Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Hantu KRL 5044A

2 Juli 2011   04:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:00 840 0
HANTU KRL 5044A

Senja mengantarkan langkah-langkah kaki tergesa menapaki tangga Stasiun Gondangdia. Semua membawa harapan yang terengah-engah di rongga dada. Semoga rutinitas gangguan perjalanan Kereta Rangkaian Listrik (KRL) di Jumat sore tidak lagi terjadi. Apalagi sekarang hari kedua uji coba pola operasional baru.

KRL Ekspress harus mulai belajar singgah dan mengeja papan nama setiap stasiun. Seperti kita belajar menyapa atau membagi senyum kepada tetangga di sepanjang perjalanan menuju jalan raya. Tidak seperti sebelumnya, hanya berhenti di stasiun-stasiun tertentu. Menyusul KRL ekonomi yang menyingkir di jalur lain. Pola operasional yang masih mengundang pro kontra, apalagi ketika tarif dirancang dengan harga tidak semestinya.

Mulut loket di lantai dua, menyapa jajaran penumpang mengantri tiket. Mataku menyusuri lembaran perjalanan yang dibagikan seorang pemuda. Harapan tertambat pada KRL Ekonomi 5044A pemberangkatan dari stasiun kota pukul 17.15. Masih cukup banyak waktu untuk menunggu sebelum lajunya melewati 5 stasiun dan mencium peron Stasiun Gondangdia pukul 17.27.

Sayangnya harapan itu terpenggal oleh keterangan penjaga pintu peron, "KRL Ekonomi di kota kosong!" Kata yang persis sama terdengar diteriakkan oleh pengemis yang mengais iba di anak tangga. Dalam tanya, ular besi itu bisa tak ketahuan rimbanya, "Ekonomi ke kota ada di mana?".

"Belum ada keterangan Pak!," kata penjaga.

Dalam kebimbangan, kuputuskan untuk mencoba KRL Commuter Line. Sebenarnya itu hanya KRL alih nama dari KRL Ekonomi AC. Sepertinya kata Ekonomi dihilangkan, agar operator tak susah-susah menagih dana subsidi dari pemerintah yang katanya sering mampet. Tanpa subsidi tentu saja harga tiket melonjak tinggi. Penolakan berbagai pihak membuat operator merevisi harga.

(1 Juli 2011 17:08:52) Lapor Pak: krl ekonomi bogor di stasiun kota kosong. Thk. Setiyo

Pesan pendek itu semoga menggetarkan telepon genggam seorang humas pengelola kereta. Semoga kabar itu tidak menambah keresahan hatinya. Sebagaimana kata-kata curhatnya di berbagai media, yang seakan tidak rela terhadap kesepakatan penurunan tarif. Menurutnya, penolakan tarif hanya kehendak sekelompok orang, yang belum tentu mewakili aspirasi 400 ribu penumpang.

Aku tersenyum setiap kali mengingat kata-kata itu. Sepertinya harus ada pertemuan akbar entah di Gelora Senayan atau Lapangan Monas untuk mempertemukan 400ribu penumpang dengan operator. Selama ini ada sekat tebal yang memisahkan penumpang dengan pengelola kereta. Banyak penumpang tidak tahu harus mengeluh pada siapa dan kemana.

Tak mendapat jawaban lekas, aku mulai melupakan pesan pendek itu. Mataku asyik menyusuri jadwal perjalanan baru. Jatah perjalanan KRL Ekonomi tersunat, perjalanan jelata akan bertambah penat. Seketika aku teringat teman yang mungkin sedang resah menunggu kedatangan KRL Ekonomi, entah di peron stasiun kota atau Jayakarta. Pesan singkatku menanyakan keberadaan KRL Ekonomi dijawabnya segera.

(1 Juli 2011 17:18:16) Manggarai menuju kota

Mungkin karena dia merasakan langsung, maka jawabanya bisa cepat dan akurat. Rupanya aku terlalu berburuk sangka pada pengelola kereta. Selarik pesan singkat lain merisaukan telepon genggamku.

