Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 445/Menkes/PER/VI/1998, penggunaan merkuri dalam produk kosmetik dilarang. Namun, meskipun ada larangan tersebut, masih banyak krim yang mengandung merkuri yang tetap digunakan. Salah satu kasus yang mencolok melibatkan seorang wanita bernama Tya yang berasal dari Kalimantan Timur. Kasus ini mendapat perhatian dari Neny Triastuti, seorang dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya yang juga berprofesi sebagai dokter kecantikan. Neny menjelaskan bahwa merkuri sering digunakan dalam produk pemutih karena kemampuannya untuk menghambat produksi melanin, sehingga kulit dapat terlihat lebih cerah dan bersinar dalam waktu yang sangat singkat.Sayangnya, Tya mengalami kerusakan kulit yang serius setelah menggunakan produk perawatan kulit yang mengandung merkuri selama beberapa bulan. Ia mengalami gejala seperti iritasi, kemerahan, dan pengelupasan kulit yang cukup parah. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Tya disarankan untuk segera menghentikan penggunaan produk tersebut dan menjalani perawatan untuk memperbaiki kerusakan kulit yang dialaminya.
Kandungan merkuri dalam kosmetik, terutama dalam produk pemutih kulit, merupakan masalah serius yang dapat menimbulkan berbagai bahaya bagi kesehatan. Dampak negatif dari penggunaan merkuri dalam kosmetik. Pertama, kerusakan pada sistem pencernaan, saraf, dan ginjal. Merkuri adalah zat beracun yang dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai sistem organ dalam tubuh. Ketika merkuri terakumulasi dalam tubuh, ia dapat merusak sistem pencernaan, yang dapat mengakibatkan gangguan seperti mual, muntah, dan diare. Selain itu, merkuri juga memiliki efek neurotoksik, yang berarti dapat merusak sistem saraf pusat dan perifer. Kerusakan pada ginjal juga dapat terjadi, yang dapat mengganggu fungsi ginjal dalam menyaring limbah dan racun dari darah, berpotensi menyebabkan penyakit ginjal kronis. kedua, membuat kulit semakin pucat dan timbul flek. Meskipun produk pemutih kulit yang mengandung merkuri sering kali menjanjikan kulit yang lebih cerah, penggunaan jangka panjang justru dapat menyebabkan efek sebaliknya. Merkuri dapat mengganggu proses alami kulit dan menyebabkan hipopigmentasi, di mana kulit menjadi semakin pucat. Selain itu, penggunaan merkuri dapat menyebabkan timbulnya flek atau bercak pada kulit. Ketiga, iritasi pada bagian kulit. Salah satu efek samping yang paling umum dari penggunaan produk yang mengandung merkuri adalah iritasi kulit. Pengguna dapat mengalami kemerahan, gatal, dan pengelupasan kulit. Iritasi ini dapat menjadi lebih parah seiring berjalannya waktu, terutama jika produk terus digunakan meskipun gejala sudah muncul. Keempat, memperlambat pertumbuhan janinwanita hamil yang terpapar merkuri berisiko tinggi mengalami komplikasi yang dapat mempengaruhi perkembangan janin. Merkuri dapat menembus plasenta dan mempengaruhi pertumbuhan otak dan sistem saraf janin, yang dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan, gangguan perilaku, dan masalah kesehatan jangka panjang pada anak setelah lahir. terakhir, dapat menyebabkan kanker kulit. Beberapa studi menunjukkan bahwa merkuri dapat merusak DNA sel-sel kulit dan memicu proses karsinogenesis, yang dapat menyebabkan perkembangan  sel kanker. Oleh karena itu, konsumen dituntut untuk lebih cerdas dalam memilih produk kosmetik. Pengguna harus secara teliti memeriksa label pada setiap produk kosmetik dan pertimbangkan untuk digunakan dengan cara memastikan bahwa produk tersebut aman dan telah terdaftar di badan pengawas yang berwenang ini merupakan langkah awal yang penting dalam melindungi kesehatan kulit dan tubuh secara keseluruhan. Selain itu, berkonsultasi dengan profesional kesehatan, seperti dokter kulit atau ahli kecantikan, juga merupakan langkah yang sangat dianjurkan. Konsumen sebaiknya memilih produk yang telah melalui uji keamanan dan memiliki sertifikasi yang jelas, sehingga dapat merasa lebih yakin tentang kualitas dan keamanannya. Para ahli ini dapat memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai bahan-bahan yang terkandung dalam produk kosmetik dan potensi efek samping yang mungkin ditimbulkan.
Â
Penulis: Shaiecka Radya Ruslan
Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara