Menggunakan filsafat sebagai alat untuk pengembangan intelektual tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan analitis dan penalaran seseorang tetapi juga meningkatkan empati, kreativitas, dan keterbukaan pikiran. Dengan mempelajari teks-teks filosofis dan terlibat dalam perdebatan filosofis, Generasi Z dapat belajar mempertanyakan norma-norma dan konstruksi masyarakat yang berlaku, sehingga memungkinkan mereka membentuk opini dan perspektif mereka sendiri. Selain itu, filsafat mendorong individu untuk merefleksikan keyakinan, nilai, dan tindakan mereka, yang mengarah pada pertumbuhan pribadi dan penemuan diri.
Di dunia yang penuh dengan polarisasi, dan perpecahan budaya, praktik filsafat dapat menjadi jembatan antara berbagai perspektif dan ideologi. Dengan terlibat dalam wacana filosofis, Gen Z dapat belajar menghargai dan menghormati sudut pandang yang berbeda, menumbuhkan rasa toleransi dan pengertian terhadap orang lain. Pada akhirnya, seruan Surya Pradana agar generasi muda menganut filsafat sebagai sarana pertumbuhan intelektual tidak hanya bermanfaat bagi pengembangan pribadi tetapi juga untuk menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan tercerahkan.