(1 Juli 2011 17:19:25) Baru saja brngkt 17.15 selanjutnya msh di MRI satu dan UP satu. Trmksh

Pengumuman yang bergema di sekujur peron berkali-kali mengabarkan bahwa KRL Ekonomi di Jakarta kosong dan harus menunggu krl yang baru masuk stasiun manggarai. Sepertinya tidak ada kesesuaian berita. Siapa yang salah memberikan informasi?

(1 Juli 2011 17:20:50) Menurut informasi gondangdia, di kota kosong pak. Saya cek teman saya di kota katanya memang kosong. thk

(1 Juli 2011 17:22:29) Memang kosong baru brngkt tadi jam 17.15.

(1 Juli 2011 17:23:58) Bukan pak. Dibilangnya krl eko bogor menunggu krl yang kota terlebih dahulu. Begitu pak. Jadi di gdd-kota tdk ada eko.

Ah, mengapa jadi berbalas pantun begini, pikirku. KRL Commuter Line jurusan bogor terlihat melambat. Beberapa pintu terbuka, pertanda ada yang sengaja mengganjal. Penumpang penuh sesak. Pasti ini dampak dari keterlambatan suplai KRL Ekonomi.

(1 Juli 2011 17:28:13) Comline bogor pintu terbuka. Penumpang sesak. Berarti memang tdk ada eko pak.

Aku merasa laporan pandangan mata ini bisa mengurai kesimpangsiuran berita. Tapi ternyata aku mendapat jawaban tak terduga.

(1 Juli 2011 17:28:37) Yg saya sampaikan sesuai dg yg tergambar di tracking monitor pak setyo.

Seketika aku mulai meragukan kebenaran informasi stasiun Gondangdia. Tracking monitor pasti lebih akurat.

(1 Juli 2011 17:30:42) Belum tentu pak.

Pesan singkat ini sepertinya menjawab pesanku sebelumnya, tentang pintu terganjal dan sesak penumpang. Berbagai pertanyaan berkecamuk memenuhi rongga dada. Jika tracking monitor mencatat ada krl ekonomi dari stasiun kota pukul 17.15, berarti tak lama lagi akan masuk Stasiun Gondangdia. Jika tidak, mungkin lajunya tertahan di Stasiun Gambir atau tersesat entah dimana.

(1 Juli 2011 17:30:44) Oke pak. Berarti seharusnya sudah di gondangdia pak. thk

Informasi yang bergema kembali membuyarkan dugaan. Kuketik lagi sebuah pesan. Biarlah terhambur pulsa sore ini, asal jelas segala persoalan.

(1 Juli 2011 17:35:02) Comline Bekasi msk gdd. Di jakarta persiapan krl CL depok. Dan eko dr bogor memasuki kota. thk

Kembali sebuah jawaban merangsek masuk layar telepon genggam.

(1 Juli 2011 17:35:59) sdh msk jak, yg kedua msk psmb.

Aku merasa masalah ini harus tuntas. Beberapa commuter line jurusan bogor kubiarkan saja melintas.

(1 Juli 2011 17:37:26) Mungkin traffick monitornya harus dicek lagi keakuratannya pak. Thk

(1 Juli 2011 17:53:20) Maaf pak selain trafick kami ada layar monitornya pak, live dr cctv.

Kembali bimbang menggoda hati. Siapa yang bisa membohongi kejujuran cctv? Jangan-jangan memang benar tadi ada KRL Ekonomi dari Jakarta pukul 17.15. Tapi mengapa sekian waktu belum juga deraknya mencumbui Peron Gondangdia. Jangan-jangan hanya penampakan saja!

Akhirnya aku naik KRL Commuter Line tujuan Depok. Sudah terlama waktu kuhabiskan di peron Gondangdia. Namun di dalam gerbong hatiku masih risau memikirkan keberadaan KRL Ekonomi 5044A itu. Karena lumayan longgar, sebuah pesan bisa kulesakkan.

(1 Juli 2011 17:54:38) Tapi kok bisa salah ya pak. Akhirnya saya tukar karcis eko, ganti comline. Soalnya lama nunggu dr jam 17.05. thk

Kebohongan kecil aku buat untuk mendramatisir suasana. Dari awal saya memang membeli karcis Commuter Line.

(1 Juli 2011 17:58:53) Kami ada recordnya pak, silakan mampir ke temen2 monitoring untuk membuktikan.

