Debur ombak yang tenang tetap mengalun di tengah malam , di antara udara pantai yang semilir menerawang aroma pantai melekati hidung dan mencumbui kulit terbukaku. Udara bersih, malam yang hening dan hati yang bergejolak. Dia di dekatku, hanya diam namun terus menatap. Aku merasa itu, namun tak berusaha menoleh, memberi tanda permisi baginya untuk mendekati.
"Ini sudah malam..... aku rasa sudah waktunya bagimu tidur.."Akhirnya tak tahan ia membuka pembicaraan.
"Aku bukan Cinderella, tak ada yang melarangku berkeliaran hingga pagi menjelang."
"Kau selalu begitu. Tak bisakah sedikit bersikap hangat padaku? Donna Madonna...sulitnya bicara padamu.."
"Tidak juga..aku hanya tak suka kau mengusik kenikmatanku..." kataku sedikit berbisik dengan tetap menengadah menatap langit. Seolah aku takut ribuan bintang itu akan mendengar suara kami lalu lari berhamburan menyembunyikan diri.
"Tak baik seorang perempuan sendirian di pinggir pantai sunyi begini...nanti ada tangan jahat yang tergoda menyakiti.." Dia ikut berbisik seolah tahu ketakutanku, atau mungkin sengaja berbisik agar punya alasan untuk makin mendekatkan dirinya merapatiku. Aku diam tak bereaksi, selama kulitnya tak menyentuhku, aku masih bisa terima ruang gerak yang diciptakannya.
"Tak seorang pun akan berani mengusikku Tuan. Mereka tahu siapa aku di sini...Dan pekerja masih lal lalang di seberang sana...takkah kau lihat kedatanganmu justru membuat mereka berpikir yang bukan-bukan tentang kita?"
"Aku memang menyukaimu, apa salahnya mereka tahu? No problem. Tak seorang pun akan keberatan bukan?"