Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

PETUALANGAN “THE FOUR BOYS” DI SALATIGA

9 September 2010   09:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:20 203 0
Hembusan angin sepoi-sepoi serta suasana dingin membuat kita ngantuk, disamping itu juga ditambah tidak ada kegiatan yang bisa membuat terhibur, yaah…membosankan banget atau dengan kata lain BT (Bosan Total/Boring Tw), biasanya pergi lari sore keliling kota salatiga, entah kenapa saat ini merasa malas dan tidak gairah sama sekali. Tapi salah satu diantara kami kepingin banget maen internet, kebetulan anak yang berusia muda diantara kami, umurnya 10 tahun…yaahh tau aja dech anak-anak kalau ada keinginanya selalu dengan cara dipaksa. Betul g??

Saat itu kami lagi dalam keadaan malas untuk ngapa-ngapain tapi karena ada rasa empati terhadap dia langsung mengambil keputusan untuk memenuhi permintaannya, walaupun sebenarnya diantara kami kepingin juga main internet, yaah…tau ajalah update status di facebook.

Memulai perjalanan dari rumah menuju warnet yang jauhnya kira-kira 500 m, diperjalanan penuh dengan canda tawa. Gimana eggak ketawa, jalan di tetangga aja harus dandan rapi…sampae ganti baju dua kali, ditambah teman kami ada yang ngaku-ngaku orang barat, kita sich eggak masalah coz kita emang orang NIAS BARAT semua.

Kami eggak mau basa basi akhirnya kami sampai diwarnet, dengan gaya ayu n sopan menanyakan kepada operator…mbak ada yang kosong enggak internetnya?? Dengan wajah yang tak kalah santun juga, mbaknya menjawab, ada mas… no 3, 7, 8 dan 10. Kita pun mulai browsing di internet. Yaah… tau ajalah zaman sekarang namanya Facebook udah menjadi keong racun yang menjalar mengalir didarah tiap orang, seperti aliran sungai tiada hentinya mengalir menuju laut bebas. Tidak terasa waktu terus berjalan sehingga udah 1 jam, yaah…habis-habis Rp 4.000 lah. Tau aja anak kuliahan dan anak SD Rp 4.000 itu merupakan nilai yang  cukup besar.

Tidak sadar memang harus segera meninggalkan warnet. Teman kami yang dua orang pun langsung offline dan menuju tempat operator. Tapi ternyata ada ada dua orang yang lagi asyik chatting, yaah…langsung aja dipanggilin untuk segera balik ke rumah. Tapi teman menjawab…entar kita balik, ada film yang bagus, pilih mana yang seru!!! Salah satu diantara kami mengatakan eh…kayaknya itu film bagus judulnya “TAKEN”, menurut perkiraan saya, itu film perang. Kita setuju aja untuk mengcopy film tersebut di flasdisnya.

Setelah mengcopy film tersebut langsung menuju tempat operator untuk bayar tarif internet dan segera meninggalkan warnet menuju rumah. Diperjalanan pulang selalu dipenuhi canda tawa. Tidak terasa sampai dech dirumah dengan keadaan didalam rumah gelap gulita. Dengan sambutan pintu rumah telah ditutup coz belum bawa kunci, soalnya om lagi ada dirumah. Yaah…tau aja lah… orang kerja seharian kecapean ya… gitu dech langsung tidur dengan lelap.

Tok…tok….tok…buka pintunya…!!!!!

Langsung aja om bangun dan membukakan pintu rumah. Dengan penuh semangat n tergesa-gesa menekan power laptop untuk memutar film tersebut.

TAKEN

Dengan tidak sabar untuk memastikan apa film perang atau bukan, langsung saja mempercepat dari awal sampai berakhir film tersebut tanpa mengetahui apa sebenarnya ceritanya. Sehingga diantara kami ada yang bilang kita udah selesai kok nonton filmnya…yoo kita matikan aja…kita pun ketawa-ketiwi. Tetapi karena penasaran apa sich isi film TAKEN ini?? Langsung memutarkan lagi dari awal dengan meyimak secara seksama. Ternyata film tersebut bukan film perang tetapi film yang menceritakan tentang seorang ayah yang berjuang untuk menyelamatkan anaknya dari perdagangan perempauan yang dijadikan sebagai pemuas seks. Sehingga kami merasa empati terhadap ayah tersebut. Yaah inilah sekilas ceritanya.

