“First keys on writing is to write. Not to think!. Kunci pertama menulis adalah menulis. Bukan berfikir. Demikian ucap William Forster di depan Jamal Wallace dalam film “finding Forrester”.
Apa ya padanan prigel dalam bahasa Indonesia?
Bisa dikata prigel dalam bahasa jawa berarti kemampuan yang komprehensif dan merujuk pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (ah, jadi inget kuliah pendidikan jaman dulu).
Lantas apa hubungannya dengan editor? hmm..intim sekali dong.
Dunia penerbitan buku merupakan dunia gagasan. Bisnis penerbitan buku merupakan bisnis rumit karena menggunakan insting lebih untuk dapat menghasilkan produk buku pro-pasar. Dalam asumsi bidang keredaksian, sebuah penerbit yang berorientasi pasar selalu berkeyakinan bahwa instrumen pemasaran yang utama adalah bukunya itu.
Pengertiannya, editor sebagai peramu buku harus mampu menghasilkan buku yang memang berkualitas, judul yang impresif, tampilannya menarik, dan tema yang sesuai dengan kebutuhan pembaca. Nah, dengan tuntutan seperti itu seorang editor tidak hanya berurusan dengan titik koma saja namun harus bisa mengasah insting untuk melejitkan oplag. Maksud saya, sang editor harus prigel memilah naskah yang masuk bahkan mencari sendiri naskah yang kira-kira akan melejit. Karena industri penerbitan adalah bisnis gagasan dan sialnya gagasan iru amat bergantung pada SDM, maka kelihaian editor amat dibutuhkan. Nah, prigel itu maksudnya.