Penumpang KRL Commuterline jurusan Stasiun Bogor - Jakarta Kota pada hari Jumat (17/4)dikejutkan dengan kehadiran grup band beken. Mereka memilih Commuterline sebagai tempat mempromosikan single terbarunya. Tak lama, media massa merilis berita Band beken Ngamen Seru di Commuterline.
Kehadiran band beken itu tentu saja menghebohkan pengguna Commuterline. Penumpang memanfaatkan momen seru itu untuk berfotoria bersama personilnya. Namun ada juga yang mengkritisinya mengingat di kereta terpasang tanda: Dilarang Mengamen!
Salah satu silang pendapat terjadi grup facebook KRLMania. Ada penumpang berpendapat, band tersebut tidak mengamen karena tidak meminta uang. Yang menjadi pertanyaan: bila ada penumpang main gitar dan menyanyi di KRL tanpa meminta uang apakah diperbolehkan?
Ada juga yang mengajukan saran mengapa tidak mendirikan panggung saja di stasiun. Pendapat itu ditanggapi bahwa band beken itu main musik di Commuterline karena menuruti tantangan penggemar. Yang lain berpendapat agar jangan terlalu kaku dan enjoy saja. Pendapat positif dan negatif-pun berseliweran.
Mengingat operator sedang berupaya keras mengupayakan agar Commuterline menjadi angkutan publik yang nyaman dan aman, silang pendapat itu wajar-wajar saja. Salah satu upaya yang dilakukan operator adalah memberi tanda berbagai larangan di Commuterline: larangan merokok, larangan membuang sampah sembarangan, larangan makan dan minum, larangan duduk di lantai/Menggunakan Kursi Lipat, Larangan Mengamen, dan lain-lain. Semoga saat memberikan ijin bagi band beken itu, operator sudah menimbang dengan bijaksana.
Menurut penulis, sebuah pertunjukan ada baiknya disesuaikan dengan keadaan dan aturan yang ada. Keberadaan publik figur di tempat umum pastinya akan mendapat sorotan dari masyarakat. Akan elok, jika tontotan pun memperhatikan unsur tuntunan.
Melihat anak bangsa bisa membuat film kartun keluarga tentu hal yang sangat membanggakan. Namun sayangnya, tokoh Bapak dalam film itu jarang memakai helm saat naik sepeda motor di jalan raya. Tentunya hal itu bukan contoh yang baik bagi penonton.
Dulu pernah ada film pendek bersetting kereta jarak jauh. Di film itu ada adegan sang tokoh yang diperankan bintang ternama menarik rem darurat hanya gara-gara pacarnya ketinggalan. Menarik rem darurat di kereta tentunya tidak bisa sembarangan.
Menurut penulis, akan sangat elok jika kesempatan personil band beken tadi di Commuterline dimanfaatkan untuk kampanye mengajak masyarakat menggunakan angkutan umum, mengajak penumpang untuk peduli dan menjaga sarana dan prasarana angkutan umum. Main musiknya biar tidak menjadi perdebatan bisa di stasiun. Media massa pun akan merilis berita: Band Beken Ajak Pengguna Commuterline Peduli Penumpang Prioritas.
Catatan ini saya tulis bukan karena saya tidak suka terhadap kegiatan band beken tersebut, tetapi sebuah upaya untuk saling mengingatkan. Kalau berkenan silakan, kalau tidak berkenan mohon dimaafkan.
-----------------------------------
Depok, 19 April 2015
Penulis seorang TRAINer (penumpang kereta) kelahiran Purworejo tinggal di Depok. Penulis buku antologi puisi Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta dan Novel Separuh Kaku.