Lain Mataram, lain Masbagik. Kalau Mataram di Lombok Barat, Masbagik ada di Lombok Timur. Tanah kelahiran dan tempatku di besarkan ini tak kalah meriah dengan Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat yang ramai dengan jamuan makan, di Masbagik pun tak jauh beda. Masjid Jami' mengadakan sunatan massal untuk masyarakat sekitar yang disambut dengan antusias oleh masyarakat sekitar termasuk seorang sepupuku yang masih berusia 1,5 tahun. Di Lombok memang biasa anak-anak disunat di usia balita agar bisa segera sah sholatnya. Setelah sunatan massal hari Minggu, 5 Februari 2012 (12 Rabiul Awal), acara syukuran diadakan seminggu setelahnya dengan mengadakan 'begawe' kecil-kecilan. Begawe adalah sebutan untuk acara syukuran orang yang punya hajat atau peringatan meninggalnya seseorang. Dalam begawe, orang datang dengan membawa bahan makanan seperti beras atau gula yang kemudian ditukar dengan nasi dan lauk pauk yang disediakan empunya hajat yang bisa dibawa pulang selain yang dimakan di tempat.
Ada satu makanan yang biasa ada di perayaan Maulidan ini adalah 'nasi kuning'. Awalnya aku kira nasi kuning seperti dalam nasi tumpeng, tapi nasi kuning yang dimaksud di acara Maulidan ini bukan nasi kuning yang terbuat dari tepung beras, tapi tepung ketan. Jadi, nasi kuning itu sebenarnya ketan kuning yang diatasnya dibubuhkan kelapa parut yang disangrai (biasa disebut saur) ditambah dengan suwiran ayam. Ada juga yang menambahkan telur dadar yang didiris tipis atau yang lain sesuai dengan keinginan yang empunya hajat.
Biasa setelah mengadakan syukuran di mushola, masjid atau di rumah, mereka membagi-bagikan nasi kuning pada tamu undangan untuk dibawa pulang beserta beberapa makanan lain kalau ada. Semuanya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing empunya hajat. Hampir semua orang mengadakan Maulidan, tapi yang tidak punya hajat khusus biasanya bersama-sama mengadakan acara di musholla atau majelis terdekat.