Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Wow, Indonesia Masuk 10 Besar Penduduk Paling Dermawan di Dunia!

28 Januari 2015   01:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:15 210 1
Riset berjudul World Giving Index 2014 ini menunjukkan bahwa setidaknya 66% orang Indonesia yang mereka survei punya perilaku mendonasikan uang paling tidak dua kali dalam sebulan, baik melalui lembaga maupun secara langsung. Kita pun patut bangga karena tidak semua negara yang ekonominya mapan punya penduduk yang dermawan. Dari ke-4 negara BRIC yang jadi ikon kekuatan ekonomi baru (Brazil, Rusia, India, dan Tiongkok), hanya orang dari Negeri Panda yang perilaku berdonasinya tumbuh dari 10% menjadi 13% populasi. Dibanding dengan negara berkembang lainnya, hanya penduduk Indonesia yang terus konsisten memberikan uang bagi orang yang lebih membutuhkan. Lalu penduduk negara mana saja yang lebih dermawan dari kita? Di peringkat ke-1 ada Myanmar, lalu diikuti Malta, dan Thailand. Irlandia, Inggris Raya, Kanada, Islandia, dan Belanda. Di posisi ke-9 ada Amerika Serikat dan di posisi ke-10 kita berbagi tempat dengan Australia. Sebenarnya hasil survei ini bukan hal baru, toh perilaku tolong-menolong sudah jadi bagian dari tradisi lama kita. Dalam berbagai bentuk, kita telah terbiasa 'membiayai' projek-projek sosial secara gotong-royong seperti pembangunan rumah ibadah, perbaikan jalan, atau acara perayaan hari kemerdekaan. Selain itu, sebagian orang Indonesia pun hidup dalam tatanan nilai agama yang kuat, sehingga perilaku berderma yang dianjurkan semua agama, banyak pula kita amalkan. Hanya saja, tak jarang niat baik ini disalahgunakan oleh orang tak jujur. Misalnya pengemis yang ternyata punya pendapatan puluhan juta rupiah tiap bulan atau uang dari kotak amal malah digunakan untuk kepentingan pribadi. Karena itu, orang-orang pun menjadi lebih selektif dalam menyalurkan donasinya. Celah dalam hal kepercayaan ini yang diisi oleh platform crowdfunding atau urun donasi. Sistem yang populer lima tahun belakangan ini--seperti yang dilakukan wujudkan.com atau kitabisa.com--mengonversi tradisi saweran dari kencleng jadi berbasis online. Singkatnya, kalau Kompasianer punya projek sosial untuk membuat perubahan dan butuh dana, platform ini bisa membantu untuk menyebarkannya dan mengumpulkan orang yang mau mendukung niat baik itu. Melalui situsnya pula, pemberi donasi bisa memantau pelaksanaan projek untuk memastikan projek tepat sasaran. Karena bersifat donasi habis pakai, bantuan yang disalurkan dengan cara crowdfunding langsung terserap begitu projeknya selesai. Sehingga jika ada kebutuhan untuk mendukung orang baik dengan projek sosial lainnya, perlu menggalang dana sejumlah tertentu untuk menutupi hal itu. [caption id="attachment_366277" align="aligncenter" width="600" caption="Morsinah, Penjual Jamu di Amerika yang sukses berkat dukungan crowdlending dari Kiva Zip"][/caption]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun