Mesir
Negeri seribu menara ini terkenal dengan kebudayaannya yang sangat maju dan sangat tua. Bahkan Mesir adalah salah satu pusat peradaban manusia. Agak sulit memisahkan antara Mesir dan Firaun. Setiap kali kita mendengar kata Mesir pasti kita membayangkan Firaun, kalaupun agak melenceng; membayangkan mummy atau pyramid misalnya, yah..ujung-ujungnya firaun juga.
Firaun ini memang saangat-sangat terkenal, hampir semua kitab samawi mengabadikannya, tentu saja disertai dengan hal-hal positip dan negatipnya. Tapi umumnya kita akan selalu membayangkan yang negatipnya.
Apa yang membuat Firaun menjadi sangat kejam dan otoriter....? Kekuasaan atau Power. Karena memiliki kekuasaan yang besar inilah Firaun jadi lupa diri, sampai-sampai ia memproklamirkan bahwa dirinya adalah tuhan. Tapi kebenaran selalu menang, walaupun terkadang butuh waktu dan perjuangan yang sangat berat.
Mubarak
Nah...ini dia Firaun modern. Setelah menggantikan Anwar Sadat, mubarak baik-baik menjalankan kekuasaannya, kemudian menjadi baik, eh...lama kelamaan menjadi kurang baik.
Apa yang melatar belakangi sikap Mubarak ini...? Sekali lagi, Kekuasaan atau Power.
Manisnya kekuasaan telah membuat Mubarak lupa dan selalu merasa benar, dengan segala cara ia ingin melanggengkan kekuasaannya. Bahkan ia telah menyiapkan pewaris tahtanya. Mirip Firaun kan...cuma beda dikit, firaun memiliki musuh abadi yaitu kaum bani Israil, Mubarak..? dia malah menjadi sekutunya, terutama sama mbahnya yaitu Amerika.
Lagi...Kebenaran akan selalu menang. Meskipun butuh waktu hampir 30 tahun plus 18 hari. Akhirnya Mubarak terjungkal dari tahtanya.
Kompasiana
Eiitt...jangan punya pikiran negatip dulu. Begini ceritanya..
Pemberitahuan !
Kami menghapus tulisan Anda karena kompasiana tidak lagi memfalisitasi dan mengakomodir tulisan tentang agama.
Silahkan baca pengumuman admin ini.
Terima kasih
ADMIN
Ini adalah surat peringatan dari Kompasiana tentang tulisan saya "Islam atau Ahmadiyah", yang saya postingkan kemarin 12/2/11. Lantas apa yang melatarbelakangi Kompasiana memberi peringatan ini, lagi-lagi...Kekuasaan atau Power. Lho kok bisa...? Ya iyalah wong dia yang punya rumah, kita-kita ini kan 'tamunya' yang memberi warna dan keramaian dihalamannya. Kalo kira-kira menurut Kompasiana ucapan kita akan menyinggung tetangganya, otomatis kita dimarahin, soalnya kalo diantep bisa menjauhkan hubungan bertetangga. Kita mah enak, cuma tamu.
Tapi...ini ada tapinya.
Kekuasaan atau Power yang dimiliki Kompasiana tentu jauh berbeda dengan yang diatas, yaitu Firaun dan penerusnya Mubarak.
Sebagai salah satu pilar demokrasi, tindakan yang diambil oleh Kompasiana atas tulisan saya adalah TEPAT! Ini yang paling saya suka dari Kompas. Kompas tidak pernah menghujat pribadi, kelompok atau negara dalam setiap tulisannya. Kita masih ingat masa-masa reformasi kemaren, hampir semua media menghujat Soeharto dan gangnya tapi Kompas tidak melakukannya. Ketika semua media memberitakan hal-hal bombastis yang belum jelas kebenarannya, Kompas malah menunggu, sampai semua kebenarannya terungkap dan jelas asal-usulnya.
Oke..lantas apa hubungannya Mesir, Mubarak dan Kompasiana. Sekali lagi, yaitu Kekuasaan atau Power.
Kekuasaan atau Power, jika berada dalam genggaman tangan yang tepat, akan mensejahterkan, memajukan, mencerdaskan dan memberi keindahan serta warna yang sejuk dan terang benderang bagi yang dinaunginya. Inilah yang dimiliki Kompasiana. Semoga Kompasiana selau memegang teguh prinsip dasar ini.
Wassalam