Seorang pemikir, baik yang berpikiran sederhana dan dangkal (sathh), yang mendalam (`amq) ataupun yang tercerahkan (mustanr), harus selalu serius dan sungguh-sungguh di dalam berpikir. Memang benar, seseorang yang berpikir sederhana dan dangkal (al-mufakkir as-suthh), kesederhanaan atau kedangkalannya dalam berpikir tidak akan membantunya untuk berpikir serius.
KEMBALI KE ARTIKEL