“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya.”
(QS. Al Ankabut 64)
Dimulai sejak abad ke-10 dan 11 Masehi, hingga berakhirnya kekaisaran di Tiongkok, ada satu tradisi di kalangan masyarakat bangsawan dan orang kaya Tiongkok, untuk membonsai telapak kaki anak-anak gadisnya, karena telapak kaki mini bagi anak gadis menjadi standar kecantikan pada masa tersebut.
Rata-rata ukuran rata-rata telapak kaki wanita pada masa itu berkisar sekitar 10-15 cm. Telapak kaki yang sempurna dan dianggap paling cantik, adalah telapak kaki yang mempunyai ukuran panjang 7,5 cm, inilah yang disebut dengan ukuran telapak kaki “Sancun Jinlian” atau “Golden Lotus” yang berarti “Teratai Emas”
sumber : http://www.top10magz.com/10-tradisi-unik-menjadi-cantik-di-berbagai-negara/
Untuk mencapai ukuran kaki yang ideal tersebut, anak-anak gadis yang berusia antara 7-14 tahun, akan menjalani ritual pengikatan kaki, agar telapak kakinya berukuran konstan dan tidak membesar lagi. Waktu pengikatan hanya dapat dilakukan dua kali saja dalam setahun, yakni pada setiap tanggal 24 Agustus sebagai hari ulang tahun “Dewi Kaki Kecil”, atau setiap tanggal 19 Februari sebagai hari kelahiran “Dewi Kwan Im”.
Pertama-tama, kaki anak-anak gadis itu direndam dalam air hangat, atau darah hewan bersama tanaman obat-obatan, setelahnya kuku2 jari kakinya dipotong, lalu telapak kaki dipijat untuk relaksasi, kemudian yang mengerikan, tulang-tulang jari kaki akan dipatahkan, kecuali tulang jempolnya, terakhir kaki dibalut dengan kain dan dibuka beberapa hari sekali. Seterusnya anak-anak gadis itu diwajibkan memakai sepatu kecil berukuran 4 inchi (10 cm) untuk mendapatkan ukuran yang sempurna.
Pengikatan kaki ini tidak bermasalah bagi orang-orang kaya, karena tinggal berdiam diri dan tidak usah bekerja, namun bagi orang miskin yang harus membantu bekerja keluarganya baik di rumah maupun di ladang, tentu akan menyulitkan. Maka dari itulah kaki lotus ini selain menjadi lambang kecantikan dan keindahan, juga menjadi lambang kemakmuran, karena praktis hanya orang-orang kaya saja yang dapat mencapai ukuran ideal telapak kaki mini, lantaran tidak terganggu dengan kegiatan bekerja (sumber : http://lifestyle.liputan6.com/read/2071820/tampil-cantik-wanita-di-china-remukan-jari-kaki?p=3).
Bukan hanya kaki lotus yang menjadi standar kecantikan unik dan nyleneh yang terbatas pada waktu dan tempat, contoh lainnya adalah tradisi mengiris bibir dari Suku Mursi di Ethiophia, yang dilakukan pada anak gadis mulai usia 13-16 tahun. Setelah bibir diiris, kemudian dimasukkan sebentuk piringan kecil yang secara berkala diganti dengan piringan yang lebih besar, sehingga bibir bawah menjadi menjuntai, karena ukuran kecantikan bagi Suku Mursi adalah seberapa lebar menjuntainya bibir bawah anak gadis (Sumber : http://www.top10magz.com/10-tradisi-unik-menjadi-cantik-di-berbagai-negara/ ).
sumber : http://www.top10magz.com/10-tradisi-unik-menjadi-cantik-di-berbagai-negara/
Meremukkan kaki untuk mendapatkan kaki lotus, atau mengiris bibir agar lebar menjuntai akan mendapat predikat cantik menurut lingkungan, tempat, dan waktu tertentu, namun di lingkungan yang lain, tempat yang lain, dan waktu yang lain,praktek-praktek seperti demikian bisa jadi dianggap bar-bar.
Standar kecantikan sebagai bagian dari standar kehidupan suatu masyarakat di suatu tempat dan waktu tertentu, dipengaruhi oleh pola pikir dan kebiasaan. Sedangkan pola pikir dan kebiasaan, erat kaitannya dengan norma pokok dan norma dasar yang dianut oleh masyarakat tersebut. Lalu norma pokok dan norma dasar masyarakat, tergantung dari kepercayaan yang dianutnya.
Jika seseorang atau masyarakat beragama Islam misalnya, serta menjalankan keislaman dengan benar, tentu norma pokok dan norma dasarnya berpatokan pada nilai-nilai Islam, sehingga pola pikir dan kebiasaannya pun tidak keluar dari apa yang telah digariskan menurut ajaran Islam,sehingga standar kehidupannya adalah standar kehidupan ganda, dalam artian menjalani kehidupan dunia adalah demi kehidupan nanti di akherat, karena kehidupan akherat itu langgeng tak berbatas, sedangkan kehidupan dunia hanya sementara.
Kita boleh saja mencibir dan mentertawakan standar kecantikan atas dasar kaki lotus dan iris bibir, serta menganggap itu adalah hal yang buruk, mungkin menurut kita : “kok mau-maunya kayak gitu! karena kita berada pada dimensi yang berbeda dengan para pelaku kaki lotus dan iris bibir tersebut. Sedangkan pada dimensi mereka tentu itu adalah hal yang baik.
Manusia yang cerdas adalah manusia yang bisa memproyeksikan masa depan, akan menjadi apa dan seperti apa. Lebih dari itu adalah memproyeksi bukanhanya pada kehidupan dunia saja, melainkan pula kehidupan di akherat kelak akan menjadi apa dan seperti apa.
Kaki lotus dan iris bibir bisa merintis dan membuka pemikiran tentang tipuan duniawi, yakni bahwa kita terkadang melakukan sesuatu yang sulit bahkan menyiksa diri, demi penilaian orang lain yang tidak benar, demi dianggap punya kelebihan di mata sesama manusia, padahal semua itu adalah omong kosong dan tak berarti, bahkan bar bar menurut pandangan orang-orang pada tempat, waktu, dan dimensi pemikiran yang lain.
Pelaku kaki lotus dan iris bibir, hanya berpikir pada dimensi waktu, tempat, dan pemikirannya saja, tidak memproyeksi ke dimensi waktu, tempat, dan pemikiran yang lain. Maka jika kita hidup di dunia ini tanpa proyeksi ke depan pada masa hidup setelah mati dan akherat setelah dunia, lalu apa bedanya antara kita dengan pelaku kaki lotus dan iris bibir itu?