Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Pawang Makanan untuk Resepsi Pernikahan?

7 Desember 2010   10:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:56 480 5

Pawang,secara umum diartikan sebagai seseorang yang memiliki kepandaian untuk menolak atau menjinakkan sesuatu, dimana prosesnya terkadang tidak masuk dinalar. Konon ada banyak hal yang mesti pake jasa profesi tersebut. Sebut saja Pawang Ular, Gajah, Hujan, Gunung dan sebagainya. Malah ada temen saya yang pernah menjadi pengurus sebuah klub sepakbola nasional, ‘Galatama’, dia sangat sibuk dan berani membayar mahal buat sang pawang ‘bola’ demi kemenangan klubnya pada setiap pertandingan.

Khususnya yang terkait dengan pawang-memawang tujuannya tak lain dan tak bukan adalah demi sukses atau kelancaran maupun keselamatan hajatan yang diselenggarakannya. Pada umumnya gerakan itu dilakukan secara diam diam.

Terinspirasi tulisan mbak Imarithin diatas, istri saya selaku seorang perias pengantin yang sudah cukup berpengalaman sering menemukan hal hal aneh, lucu dan menggelikan dalam penyelengaraan resepsi pernikahan.

Sekedariseng, buat teman teman kompasiana, jika memungkinkan Insya Allah akan sayasharepengalaman tersebut dalam bentuk postingan di Kompasiana. Nah salah satunya adalah sebagaimanajuduldiatas dan terurai seperti dibawahini. Kisahnya tidak lucu tapi cukup menggelikan.

Kesuksesan penyelengaraan resepsi bukan saja ditandai tepat waktunya acara dimulai, semua agenda acara berjalan sesuai rencana dan atau membludaknya undangan yang hadir, tapi yang tidak kalah pentingya adalah cita rasa dan ketersediaan stock makanan yang dihidangkan buat para tamu. Tidak sedikit pesta perkawainan yang kehabisan makanan, padahal tamu masih banyak yang datang. Peristiwa semacam ini sudah barang tentu membikin malu pemangku hajat karena acapkali jadi bahan gunjingan empuk para tetangga, family, sohabat dan undangan lainnya.Makanan adalah susuatu yang krusial sehingga perlu mendapat perhatian dan prhitungan serius dalam pengadaannya.

Pada suatu resepsi pernikahan di sebuah gedung yang cukup megah, di kawasan TMII. Tamu undangan yang hadir bukan main banyaknya. Gedung yang besar ramainya hampir menyerupai Pasar Tanah Abang disaat menjelang lebaran.Areal parkir yang demikian luas, nyaris tidak cukup menghimpun kendaraan. Saya yang termasuk ‘crew’ penyelenggara dari kelompok perias, cukup was was dengan stock makanan tapi tuan rumahrautnya kok adem ayem saja, tenang, tidak menunjukkan kecemasan.

Saya was was, karena sebelumnya istri saya di ruang rias sempat berbincang bincang dengan sang ibu pengantin. Beliau menyebar undangan sekian ribu, pesan catering untuk dua set buffe utama dan tamu khusus (VIP) sekian porsi plus sekian banyak stall (makanan dalam gubugan). Dengan data seperti itu, berdasarkan pengalaman dan hitungan diatas kertas bisa gawat, makanan akan ludes ditengah jalannya acara.Namun anehnya,sampai resepsi berakhir realitanya makanan masih ada sisa. Lazimnya, banyaknya sisa disebabkan oleh undangan yang hadir sedikit, rasa makanan tidak OK atau yang hajat kelewat royal atau ketakutan sehingga pesannya over dosis.Dipesta itu rasa makanan tidak mengecewakan ini dibuktikan dengan tidak tersisanya makanan dalam piring pring bekas pakai.Saya sempat memperhatikan, ternyatarata rata para hadirin mengambil hidangannya hanya sedikit.

Ada khabar angin yang beredar, konon makanan yang dipesan tersebut telah di beri jompa-jampi oleh seorang pawang supaya para tamu kalau mengambil makanannya cuman sedikit, tapi cukup kenyang dengan tidak mengurangi cita rasanya sedikitpun.

Apakah ada hal semacam itu…? Tidak ada yang tahu persis.Namanya juga khabar angin, bisa iya bisa juga tidak. Tapi bukan hal yang mustahil itu terjadi.

Saya tengah tidak melucu, cuman geli sendiri menulis kisah ini.

He…he… he…. . Okey... kita sambung kali lain dengan cerita lain pula.

*foto nasi nyomot di google

Jakarta, 7 Desember 2010

-Nur Setiono -

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun