menghibur, dongeng juga sarat dengan pesan moral yang bisa dipetik dari kisah-kisahnya. Dari definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat bukan sekadar cerita untuk menghibur, tetapi juga menjadi media pembelajaran nilai-nilai budi pekerti yang berharga bagi pembacanya.

Cerita rakyat merupakan warisan budaya yang sarat dengan ajaran moral dan nilai-nilai luhur, mencerminkan kepribadian dan budaya suatu bangsa. Setiap daerah memiliki cerita rakyatnya sendiri, yang meskipun beragam dalam cara penyampaian dan latar budayanya, tetap mengandung pesan-pesan mendalam. Menariknya, beberapa cerita rakyat dari daerah yang berbeda sering kali memiliki tema yang serupa. Misalnya, legenda Candi Prambanan yang mengisahkan Roro Jonggrang memiliki kesamaan tema dengan legenda Candi Jago dari Malang. Begitu pula, cerita Malin Kundang dari Sumatra memiliki kemiripan dengan kisah "Batu Menangis" dari Kalimantan, di mana keduanya berpusat pada tema anak yang durhaka dan tidak mengakui orang tuanya.

Jika dianalisis lebih mendalam, cerita-cerita tersebut menyampaikan pesan moral yang universal, yaitu pentingnya sikap hormat dan kasih sayang seorang anak terhadap orang tua, tanpa memandang perbedaan status atau kondisi. Pelanggaran nilai-nilai tersebut, sebagaimana digambarkan dalam cerita Malin Kundang yang berubah menjadi batu dan tokoh gadis dalam "Batu Menangis" yang kakinya membatu akibat kutukan ibunya, menjadi pengingat akan konsekuensi buruk dari perilaku sombong dan tidak hormat. Dengan demikian, cerita rakyat dapat menjadi media yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur dan membangun karakter anak. Berikut adalah beberapa manfaat cerita rakyat dalam proses pembentukan karakter anak.

  • Mengajarkan Budi Pekerti pada Anak. Cerita rakyat mengandung berbagai nilai luhur yang mencerminkan ajaran moral, termasuk nilai-nilai budi pekerti yang dapat membantu membentuk karakter anak. Ketika dikaji dari sisi moral, cerita rakyat mengandung tiga kategori utama nilai moral: nilai moral individual, nilai moral sosial, dan nilai moral religi. Nilai moral individual mencakup aspek-aspek seperti kepatuhan, keberanian, rela berkorban, kejujuran, keadilan, kebijaksanaan, menghormati orang lain, kerja keras, menepati janji, tahu berterima kasih, rendah hati, serta sikap berhati-hati dalam bertindak. Cerita rakyat dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai ini secara implisit kepada anak-anak, sehingga mereka belajar melalui contoh yang ada dalam kisah. Nilai moral sosial dalam cerita rakyat mencakup kerja sama, rasa kasih sayang, sikap suka menolong, kerukunan, memberi nasihat, kepedulian terhadap sesama, dan mendoakan orang lain. Semua ini dapat menjadi landasan pendidikan karakter melalui pesan-pesan yang disampaikan secara halus dalam alur cerita. Selain itu, nilai-nilai moral religi dalam cerita rakyat sering mencerminkan keyakinan pada Tuhan, sikap berserah diri, serta permohonan ampun kepada Tuhan. Pesan-pesan ini mendorong anak untuk memahami dan menghayati nilai-nilai keagamaan secara alami. Dengan memanfaatkan cerita rakyat, nilai-nilai budi pekerti yang berkaitan dengan moral religi dapat ditanamkan secara efektif kepada anak-anak, menciptakan fondasi karakter yang kuat.
  • Membiasakan Budaya Membaca. Budaya membaca pada anak sering kali terbentuk sejak dini melalui kebiasaan yang diberikan oleh orang tua. Salah satu cara efektif untuk memperkenalkan budaya membaca adalah dengan membacakan cerita, seperti dongeng sebelum tidur. Aktivitas ini tidak hanya menjadi momen kebersamaan yang bermakna tetapi juga membangun minat anak terhadap buku dan cerita. Ketika anak terbiasa mendengar berbagai cerita yang dibacakan, rasa ingin tahunya terhadap buku akan tumbuh secara alami. Dengan berjalannya waktu, mereka akan terdorong untuk mencoba membaca sendiri. Kebiasaan ini dapat membantu anak menjadi gemar membaca sejak usia dini, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan kemampuan berpikir kritis, daya imajinasi, dan prestasi belajar di sekolah. Dengan menjadikan cerita rakyat sebagai salah satu materi bacaan, anak-anak tidak hanya mendapatkan manfaat akademik tetapi juga nilai-nilai moral dan budaya yang terkandung di dalamnya, sehingga mendukung perkembangan karakter secara menyeluruh.

