Abstrak
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut tanggung jawab dari ilmuwan dan pengguna untuk tidak hanya memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi perkembangannya sendiri, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara tepat untuk peningkatan martabat dan kesejahteraan manusia. Perdebatan tentang apakah ilmu pengetahuan itu bebas nilai atau tidak menjadi keniscayaan untuk ditelaah, khususnya dalam ilmu pendidikan termasuk Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling tidak bebas nilai berdasarkan analisis terhadap pemahaman tentang Bimbingan Konseling, kedudukan BK dalam pendidikan, penelitian-penelitian maupun praktek-praktek yang dilakukan BK. Dalam prakteknya, Bimbingan dan Konseling adalah pekerjaan berbasis nilai, layanan etis normatif, dan bukan layanan bebas nilai. Seorang konselor perlu memahami betul hakekat manusia dan perkembangannya sebagai makhluk sadar nilai dan perkembangannya ke arah normatif-etis untuk kesejahteraan manusia.
Pendahuluan
Nilai dibutuhkan dalam penerapan ilmu dan teknologi untuk mengarahkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi agar tidak menyimpang dari tujuan ekplorasi ilmu dan teknologi itu sendiri yaitu untuk mencapai kesejahteraan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut tanggung jawab dari ilmuwan dan pengguna untuk tidak hanya memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi perkembangannya sendiri, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara tepat untuk peningkatan martabat dan kesejahteraan manusia.
Pembahasan
Nilai-nilai dalam Bimbingan dan konseling
Nilai-nilai dalam BK tercermin dalam pemahaman tentang Bimbingan Konseling, kedudukan BK dalam pendidikan,penelitian-penelitian maupun praktek- praktek yang dilakukan BK.
a. Pemahaman Bimbingan dan Konseling
1) Pengertian Bimbingan dan Konseling
a) Menurut Shetzer & Stone (1981: 39) mendifinisikan bimbingan sebagai
proses untuk membantu individu-individu dalam memahami dirnya sendiri dan lingkungannya (Guidance is the process of helping individuals to understand themselves and their world). Dengan suatu asumsi bahwa individu yang dapat memahami dirinya sendiri dan lingkungannya akan menjadi lebih efektif, lebih produktif dan menjadi manusia bahagia.
b) Menurut Farozin (2013), bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan secara ilmiah dan kontinyu, secara langsung dan tidak langsung oleh konselor kepada konseli agar dengan kemampuannya sendiri konseli dapat memahami diri, menerima diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan diri dan merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab sehingga mencapai kesejahteraan dan kebermaknaan di dunia maupun akhirat.
2) Tujuan Bimbingan dan Konseling
Dua pengertian tersebut di atas menunjukkan bahwa Bimbingan dan
Konseling secara umum bertujuanuntuk perkembangan individu agar dapat memahami diri dan lingkungannya, dapat hidup dengan efektif, produktif, bahagia dunia dan akhirat. Secara khusus, tujuan Bimbingan dan Konseling adalah membantu individu agar dapat : a) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; b) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; c) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat dan kerja; d) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapinya dalam kehidupannya. (Syamsu Yusuf, 2006: 13).
Kedudukan BK dalam sistem pendidikan
Education as Guidance adalah sebuah buku yang ditulis oleh Brewer pada
tahun 1932 yang mengidentikkan bimbingan dengan pendidikan. Istilah bimbingan dan pendidikan selanjutnya sering digunakan oleh Brewer secara bergantian. Menurutnya pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan para siswa atau peserta didik agar mampu melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan yang bermakna, melalui pengetahuan dan kebijakan. Dia meyakini bahwa sekolah bertanggung jawab untuk membimbing para siswa. Truman L Kelley menggunakan istilah educational guidance, Meyer Bloomfield mengatakan bahwa "all education is now recognize as guidance", Hawkes menyatakan bahwa "education is guidance and guidance is education, dan Hildreth berpendapat bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara pendidikan dan bimbingan baik dalam tujuan, metode maupun hasil. (Syamsu Yusuf LN, 2006: 47).
Konselor Bimbingan dan Konseling.
Seorang konselor sebagai pengampu layanan bimbingan dan konseling selalu digerakkan oleh motif altruistik, menggunakan penyikapan yang empatik, menghormati keragaman serta mengedepankan kemaslahatan pengguna layanannya, dilakukan dengan selalu mencermati kemungkinan dampak jangka panjang dari tindakan layanannya itu terhadap pengguna layanan, dan selalu menyadari batas kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya sebagai seorang profesional.
Selain itu, dikemukakan pula tentang layanan Bimbingan dan Konseling bagi anak berkebutuhan khusus dan anak berbakat. Layanan Bimbingan dan Konseling bagi anak berkebutuhan khusus ditekankan pada upaya pengembangan kecakapan hidup sehari-hari (daily living activities), merupakan intervensi tidak langsung yang lebih terfokus upaya mengembangkan lingkungan perkembangan yang akan melibatkan banyak pihak, terutama guru pendidikan khusus. Sedangkan layanan bimbingan dan konseling bagi anak berbakat, pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sama dengan pelayanan umum lainnya. Dalam hal ini, konselor berperan dalam asesmen keberbakatan dan memilih alternatif pengembangan keberbakatan, yang tidak hanya dalam pengertian intelektual saja tetapi juga keberbakatan lainnya, seperti dalam olah raga, seni dan sebagainya.
Seperangkat nilai yang kemudian dijadikan norma sebagai pedoman bagi suatu profesi, sering disebut dengan etika yang kemudian menjadi kode etik. Walaupun secara filosofis etika sendiri adalah filsafat moral yang menelaah antara lain tentang sumber nilai, alasan nilai, universalitas nilai dan sebagainya.