Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Apoptosis: Kematian Demi Kehidupan

15 Januari 2011   16:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:33 2392 1
Bagi sebagian dari kita kematian mungkin menakutkan, ataupun bagi beberapa orang yang lain meskipun tidak menakutkan tapi tetap meninggalkan sedikit perasaan tidak enak. Terkadang, kematian bahkan tabu untuk dibicarakan. Apapun itu sepertinya kematian nampaknya adalah sesuatu yang misterius.

Judul di atas kematian untuk kehidupan mungkin bagi sebagian kita terdengar janggal karena toh kematian adalah kebalikan dari kehidupan. Mahkluk hidup sendiri tidak dicirikan sebagai benda mati karena adanya ciri-ciri kehidupan di dalamnya. Namun, tahukah Anda bahwa setiap hari 50 sampai 70 juta sel di tubuh orang dewasa mati secara terprogram agar kita tetap hidup sehat (Wikipedia 2011). Proses kematian terprogram inilah yang dalam dunia kedokteran disebut apoptosis.

Apoptosis adalah bentuk kematian pada sel yang memiliki banyak manfaat. Apa sajakah manfaatnya dan kapan terjadinya proses apoptosis ini? Mari kita ulas satu-satu sambil mensyukuri kebesaran Sang Ilahi karena menciptakan proses kematian sel ini.

Proses apoptosis bila ditinjau dari waktunya telah terjadi sejak kita dalam kandungan ibu kita. Proses ini memungkinkan sel-sel embrio membentuk organ-organ tubuh kita. Contoh yang paling sederhana adalah pembentukan jari-jari tangan kita. Awalnya jari tangan kita itu rapat tanpa sela, kematian sel disela-sela jari-jari tangan kitalah yang membuat jari kita berjarak satu sama lain. Kalau tidak ada apoptosis di sini pasti tangan kita sulit dipakai. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah saat terbentuk kelopak mata atas dan bawah kita masih menyatu. Seperti pada jari-jari kita, apoptosis juga yang menyebabkan kelopak mata kita dapat terpisah. Betapa mengerikannya bila kelopak mata kita tak terpisah, tentu kita tak dapat melihat meskipun bola mata kita sehat.

Setelah proses pembentukan janin dari embrio selesai bukan berarti apoptosis berhenti. Tidak sama sekali, sel-sel kita butuh untuk tetap beregenerasi. Sel membelah dan membuat sel baru, namun pertanyaannya kemanakah sel tua harus pergi? Sel-sel tua ini ternyata telah diprogram Sang Ilahi untuk merusak dirinya sendiri dan kemudian mati melalui sistem apoptosis. Setelah sel tua ini mati sel fagositosit akan memakannya sehingga materi-materi sel yang masih bagus bisa dipakai tubuh kita kembali (Hardy 1999).  Selain sisa materi yang bisa dipakai lagi bahkan di salah satu jurnal ilmiah disebutkan bahwa ketiadaan apoptosis pada sel otot terjadi pada penderita penyakit bawaan otot, namun hanya terjadi untuk regenerasi sel otot  pada orang normal (Migheli, et.al. 1997).

Selain hal-hal menakjubkan di atas, apoptosis juga berfungsi untuk melindungi kita dari penyakit-penyakit berbahaya. Salah satu penyakit itu adalah kanker. Sel kanker biasanya telah termutasi materi genetiknya. Kelainan pada materi genetik ini memicu sel untuk melakukan apoptosis. Salah satu contohnya terjadi pada sel kulit kita. Sel kulit berfungsi menjadi pasukan baris depan perlindungan kita dari radiasi ultraviolet. Secara otomatis sel kulit menjadi sel pertama yang akan rusak materi genetiknya bila kita terpapar radiasi ultraviolet. Untungnya saat kerusakan materi genetik terjadi pada sel kulit terdeteksi, secara otomatis sel kulit itu terprogram secara internal untuk melakukan apoptosis. Bayangkan bila tidak ada mekanisme ini sedangkan setiap hari kita terpapar ultraviolet pasti kemungkinan kita terkena kanker kulit dan kanker lainnya akan sangat meningkat (Tomas 2009). Ribuan sel kulit setiap hari mati demi tubuh kita hidup sehat aman dari kanker kulit.

Selain dalam hal kanker, apoptosis juga kerap kali menyelamatkan tubuh kita dari virus dengan sistem yang kurang lebih sama. Sel yang terinfeksi biasanya terprogram untuk mati sehingga mematikan virusnya sekalian. Selamatlah kita dari virus ini.

Sungguh betapa besarnya Sang Ilahi yang mengaruniakan proses-proses yang sepertinya tidak enak seperti kematian sel ini untuk kebaikan ciptaannya. Bagi penulis yang bergama nasrani apoptosis juga menunjukan gambaran yang seiras betapa Tuhan Yesus telah mati bagi kehidupan saya dan demi hidup saya. Syukur kepada Yang Maha Pencipta.

Daftar Pustaka

Hardy K. 1999. Apoptosis in human embryo. Reviews of Reproduction 4: 125–134.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun