KETIKA sebuah peristiwa menjadi sejarah penguasa, cara pandang berbeda adalah kemampuan siasat atas tafsir. Arifin C. Noer dengan biaya pemerintah Orde Baru membuat film mengenai peristiwa Gerakan 30 September 1965. Film dengan judul Pengkhianatan G 30 S/PKI bercerita dalam cara pandang ‘pemenang’ tentang peristiwa terbunuhnya enam jenderal Angkatan Darat dan keterlibatan Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalamnya. Penuh dengan berbagai sisipan yang berisi cuplikan dan kutipan dari dokumen resmi ‘negara’ atas terjadinya peristiwa tersebut, akan sangat sulit untuk membedakan apakah itu film atau kenyataan yang pernah berlangsung.