Adakah kecanggihan teknologi bisa menjadi saksi keberadaan KRL Ekonomi 5044A. Kalau ada recordnya berarti memang kereta itu berjalan dari stasiun kota pukul 17.15. Tapi, semua orang yang tadi menunggu di Gondangdia juga bisa menjadi saksi hidup bahwa KRL Ekonomi itu tadi memang tidak kunjung datang dari pukul 07.05 - 17.50.

Temanku yang tadi menunggu kereta di jayakarta sekarang sudah ada di krl ekonomi. Posisi dikabarkan sudah memasuki Stasiun Cikini. KRL Commuter Line yang kunaiki, mulai merapat ke stasiun Tebet. Aku masih saja kebelet menulis pesan pendek.

(1 Juli 2011 18:01:03) Ya udah pak. Krl ekonomi sekarang sampai cikini. Itu KRL yang tadi masuk dr Bogor. Saya juga nungguin di gondang pak. Saksi banyak. thk.

Sebuah jawaban kusimpulkan sebagai rangkaian kata yang tidak teliti menyimak.

(1 Juli 2011 18:02:08) Bapak nunggu di Kota atau Gondang

Aku menghela nafas panjang. Harusnya pertanyaan itu diketik lebih awal.

(1 Juli 2011 18:03:08) Gondangdia dr jam 17.05 pak. Harusnya 17.27 krl eko masuk pak. thk

Ketika sepenggal laju kereta meninggalkan Stasiun Tebet, sebuah nada panggilan mengusik. Suara Katon Bagaskara terdengar syahdu menyanyikan sebait lagu Menjemput Impian.

"Indah larik pelangi seusai hujan membuka hari. Samar dirajut mega garis wajahmu lembut tercipta."

Sepertinya ada yang tak puas berbalas pantun dengan pesan pendek. Pasti rasa penasaran juga menggelayuti pikirannya. Sebuah suara tersekap dalam genggaman.

"Jadi bagaimana Pak?"

Akhirnya kembali kuceritakan kronologi yang terjadi. Dari kata-katanya sepertinya dia merasa sedang berbicara dengan penumpang yang belum dikenalnya. Padahal sudah beberapa kali kami berdiskusi dan bertatap muka.

"Sesekali mainlah pak setyo ke kantor kami. Menengok monitoring perjalanan kereta. Kalau tak kenal kan tidak akan sayang."

Aku hanya mengiyakan saja ajak simpatiknya itu. Kalau tak kenal mana mungkin bisa sayang. Kalau jarang ke lapangan pasti tidak mengerti kenyataan.

(1 Juli 2011 18:30:53) Iya, aku dijaya dari jam 5, kata petugas masih di cawang. Pas mas sms, pengumuman dari jaya eko manggarai.

Pesan pendek teman sepertinya bisa menjadi pegangan. Kembali aku berburuk sangka. Mungkin laporan petugas ke penumpang berbeda dengan laporan ke atasan. Biar semua terkesan lancar, aman, dan terkendali.Begitu turun di stasiun Depok Baru, telepon genggam dipenuhi jajaran sms laporan dari temanku.

(1 Juli 2011 18:32:41) Tanjung, pukul 18.33
(1 Juli 2011 18:37:37) Lenteng, pukul 18.37
(1 Juli 2011 18:40:07) UP. 18.40
(1 Juli 2011 18:52:11) Depok Baru, 18.53

Aku hanya tersenyum. Angkutan kota menunggu penumpang memenuhi formasi 6-4-2-2. Hardikan polantas tak dihiraukan sopir. Sepertinya ia tidak mau melaju sebelum angkot penuh. Klakson berlomba menjerit. Suasana terminal bayangan selalu riuh setiap kali kereta menumpahkan penumpang.

Jadi, telat berapa menit tuh? Tanyaku dalam sebuah pesan.

(1 Juli 2011 18:04:52) Hanya 47 menit klo yg jam 17.15

Aku kembali tersenyum. Jalan raya kota depok sibuk menyambut pekerja-pekerja yang pulang kerja dari Jakarta. Namun, Kelebat Kereta ekonomi 5044A masih saja menghantui pikiranku.

Depok, 2 Juli 2011

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun