Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Impian Tidak Menyelamatkan

16 Januari 2011   02:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:32 112 0

"(Allah) telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan." (Efesus 2:5)

Mitch Albom, dalam bukunya Satu Hari Bersamamu menceritakan kisah hidup Charley Benetto yang bertemu dengan arwah ibunya selama satu hari. Ia mengalami kecelakaan yang cukup parah, yang membawanya pada dunia antara hidup dan mati.

Kecelakaan ini terjadi pada saat Charley hendak bunuh diri. Pernikahannya gagal. Hari-harinya ditemani minuman keras. Puncak penyesalannya: ia tak diundang dalam pernikahan putrinya. Putrinya menganggap Charley akan membuat kacau; Charley menganggap dirinya tak memiliki arti lagi.

Di awal cerita yang menarik ini, Charley menyatakan bahwa orang-orang mungkin tidak akan pernah mengira dia akan mencoba bunuh diri. Dia dulu sangat terkenal, menjadi pemain baseball yang pernah bertanding dalam event skala besar dan bergengsi, World Series. Pertandingan itu, bagi semua orang pastilah merupakan sebuah "impian yang menjadi kenyataan." Tapi, Charley berpendapat bahwa itu tidak menyelamatkannya. Penyesalannya begitu dalam, dan apa yang membuatnya dikenang di masa lalu, sirna sudah. Ia tertolak. Ia habis.

Kita yang selama ini memiliki impian yang besar, sadarkah kita bahwa ketika kita berhasil mencapainya, itu tidak menyelamatkan kita? Kita harus berjuang mencapai mimpi itu, tapi setelah itu semuanya tercapai -- atau bahkan tidak pernah tercapai -- baiklah kita sadar bahwa pencapaian kita, sehebat apa pun, tak dapat menggantikan jati-diri kita yang sebenarnya: bahwa kita adalah manusia yang perlu Tuhan, anugerah dan kasih -- terus-menerus. ***

"Masa ketika Anda dapat merasakan kehidupan adalah masa di mana Anda merasa dan melakukan segala sesuatu dengan semangat cinta." (Anonymous)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun