Keinginan saya untuk foto bersama prajurit
Dhaeng seperti yang pernah saya sebutkan
di sini agaknya harus ditunda. Syawal kali ini saya terpaksa melewatkan upacara
Grebeg Syawal yang rutin digelar setiap tanggal 1 atau 2 Syawal. Grebeg Syawal tahun ini digelar pada tangga 1 Syawal, bertepatan dengan hari H Idul Fitri. Karena itulah saya terpaksa melewatkannya. Saya lebih berat ikut bersama keluarga bersilaturahmi dengan para tetangga dan saudara. Kecewa, itu sudah pasti. Dan untuk mengobati kekecewaan tersebut, saya akan menuliskan sedikit tentang prajurit
Nyutro seperti yang pernah saya lakukan pada Prajurit
Lombok Abang (Wirobrojo). Mengapa prajurit Nyutro? Bukankah keinginan saya foto bersama Prajurit Dhaeng? Karena prajurit Nyutro adalah parajurit yang pertama kali saya sukai ketika masih kecil dulu. Menurut saya,
bregada Nyutro adalah yang paling unik dari 10 bregada yang ada. Namun ada juga yang menyebut prajurit ini menyeramkan, dikarenakan ada beberapa yang di penutup kepalanya mengenakan rambut palsu panjang layaknya para prajurit jaman dahulu. Kesatuan ini satu-satunya bregada yang para prajuritnya mengenakan alas kaki berupa sandal. Bahkan pada dasarnya, bregada Nyutro tidak memakai alas kaki sama sekali. [caption id="attachment_257463" align="aligncenter" width="225" caption="nyutro punya gaya... (Paguyuban Kampung Nyutran Yogyakarta doc.)"][/caption] [caption id="attachment_257447" align="aligncenter" width="300" caption="alas kaki yang lain dari yang lain (dok. pribadi)"][/caption] Seragam yang dikenakan para prajurit Nyutro juga sangat unik, dalam satu bregada ada dua seragam dengan warna berbeda, yaitu berupa baju lengan pendek berwarna
merah dan
hitam, serta baju lengan panjang berwarna kuning yang dikenakan di dalam baju lengan pendek. Bawahannya mengenakan celana panji sebatas lutut dan kain
dodot atau kampuh dengan motif
bango tulak. Sedangkan penutup kepala memakai topi hitam dan udheng gilig (ikat kepala yang ada bundarannya di belakang). [caption id="attachment_257452" align="aligncenter" width="300" caption="prajurit nyutro dengan dua seragam yang berbeda (suarajogja.net)"][/caption] Karena ada dua kelompok dengan pakaian yang berbeda, maka ada dua macam bendera juga dalam parajurit Nyutro. Yang pertama
Podang Ngisep Sari dengan warna dasar dasar kuning, di tengah ada gambar bulatan berwarna merah. Dan
Padmo Sri Kresna dengan warna dasar kuning, di tengah bergambar bulatan warna merah. Dwajanya bernama
Kanjeng Kyai Trisula. Para prajurit Nyutro dilengkapi dengan senjata
bedhil (senapan api), tombak, dan
tameng (perisai). Sedangkan para prajurit yang memainkan musik dilengkapi dengan perangkat tambur, seruling dan terompet. Lagu yang didendangkan adalah
Mares Slanggunder, digunakan untuk lampah pelan dengan digayakan, dan
Mares Tameng Maduro untuk lampah cepat. [caption id="attachment_257456" align="aligncenter" width="225" caption="dua prajurit nyutro pembawa bendera (Paguyuban Kampung Nyutran Yogyakarta doc.)"][/caption] Sebenarnya, bregada ini lebih bersifat sebagai prajurit
klangenan (hobi), bukan sebagai prajurit perang. Ciri khas para prajurit yang menjadi anggota bregada ini adalah kewajiban memiliki ketrampilan menari atau
mbeksa. Tugasnya adalah sebagai pengawal dalam upacara Grebeg dan sebagai penjaga keselamatan Sultan pada saat duduk di singgasana di
Siti Hinggil. Dulu prajurit ini termasuk dalam jajaran prajurit
elite karena upah yang diterimanya termasuk tinggi bila dibandingkan dengan prajurit lain, yaitu setara dengan prajurit Bugis dan Wirobrojo. Konon, bregada Nyutro ini merupakan bala bantuan dari Madura sebagai tanda persaudaraan
Adipati Cakraningrat dengan
Sultan Amangkurat Agung (Putra Sultan Agung). Di Keraton Surakarta disebut prajurit Panyutro, seperti nama asalnya dari desa Panyutro, Sumenep. [caption id="attachment_257459" align="aligncenter" width="300" caption="kalau yang ini unik atau seram?? (dok. pribadi)"][/caption] Dulu, para prajurit Nyutro tinggal di ujung Timur luar benteng Keraton Kasultanan Yogyakarta, yaitu kampung benama
Nyutran. Seperti prajurit-prajurit dari bregada lain, kini para prajurit Nyutro tak hanya tinggal di daerah Nyutran saja, tapi tersebar di seluruh Jogja. Namun di depan jalan masuk kampung Nyutran masih terdapat patung prajurit Nyutro yang berdiri kokoh sampai saat ini.
KEMBALI KE ARTIKEL