Di era digital ini, teknologi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, termasuk bagi anak-anak. Dari usia yang sangat muda, mereka sudah terbiasa dengan gadget yang menawarkan ratusan permainan seru dan interaktif. Melihat gambar-gambar menarik di layar dan mendengar suara-suara yang menyenangkan menjadi hiburan yang sangat mengasyikkan bagi mereka.

Sayangnya, perkembangan teknologi ini juga membawa tantangan baru bagi para orang tua dan pendidik. Dengan berbagai keterbatasan, seperti kurangnya waktu, kreativitas, atau keterampilan, mendongeng yang dulunya menjadi cara efektif untuk mengajarkan nilai-nilai dan membangun imajinasi mulai kehilangan popularitasnya. Anak-anak lebih memilih terpaku pada layar gadget dibanding mendengarkan kisah-kisah penuh pelajaran dari orang tua atau guru mereka.

Tapi sebenarnya, cerita rakyat dan dongeng itu nggak kalah seru, lho, kalau disampaikan dengan cara yang kreatif dan sesuai dengan minat anak zaman sekarang. Bayangkan kalau dongeng bisa dikemas dengan teknologi, seperti melalui aplikasi interaktif atau animasi yang keren anak-anak pasti akan lebih tertarik. Ini adalah tantangan kita bersama untuk menghidupkan kembali tradisi mendongeng di tengah derasnya arus digital. Jadi, yuk, kita jadikan cerita rakyat sebagai bagian penting dalam membentuk karakter anak-anak di era modern ini!

Oleh karena itu, Solusi dari permasalahan untuk mengatasi tantangan di era digital dan mengembalikan cerita rakyat sebagai media pembentukan karakter anak, keluarga dapat berperan aktif dengan menerapkan beberapa langkah strategis. Pertama, orang tua atau anggota keluarga dapat membacakan dongeng kepada anak sebelum tidur atau di waktu luang. Aktivitas ini tidak hanya mempererat hubungan keluarga tetapi juga menjadi momen yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai moral.

Kedua, penting untuk menyediakan buku-buku dongeng di rumah. Dengan adanya koleksi bacaan yang menarik dan sesuai dengan minat anak, mereka akan lebih terdorong untuk membaca secara mandiri.

Ketiga, orang tua dapat mengajukan pertanyaan kepada anak setelah mendengar atau membaca dongeng. Cara ini membantu mengasah pemahaman anak dan memperkuat daya ingat mereka terhadap isi cerita sekaligus nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Terakhir, orang tua bisa mengajak anak ke toko buku dan memberikan kebebasan bagi mereka untuk memilih buku yang disukai, termasuk buku dongeng. Langkah ini tidak hanya meningkatkan minat baca anak, tetapi juga memberi mereka kesempatan untuk belajar membuat pilihan sendiri. Dengan pendekatan yang konsisten dan kreatif, cerita rakyat dapat kembali menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter anak, bahkan di tengah perkembangan teknologi yang pesat.

Pembentukan karakter dengan cerita rakyat tidak hanya di lingkungan rumah namun di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dan menyenangkan. Beberapa langkah yang bisa diterapkan antara lain: (1) mengajak siswa membaca dongeng di perpustakaan sekolah secara rutin, misalnya sekali seminggu, dengan menyediakan koleksi buku dongeng yang menarik; (2) guru membacakan dongeng di depan kelas seminggu sekali untuk menciptakan suasana belajar yang seru dan menyenangkan; (3) memberikan waktu lima menit sebelum pelajaran dimulai untuk siswa membaca dongeng favorit mereka secara mandiri.

Dengan langkah-langkah tersebut, dongeng bisa kembali menjadi bagian penting dalam kehidupan anak-anak di era digital. Cerita rakyat, yang kaya akan pesan moral dan nilai-nilai budi pekerti, dapat menjadi cara yang menyenangkan sekaligus bermakna untuk membentuk karakter anak. 

Baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah, dongeng menciptakan peluang berharga untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang akan menjadi bekal penting bagi anak dalam menghadapi tantangan masa depan. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, mari kita gunakan dongeng sebagai penghubung antara tradisi dan dunia modern, mendampingi anak-anak tumbuh menjadi individu yang bijak dan berkarakter kuat.

Referensi:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun