Singkat cerita, Intan mengikuti proses pemetaan potensi unggul. Ayah Edy pun memberikan penilaian bahwa ia memang 100% salah jurusan. Tipe Intan yang pemalu dan segan bertemu dengan orang baru, membuatnya khawatir bagaimana harus bertemu dengan kolega dan kliennya kelak.
“Saya membayangkan, jenis-jenis pekerjaan di bidang hukum itu benar-benar tidak saya sukai. Saya enggak suka ngobrol, saya takut dengan orang,”jelas Intan kepada Ayah Edy.
Setelah melalui proses yang cukup lama, ditemukan potensi unggul Intan.Computer Graphic Design. Ia berbakat dan berminat pada bidang yang satu ini. Ia betah berjam-jam di depan layar komputer, tidak harus banyak berkomunikasi dengan orang lain. Kebahagiaan baginya adalah bercengkerama dengan komputer.
Dan yang lebih membahagiakan lagi, orangtua Intan bersedia membiayai kuliah dari nol (lagi). Mereka telah bersedia memberikan warisan kebahagiaan bagi sang anak. Syukurlah orangtua Intan termasuk keluarga berada. Bagaimana dengan keluarga dengan perekonomian pas-pasan, memiliki anak lebih dari satu, lalu ternyata salah jurusan?
Maka memetakan potensi unggul anak, jawabnya. Tanpanya akan lahir pekerja yang tidak bahagia. Hanya menanti hari libur dan waktu gajian. Padahal syarat pertama seorang profesional adalah dia harus mencintai pekerjaannya.
Seperti Stefi Siera Ngangi, di usia 18 tahun ia telah mendirikan sebuah sekolah tari. Minat dan bakatnya di bidang tari ia wujudkan dalam Stefi’s House of Creativity (SHOC). Sebuah pusat kreatifitas seni yang bertujuan menyediakan sarana dan prasana pembinaan dan pengembangan bakat dalam bidang kesenian.
Maka bersiaplah untuk menemukan potensi unggul dalam diri anda.