Hari terakhir menjelang liburan, mendadak aku dihadiahi dua buah kartu kredit dari bank penerbit yang berbeda. Rasa senang, bangga dan bingung bersemi di dalam hati. Senang karena bisa menghadirkan apapun yang terlewat dalam benakku, rasa bangga berangkat dari kepercayaan bank terhadap reputasi dan kemampuan financialku, sedangkan perasaan bingung sedang kuajak kompromi agar tidak menganggu rasaa efori yang berlebihan dan tengah membuncah ini. Sejatinya bingung itu berasal dari pikiran betapa mudahnya sebuah bank merekomendasikan kartunya dengan limit besar dan bertubi-tubi.