Pendidikan logoterapi berhasil membantu dan membentuk individu untuk memahami diri mereka sesuai dengan keadaan mereka saat ini, menemukan bagaimana mereka bisa menjadi pribadi yang berharga, serta memahami tempat mereka dalam keseluruhan kehidupan. Pada hari jumat tanggal 7 Juni 2024 di ruang kelas, anak anak SAI diminta untuk mengisi lembar post-assessment yang berisi informasi consent dan beberapa pertanyaan yang telah diberikan. Pertanyaan disusun dalam 3 idikator utama Living Life With Purpose- Self Evaluation and Questionnaire, The Meaning In Life Questionnaire, and Purpose In Life Test untuk mengukur makna hidup anak. Selain post-assessment, kegiatan ini juga menampilkan testimoni dimana anak anak berbagi cerita tentang pengalaman mereka selama mengikuti program SaPapua.
"Saya merasa sangat terbantu dengan program ini, program ini menjadikan saya lebih percaya diri, dan membantu saya
meningkatkan kemampuan berkomunikasi di depan banyak orang dan melihat gambaran ketika saya nanti di bangku kuliah, saya berterimakasih kepada kakak-kakak semuanya yang sudah mengadakan kegiatan ini di SAI," tutur Kristina, salah satu anak SAI.
Hasil post-assessment menunjukkan perubahan yang significant berupa peningkatkan self resilience dan makna hidup anak. Dengan hasil positif dari post-assessment ini, SaPapua merencanakan berbagai strategi keberlanjutan program dan kerjasama dengan berbagai stakeholders untuk mendukung dan mendorong anak anak karena selaras dengan visi misi Pendidik Masa Depan (PMD).
Bukan hanya itu Sekolah Anak Indonesia (SAI) berbeda dengan sekolah biasanya, kurikulum yang digunakan ialah kurikulum PBPM (Pengkajian Budaya Papua dan Modernisasi) dengan mengangkat permasalahan di Papua dan dijadikan bahan ajar untuk anak anak, maka dari itu anak banyak melakukan praktik di lapangan.
Kurikulum PBPM masih dalam pengkajian, penerapan pembelajaran dikemas sesuai dengan kebutuhan anak sehingga dapat menyerap pelajaran yang disampaikan, selain itu kurikulum ini menjawab permasalahan yang ada di Papua harapannya anak kembali dengan softskill dan hardskill yang dimiliki sehingga dapat menjadi solusi bagi masyarakat Papua.Â