"Jadinya kamu kemana? Sekolah atau kerja? "
"Sekolah budhe. "
Tanpa ada basa-basi dan rasa sungkan terhadap orang tua, beliau mengatakan bahwasanya buat apa seorang wanita sekolah tinggi kalau pada akhirnya tugasnya hanya di dapur melayani seorang suami.
Seketika yang awalnya aku lagi menikmati makanan tiba-tiba menjadi tidak mood dan rasanya ingin sekali cepat pulang ke rumah.
Karena tidak hanya sekali merasakan hal seperti ini, melainkan berkali-kali. Akhirnya, aku semakin berfikir, apa yang menjadi landasan utama seorang wanita tidak perlu menempuh pendidikan tinggi?
Apalagi dengan membanding-bandingkan sosok lain yang jauh lebih sukses tanpa menempuh pendidikan tentunya ada hal kesal tersendiri.
Alur berpikirku pun berbeda dengan mereka, setiap orang punya pilihan masing-masing untuk hidupnya, tak perlu harus sama. Kita punya karakter dan ciri khas yang tidak akan dimiliki oleh orang lain.
Adapun, aku punya pendapat tentang mengapa seorang wanita itu juga layak untuk mendapatkan akses pendidikan tinggi antara lain :