Sebuah keluarga yang cukup berada tinggal di California Amerika Serikat, telah mengalami broken home. Mereka mempunyai seorang anak perempuan namanya KIM, ayahnya bernama BRYAN dan ibunya bernama LENORE, anaknya ini mempunyai seorang sahabat namanya AMANDA. Suami kedua LENORE bernama STUART.

Kim tinggal bersama ibunya dan bapak tirinya Stuart. Bryan sangat sayang kepada anaknya. Bryan bekerja sebagai pencegah terjadinya sesuatu kekacaun di negaranya atau dengan kata lain mata-mata. Sehingga dia tidak mempunyai waktu untuk keluarganya.

Ketika Kim berumur 17 tahun, dia minta kepada ibunya untuk pergi berlibur di Paris sambil nonton Tur Europa U2 atau band rock keliling Europa. Kim minta ijin kepada ayahnya juga untuk berangkat kesana, pada awalnya ayahnya cuman mengetahui kepergian Kim hanya berlibur ke Paris dan tinggal di apartemen milik sepupu Amanda. Sebenarnya ayah Kim tidak mengijinkan Kim pergi sendirian kesana karena baru berumur 17 tahun, ayahnya mengkhawatirkan akan keselamatan Kim. Tetapi ibunya memaksa Bryan menandatanganin surat ijin berangkat ke Paris. Bryan mengatakan saya tidak senang dengan rencana ini.

Berikan kebebasan kepadanya, dia sudah besar tutur Lenore. Walaupun dengan berat hati Bryan akhirnya mengijinkan Kim untuk berangkat ke Paris dengan syarat, meminta nomor telepon dan alamatnya di Paris, memberitahu kemana pergi dan dengan siapa, Kim harus menelepon ayahnya setelah sampai di bandara, menelepon sebelum tidur. Kedua, ayahnya Kim memberikan ponsel internasional, ketiga ayahnya meminta kepada Kim untuk mengantarkan ke bandara.

Ketika sampai dibandara Bryan mengangkat koper Kim dan melihat ada peta perjalanan Kim. Ayahnya begitu kaget coz anaknya membohongi dia. Tiba-tiba muncul Lenore menghampiri Bryan sambil menawarkan pertolongan untuk membawa koper Kim.

Brian menunjukkan peta perjalanan Kim kepada Lenore sambil bertanyaan, kamu tahu soal ini?? Dia tidak hanya pergi ke Paris?? Aku tahu kata Lenore. Kau hidup dalam dunia kecil dibalik dinding dengan pelayan, supir, pembantu. Kau tak tahu dunia ini seperti apa tutur Bryan dengan perasaan jengkel. Tapi Lenore menjawab jangan kekang kehidupan Kim berikan dia kebebasan sambil meninggalkan Bryan. Tanpa ada pembicaraan lagi Kim pamit kepada kedua orang tuanya untuk berangkat.

Sesampainya di bandara Paris, ada seseorang yang menawarkan bantuan untuk mengantarkan ke apartemen tempat tinggal Kim dan Amanda. Orang ini sebenarnya bekerja sebagai pembantu dalam proses perdagangan perempuan. Dengan ramahnya menawarkan untuk berfoto juga. Kemudian mereka saling kenalan, nama laki-laki itu Peter. Nomor apartemen kamu?? Tanya Peter. Seluruh lantai lima, Hoffmann jawab Amanda. Kim sebetulnya kurang setuju untuk percaya sepenuhnya kepada orang yang baru kenal. Tetapi Amanda tidak menghiraukan perkataan Kim. Karena Peter udah sampai mengantarkan mereka ke apartemen dia langsung pamit pulang tanpa mampir ke apartemen mereka.

