“Kota cerdas bukan semata soal otomatisasi, ICT dan gadget. Jadi, tak ada jaminan bahwa kota yang memiliki e-procurement, e-government, e-budgeting dan e-e (baca: i-i) lainnya adalah sebuah kota yang cerdas,” demikian lugas Adi Munandir , perwakilan dari Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam acara Kompasiana Nangkring bertajuk “Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2015”, Sabtu (25/4, di Kafe Pisa Mahakam, Jakarta Selatan. Pria kelahiran 1981 itu juga menegaskan bahwa kota cerdas (smart city) tidak sekadar digital city.