Pada mulanya, muazzin, juru siar waktu shalat, dipilih berdasarkan kebaikan akhlak dan kekuatan suaranya agar bisa memanggil orang beriman dari atas menara. Seiring waktu, persyaratan ini lalu ditambah dengan pengetahuan mengenai langit. “Hanya pria terhormat, terpercaya, dan tahu betul mengenai waktu shalat yang bisa menyerukan panggilan azan dari atas menara… Muazzin harus tahu (dua puluh delapan) kedudukan bulan dan bentuk gugusan bintang di dalamnya, sehingga ia bisa mengenali waktu malam,” ujar seorang komentator Mesir,
Ibnu Al-Ukhuwwa.
KEMBALI KE ARTIKEL