Orang yang mengantarkan mereka langsung menelpon teman-temannya untuk menculik kedua perempuan yang ada di apartemen ‘La Fonte’ lantai lima. Tidak lama setelah sampai di apartemen ayah Kim meneleponnya, tetapi Amanda sedang memutar musik dengan suara keras sehingga Kim memilih untuk pergi ke kamar mandi. Kim menjelaskan kepada ayahnya bahwa sebetulnya sepupu Amanda tidak ada di apartemen, mereka sedang berlibur di Spanyol. Bryan bertanya masih ada yang kamu beritahu kepada ayah?? Kim diam sesaat karena sedang memperhatikan Amanda yang sedang asyik mendengarkan musik. KIMMY?? Ada seseorang disini dengan wajah gelisah. Sepupunya kembali? Tanya ayahnya. Bukan…Astaga! Mereka menangkap Amanda! Langsung saja ayahnya kaget dan bertanya APA? Mereka membawanya. Ayanya meminta Kim jangan panik sambil mengajukan pertanyaan, kau bertemu orang lain dipesawat? Tidak. Dibandara? Tidak…ya! Peter. Siapa Peter? Aku tak tahu. Orang Amerika? Bukan. Dia tahu dimana kalaian tinggal? Ayah, mereka datang, aku takut… Ayah tahu, kamu harus tetap fokus dan tabah.

Pada saat itu juga ayahnya mempersiapkan alat perekam, sambil ayahnya bertanya ada berapa orang, dengan rinci. Tiga, empat. Entahlah. Kau dimana? Aku dikamar mandi. Ayahnya menyuruh pergi kekamar tidur dan bersembunyi dibawah ranjang, beritahu aku kalau sudah. Dengan segera Kim langsung menuju kamar tidur dan masuk dibawah ranjang. Aku telah sampai. Dengar ,bagian ini sangat penting, tutur ayahnya. Kamu harus tetap fokus, tinggalkan ponselmu dilantai, teriakin ciri-ciri mereka: warna rambut, warna mata, bekas luka, tinggi, pendek. Tidak lama kemudian Kim di tarik dari bawah ranjang, sambil teriak memberi tahu ayahnya ciri orang-orang yang menculiknya.

Karena ayahnya seorang mata-mata dia mampu menggunakan alat petunjuk untuk mendapatkan anaknya Kim. Dengan tergesa-gesa ayahnya langsung menuju bandara untuk berangkat ke Paris dan langsung ke apartemen tempat Kim dan Amanda tinggal sambil membayangkan bagaimana proses penculikan itu terjadi.

Ayahnya berjuang dengan taruhan nyawa melawan para komplotan penculik perempuan yang diperdagangkan untuk dijadikan sebagai pemuas nafsu birahi. Dengan berbagai cara dilakukan Bryan untuk mendapatkan Kim, baik secara negoisasi maupun dengan kekerasan.

Dan tidak sia-sia perjuangan ayahnya, dia menemukan Kim dalam keadaan terancaman sedangkan Amanda sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri disebabkan over dosis obat-obat terlarang. Dengan tenang dan fokus ayahnya mampu melepaskan Kim dari cakraman orang-orang jahat tersebut dan membawa dia pulang ke California Amerika Serikat.

Kita bisa tarik kesimpulan dari cerita diatas, yang menjadi pelajaran berharga bagi kita adalah meskipun orang tua kita secara kasat mata tidak ada waktu untuk bersama-sama dengan kita tapi hatinya selalu untuk anaknya. Nasehat orang tua merupakan suluh diperjalanan kita. Dan jangan pernah percaya begitu saja orang yang baru anda kenal.

“maling tidak pernah berteriak saya maling”

Semoga cerita ini bisa bermanfaat bagi penulis dan kepada para pembaca pada umumnya.

Sumber: ‘TAKEN’ FILM, produced by 20TH CENTURY FOX

Penulis cerita PETUALANGAN ‘THE FOUR BOYS’ DI SALATIGA

AMOS AVENGED SEVENFOLD

ESA AVENGED SEVENFOLD

FITTOX AVENGED SEVENFOLD

SERI EKSOTIS GULO

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun