tangis akhirku lelap di antara bukit hangat itu
seperti tak berkesudahan
tiap tetes madu berwarna putih itu
menyambung umur hingga kegurat angka
pada ayah kubertanya
mengapa pundipundi air susuku
berganti kaleng bergambar sapi betina
lalu ayah menjawab
sapi betina itu ibuku kini
ratapan tak akan mengembalikanmu
padaku ibu...
kata terakhir yang jelas terpahang di telinga
"Kau urus anakmu itu! Menetek saja kerjanya!"
lalu suara seret sandalmu menyayat hatiku
manik mataku memenjarakan ayah
ia melenguh
mungkin karena harga solar yang terus naiknaik ke puncak gunung
atau karena terlibas kapalkapal besar berpukat harimau
hingga jala hanya menggantung
joran terpekur
kini ayah hanya hidangkan
air putih dengan sedikit gula
menawar tangisku
menyematkan aku di pangkuannya
"Sabarlah nak, omak akan pulang . Lagi mengaji dia di Surau"
lalu malam beriring isakan yang tak pernah tamat.