Saipudin meresapi aroma merdeka dari kamar mewah, tempat istirahatnya separuh dekade terakhir. Bayangan dirinya terpantul jelas di cermin besar, di sudut ruangan. Bayangan itu bersetelan jas hitam, berdasi merah, dan bersepatu kulit mengilap, dan terlihat gagah sebagai pejabat tinggi di satu wilayah kota. Di sampingnya, di atas meja kerja, dokumen-dokumen penting menumpuk. Beberapa dokumen lain berlabel "RAHASIA" tersimpan rapi di laci terkunci. Saipudin tersenyum ringan. Ia tampaknya berhasil menyembunyikan beban moral yang terus-menerus mengusiknya.
KEMBALI KE ARTIKEL