ruang bicara tidak cuma di televisi saja.
sekarang ada pengamat politik yang bersuara di Kompasiana, di blog, di socmed, dsb.
sah - sah aja si, karena kebebasan berpendapat dijamin UUD.
yang jadi tidak elok adalah ketika komentator tidak mengikuti kaidah ilmiah dalam berbicara.
1. Berbicara tanpa dasar.
Ini yang paling banyak. hanya sekedar mengomentari situasi politik layaknya ibu - ibu ngomentari sinetron "ih, bungaaaa kamu ngapain si deket - deket sama si kumbang, bego lu ya!"
2. Berbicara (seakan) punya dasar.
Ini terjadi pada orang yang tidak berani mempertanggungjawabkan omongannya sendiri. dengan hanya mengutip Mr.X (who is he? no one knows)
3. Bicara dengan dasar yg salah.
ini agak pinteran ini, landasan teori bahan pembicaraan utama adalah ... MEDIA.
A: KPK menyatakan PDIP partai terkorup !
B: yang bener? kata siapa lu?
A: liat di tvzero
B: ah tvzero dipercaya. bego lu!
sudah dijudge dulu berita dari satu media salah padahal bisa jadi benar, dan media lain benar padahal bisa saja salah. intinya pemberitaan yang tidak imbang membuatnya tidak bisa dijadikan landasan teori.
4. Bicara dgn data yg tidak accountable, verificable.
A : saya yakin partai X punya 1945 anggota yang terkena kasus korupsi !
B : masak sih ?
A : ga percaya? itung saja sendiri !
B : hah?
A : ga mau ngitung kan? ya sudah kau percaya sajaaa....(abdur's style)
ini orang sudah ngasih data yg (?) masih pake maksa lagi -_-'
jadi, kesimpulannyaa...
Let's be smart !!
kalau mau komen politik, mari belajar politik terlebih dahulu.
kalau mau komen hukum, mari belajar hukum terlebiih dahulu.
kalau mau asal komen, mari nonton sinetron saja.
:D