Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Maafkan Bapak Miskin Nak...

5 September 2012   05:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:54 564 5


Awal pekan ini, saya mengalami pengalaman yang cukup mendera nurani. Senin 3 September yang lalu, seperti biasa saya mengantarkan sekolah anak bungsu saya yang duduk di klas 7 (SMP) di sekolah swasta Kristen di kawasan Narogong, Bekasi.  Usai mengantar dengan motor, memang saya selalu saya sempetkan "nongkrong" untuk mengobrol sekilas dengan para sopir mobil jemputan sekolah dan beberapa orang tua murid  di warung depan sekolah sambil menunggu jalur macet  di pagi hari agak terurai.

Biasanya saya akan kembali jalan setelah jam masuk sekolah sudah lewat. Ketika nongkrong, tiba-tiba satpam dapat laporan ada anak sekolah ini kena musibah kecelakaan motor  dan sedang diurus polisi. Korban sedang dibawa ke RS Elisabet, Bekasi. Secara spontan karena RS tersebut hanya 5 menit dari sekolah, kami yang sedang nongkrong sepakat menengok ke sana langsung.

Wah yang terjadi memang mengenaskan. Ternyata benar murid sekolah ini kakak beradik naik motor boncengan bertiga menyenggol truk kontainer. Naasnya  yang terkecil di SMP, kelihatan terbujur kaku,luka di kepala dan dikatakan polisi sudah meninggal di tempat kejadian, sementara kakaknya ada yang kritis napasnya sudah tersengal-sengal sedang diupayakan oleh tim medis UGD rumah sakit (tak lama kemudian meninggal krn trauma di  paru). Korban satunya juga masih bersaudara mengalami patah tulang dan memar saja terbujur dan bisa dikatakan dialah yang selamat.

Dari pukul 7 pagi  pihak sekolah guru, dan pengurus yayasan sudah berkumpul di UGD dan berusaha mencari tahu apa yang terjadi sekaligus membantu apa yang diperlukan dari pihak kepolisian yang membawa korban  ke rumah sakit. Akhirnya orang tua korban datang ke rumah sakit , pecahlah tangis dan teriakan yang menyesakkan dada. Kebetulan saya dan orang tua lainnya sempet menemani sang Bapak saat menengok  korban . Ketika menuju  ruang  UGD, kami antar yang ke anak yang masih setengah sadar, kemudian yang kritis dan yang terakhir yang sudah terbujur kaku si murid SMP terbungkus selimut rumah sakit.  Inilah perkataan bapak korban yang menyesakkan dada kami yang mengantar: "Maafkan Bapak nak, maafkan Bapak ini memang salah Bapak, karena miskin , kau jadi begini, nak, Bapak ikhlas nak. Ikhlas nak ...Tuhan Yesus besertamu nak... maafkan Bapak...,"ujar sang Bapak sambil menangis tersedu-sedu.

Kami benar-benar tersentuh dan sesak dada mendengar perkataan orang tua yang setengah baya ini di depan jasad anaknya yang jadi korban. Memang setelah kami cari info dari para guru, keluarga ini memang keluarga yang sangat sederhana (kurang mampu)  tapi masih berjuang untuk sekolah untuk mengubah nasib. Syukurnya sekolah swasta ini masih memberikan kesempatan kepada mereka kakak beradik dengan keterbatasan untuk tetap menikmati pendidikan yang sama dengan anak-anak lain yang relatif mampu. Sistem subsidi silang dan salah satu visi sekolah ini adalah memberikan kesempatan kepada anak yang tidak mampu untuk menikmati pendidikan.

Kakak beradik ini dengan perjuangannya harus setiap hari naik motor bertiga yang memang melanggar aturan lalu lintas dan membawa makanan kecil seperti gorengan dan kue jajanan untuk di bawa ke kelas dijual ke teman-temannya di sekolah untuk meringankan beban orang tuanya. Saya membayangkan mereka dari pagi-pagi buta sudah membantu sang ibu membuat kue, dan harus membawanya naik motor berboncengan bertiga mengejar waktu dari rumahnya yang cukup jauh kawasan Cileungsi. Di tengah padatnya jalan raya di kawasan Narogong waktu pagi hari terlebih di jalan itu  cukup banyak truk kontainer,  mereka berusaha menembusnya. Di tengah menembus padatnya jalan raya,  bisa jadi  karena tidak ada keseimbangan (goncengan bertiga) akhirnya menyenggol truk dan mereka harus meregang nyawa.

Kata-kata sang Bapak  yang menyesakkan menunjukkan "kegagalan" sebagai orang tua yang tak mampu mengantarkan anaknya bersekolah  dengan tenang, tidak perlu berboncengan bertiga sambil membawa barang dagangan (demi efisiensi) yang akhirnya merenggut langsung nyawa  kedua anaknya. Sungguh tragis.  Maafkan Bapak memang miskin Nak... tidak bisa memberikan kalian keamanan saat mau pergi ke sekolah.

Kemiskinan memang menyesakkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun