Ngabuburit adalah istilah Sunda yang sangat populer di bulan Ramadhan dan artinya kurang-lebih 'segala aktivitas yang dilakukan untuk mengisi waktu menjelang berbuka puasa'. Ada banyak cara untuk
ngabuburit ini, bisa berupa jalan-jalan ke mal,mengaji di masjid, dan ada juga yang mengisinya dengan memancing. Ide
ngabuburit dengan memancing berawal dari keinginan teman yang hoby banget alias 'maniak' memancing. Kami sepakat untuk memancing di Waduk Jatiluhur yang terletak di Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta. Perjalanan di mulai jam 10 pagi dari jalan Tol Pasteur menuju Tol Jatiluhur. Sesampainya di gerbang keluar kami dikenai retribusi tol sebesar Rp 21,000 lalu kami menyusuri jalan Ir H. Djuanda. Sekitar 10 km kemudian terdapat pertigaan tempat papan penunjuk arah yang tertera keterangan lokasi Waduk Jatiluhur di arah kiri 2 km lagi. Pepohonan besar dan rindang yang tumbuh di sepanjang jalan menghantar kesejukan saat mobil yang kami tumpangi melintasi area itu dengan kecepatan 80-100 km per jam. Dua jam kemudian, sekitar jam 12 siang, kami mencapai gerbang obyek wisata Jatiluhur. Di gerbang masuk objek wisata kami disambut oleh petugas tiket yang sangat ramah, yaitu Subekti dan Roni serta seorang anggota Satpam  bernama Agus. Daftar harga tanda masuk per orang Rp 5,000-9,000; kendaraan golongan I (jeep, sedang, pick up, mini bus) Rp 10,000; dan golongan II (bus, truck) Rp. 20.000. Bagi pengunjung yang baru pertama kali singgah ke objek wisata Jatiluhur, sebaiknya berkonsultasi dengan bagian informasi yang kantornya terletak sekitar 10 m sebelum gerbang. Di bagian informasi ini kami bertemu dengan Lintang, seorang gadis cantik, yang dengan ramah menjelaskan secara terperinci berbagai fasilitas di area Jatiluhur. Ada hotel dan bungalow yang bisa dipesan bila hendak menginap di situ, restoran, tempat karaoke,
swimming pool, serta penyewaan kapal pesiar juga tersedia. Jarak gerbang ke tempat pemancingan sekitar 2 km. Di sisi kanan jalan berderet warung-warung makanan dan minuman yang tampak sepi di bulan Ramadhan ini, bahkan sebagian di antaranya tutup. Sementara di sebelah kiri terlihat hamparan  danau Jatiluhurbegitu luasnya dengan tepian yang dipenuhi berbagai payung aneka warna, tempat berteduh para pemancing yang sedang asyik menunggu umpan kailnya disambar ikan. Cuaca yang sangat panas tidak mengendorkan semangat, para pemancing itu dengan sabar menanti saat-saat tali kailnya bergerak pertanda ada ikan yang tertangkap. Salah satu pemancing adalah Surya (58), seorang pensiunan PNS yang berasal dari Purwakarta. Dia hampir setiap hari datang ke Waduk Jatiluhur ini hanya untuk memancing dari sekitar jam 10 pagi sampai menjelang Magrib, bahkan di bulan Ramadhan seperti sekarang dia tetap setia memancing dengan alasan
ngabuburit. Maklum selain merupakan hobi, memancing juga membuat waktu terasa cepat berlalu. Menurut Surya, ada tiga jenis  ikan di Waduk Jatiluhur, yaitu Nila, Oscar, dan Gosom. Adapun jenis umpan yang digunakan berupa racikan berbahan dasar ikan tongkol. Dalam tempo dua jam dengan menggunakan lima joran yang diletakkan di papan penyangga, Surya berhasil menangkap tiga ekor ikan Oscar kuning sebesar telapak tangan dan dua ekor Gosom sebesar ibu jari,"Lumayan." Katanya sembari tertawa tanpa perduli wajahnya menghitam disengat panas matahari.
KEMBALI KE ARTIKEL