Konsep kesempurnaan Allah yang terdapat dalam agama, terutama agama-agama abrahamik, seringdigambarkan dengan melekatkan predikat-predikat ke-maha-an. Kemahaan Allah tersebut mau menunjukkan Allah adalah suatu ada, Zat, yang telah penuh dalam dirinya sendiri. Allah tidak membutuhkan sesuatu yang berada di luar dirinya dalam mencapai kesempurnaanNya. Ia lengkap, utuh, tidak bergantung pada yang lain. Ia mengatasi dan melampaui ruang dan waktu, ada sejak keabadian, kekal. Ada distingsi yang jelas antara pencipta dan ciptaan. Pencipta tidak membutuhkan ciptaan, sementara ciptaan sangat bergantung kepada penciptaNya. Pandangan konvensional tersebut juga mengartikan Allah sebagai penguasa takdir, penentu terjadinya segala sesuatu. Bahwa tidak ada segala sesuatu yang terjadi di luar kehendaknya. Segala sesuatu yang berproses terjadi atas ijinnya. Aspek transendensi Allah jauh lebih ditekankan daripada aspek imanensinya.