Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia yang dilakukan pada tahun 2007, terdeteksi bahwa 23,7% dari penduduk yang berusia di atas 10 tahun merokok setiap hari. Data dari Riskesdas juga menunjukkan bahwa perokok tidak hanya terdiri dari orang dewasa, tetapi juga melibatkan remaja. Sekitar 12% remaja yang berusia antara 13 hingga 15 tahun telah menjadi perokok aktif, dengan rata-rata konsumsi sekitar satu bungkus rokok per hari. Hal ini mengindikasikan bahwa kebiasaan merokok telah menyebar di kalangan generasi muda, yang dapat menimbulkan masalah kesehatan jangka panjang bagi mereka. Sebagian besar perokok mulai mencoba merokok pada usia remaja. Di kalangan remaja laki-laki, terdapat pandangan bahwa pria yang tidak merokok dianggap lemah atau tidak maskulin. Mayoritas remaja yang merokok adalah laki-laki, dengan rasio perilaku merokok antara remaja laki-laki dan perempuan di Indonesia mencapai 12:1. Hal ini menunjukkan bahwa bagi laki-laki, merokok sering kali dianggap sebagai salah satu cara untuk mencari dan menunjukkan identitas diri mereka. Kebiasaan ini mencerminkan tekanan sosial yang ada di kalangan remaja, di mana merokok dapat dipandang sebagai simbol keberanian atau kedewasaan.
Kebiasaan merokok terbukti sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Rokok dapat memicu berbagai penyakit serius yang menyerang berbagai organ tubuh, bahkan bisa berujung pada kematian.Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dai et al pada tahun 2020 menemukan fakta mengejutkan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perokok memiliki risiko 84% lebih tinggi mengalami kerontokan rambut yang parah (alopecia areata) dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok. Semakin banyak seseorang merokok setiap harinya, semakin tinggi pula risiko mereka mengalami kerontokan rambut yang signifikan. Zat-zat berbahaya dalam rokok, termasuk nikotin, menyebabkan kerusakan genetik pada akar rambut. Kerusakan ini, bersamaan dengan peradangan yang dipicu oleh asap rokok, mengganggu suplai nutrisi ke rambut dan menghambat pertumbuhannya.Selain itu, asap rokok juga berkontribusi pada ketidakseimbangan dalam sistem antioksidan tubuh. Sistem antioksidan berfungsi untuk melindungi sel-sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Ketika sistem ini terganggu, sel-sel, termasuk keratinosit yang terdapat di folikel rambut, dapat mengalami stres oksidatif. Stres oksidatif ini dapat memicu pelepasan sitokin proinflamasi, yaitu zat yang berperan dalam proses peradangan. Peradangan ini dapat mengganggu proses normal pertumbuhan rambut, sehingga menghambat kemampuan folikel rambut untuk menghasilkan rambut baru. Akibatnya, seseorang yang terpapar nikotin dan asap rokok berisiko mengalami kerontokan rambut yang lebih parah.
Dampak negatif dari kebiasaan merokok terhadap kesehatan telah banyak dibahas dan menjadi perhatian serius di berbagai kalangan. Salah satu efek yang sering diabaikan adalah potensi rokok untuk menegangkan saraf. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan perilaku. Akibatnya, para perokok sering kali mengalami peningkatan kecenderungan untuk merasa marah, terlibat dalam pertengkaran, atau bahkan melakukan tindakan kriminal seperti mencuri dan kekerasan. Kondisi ini menunjukkan bahwa merokok tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan mental dan perilaku sosial seseorang. Oleh karena itu, penting untuk mengimplementasikan program pencegahan merokok yang dilakukan secara teratur. Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama di kalangan remaja, tentang bahaya merokok dan dampak negatif dari paparan asap rokok. Melalui edukasi yang tepat, diharapkan individu dapat lebih memahami risiko yang terkait dengan kebiasaan merokok dan menjadi lebih waspada terhadap pengaruh buruknya. Selain itu, kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan untuk menciptakan pendekatan yang komprehensif dalam pencegahan merokok. Ini bisa melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga kesehatan, sekolah, dan organisasi masyarakat sipil. Dengan bekerja sama, berbagai program dan inisiatif dapat dirancang untuk menjangkau remaja secara efektif, memberikan informasi yang akurat, serta menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat. Strategi pencegahan yang tepat dapat mencakup kampanye kesadaran, penyuluhan di sekolah, serta kegiatan yang melibatkan remaja dalam aktivitas positif yang jauh dari rokok. Dengan demikian, diharapkan remaja dapat terhindar dari perilaku merokok dan dapat mengembangkan kebiasaan hidup yang lebih sehat.
Â
Penulis: Shaiecka Radya Ruslan
Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara