entah sudah berapa biskuit chocochips yang telah masuk ke lumbung lambung, sudah tak wajar.. padahal sebelumnya melihat makanan saja bikin mua;..
sementara yang lain tengah memendamkan diri di bantal pembaringan mimpi, aku masih bergumul menikmati secangkir ramuan lamunan malam yang kuracik acak tanpa tuntunan konsep pasti, sehingga yang tercipta adalah, cacahan otak dan hati digulai pedas, tersaji hangat, siap santap..
aku, hampir terkapar dengan intervensi migrain disebelah kanan kepala ini, namun ternyata itu saja tak cukup menyerahkanku masuk ke dalam gerbang tidur.. ku kira karena belum adanya asupan nasi, tapi ini bukan soal makanan rupanya, memang karena sebab lain, mungkin..
berbicara 1 syawal yang telah berlalu kemarin..
lebaran, ya lebaran..
hari yang ditunggu-tunggu semua umat muslim..
hari yang disebut-sebut sebagai kemenangan..
tap aku merasa lain,
aku kalah kawan..
kalah, telak..
mungkin sebab utama adalah karena tak dapat menjalani shalat ied, hal pokok dihari besar itu, sehingga terasa aneh, terasa kurang, kosong..
ditambah karena memang sepertinya dalam serangkaian bulan ramadhan itu usaha dalam mengisi ibadah untuk meningkatkan keimanankulah yang tak maksimal.
shalat fardu dan sunah yang kurang,
tadarus al-quran yang kurang,
dzikir dan shalawatan yang kurang,
ah, segala bentuk peribadatan yang kurang..
juga tingkah polah perilaku dan sikap ini pun banyak yang kurang..
aku merasa sebagai umat yang amat sangat kurang dalam menjadi muslim yang seutuhnya..
melewatkan kesempatan emas, untuk memperbaiki diri..
intinya, aku kalah..
selayaknya sang pejuang yang sekarat dimedan perang, lantas mati tak berdaya?!
ya, setidaknya aku tak ingin menjadi pecundang..
memperbaiki diri bukan hanya dilakukan ketika ramadhan tiba.. setiap detik, menit, ya setiap waktu itulah sepatutnya dipergunakan untuk merekap segala hal yang kita lakukan, mengoreksi, dan mencari kekurangan untuk diperbaiki, itu yang pasti.. seperti halnya kata maaf yang tak hanya kita ucapkan ketika lebaran saja, setiap waktu bisa digunakan untuk itu..
aku hanya merasa rugi, amat rugi kawan..
karena hanya diwaktu inilah segala bentuk ibadah kita dilipat gandakan.. dan aku menyia-nyiakannya..
berharap masih dipertemukan lagi, dan memanfaatkannya sebaik mungkin..
Tuhanku Allah,
ia menyayangi setiap umatnya tanpa perbedaan, tanpa terkecuali..
tidakkah kita berpikir kita telah melunjak?
diberi kesenangan kita terbuai dan terlupa..
diberi kesusahan kita terpuruk dan mencerca..
kadang, segalanya yang tak sesuai kadang ditawar sehingga berlabel wajar.. tak tau kah hidup ini bukan perdagangan? atau lebih parah lagi dianggap meja judi, untung-untungan..
meski kau anggap Tuhan itu baik, Tuhan tak berkompromi atas ketentuannya yang kau anggap dapat diperlonggar.. ini bukan hukum yang bisa kau beli..
ah ini sudah menyimpang dari jalur, pembicaraan yang sudah ngalor ngidul..
sudahlah mari kita berbenah diri..
lalu..
bagaimana dengan mu kawan?
apa yang kau rasakan?
kemenangan? bagaimana rasanya?
atau kekalahan seperti yang ku punya..