Kalaksanan adalah sebuah nama Dusun terpencil yang berada di desa Cikawungading kecamatan Cipatujah kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Mayoritas penduduknya yang berjumlah 640 jiwa itu adalah petani dan penyadap gula aren. Rata rata pendidikan warganya hanya tamatan SD dengan tingkat ekonominya menengah kebawah. Tetapi walaupun demikian, ada hal menarik dari kehidupan warga Kalaksanan yang patut ditiru oleh kita semua, khususnya para elit dan pemuka agama. Dari 7 RT yang ada, 2 RT diantaranya yakni sebanyak 219 warga adalah pemeluk agama Nasrani. Tetapi walaupun ada perbedaan agama, tidak tampak adanya perbedaan dalam perilaku kehidupan sosial warga sehari hari. Kerukunan sangat nampak terlihat dalam sebuah ikatan kebersamaan. Walapun penduduk kampung Kalaksanan berpendidikan rendah tidak membuat mereka rendah dan saling merendahkan satu sama lainnya khususnya soal perbedaan agama diatara mereka. Selama sejarah kampung itu berdiri sampai sekarang belum pernah terjadi komplik diantara mereka dalam soal perbedaan akidah. Ternyata terciptanya kerukunan diantara warga kampung Kalaksanan baik yang beragama Islam maupun Kristen, ternyata sangat sederhana yakni saling menghargai keyakinan masing masing. Bagi warga Kalaksanan soal akidah adalah soal pribadi masing masing dan merupakan kehormatan diri. Selama bisa saling menghargai dan saling menjaga kehormatan masing masing, maka selama itu pula akan tercipta kedamaian. Dan itulah yang selama ini dipegang kuat oleh warga terpencil itu. Yang menarik, disaat warga Muslim membangun Majlis Ta'lim, seluruh warga non muslin di kampung Kalaksanan turun membantu bergotong royong berbaur bersama. Sehingga tidak nampak ada perbedaan diantara mereka. Kewajiban bergotong royong bagi warga disana adalah merupakan bagian dari Ibadah dan sebagai perekat persatuan dan kesatuan warga. Bahkan dikala ada warga Non Muslim yang masuk Islam, tidak menjadikan hancurnya kebersamaan diantara mereka, tidak menjadikan sebuah permusuhan atau hilangnya ikatan keluarga. Tetapi tetap sebagai satu kesatuan dan tetap sebagai satu saudara. Itulah pembelajaran yang didapat dari warga Kampung Kalaksanan, saat mengikuti Bhakti Sosial dengan rekan rekan alumnus Unsoed. Sebuah pembelajaraan berharga dari sebuah ikatan warga di kampung terpencil. Walaupun mereka berpendidikan rendah, tetapi tidak membuat rendahnya diri mereka, malah telah menjadikan mereka sebagai warga yang mempunyai nilai berharga dalam menciptakan sebuah kerukunan dan kebersamaan dalam sebuah perbedaan. Keterpencilan kampung mereka tidak menjadikan perbedaan diantara mereka saling kucilkan. Andai saja sikap dan sipat warga kampung Kalaksanan itu dimiliki oleh seluruh warga bangsa ini, Insya Alloh negeri ini akan menjadi sebuah negeri penuh kedamaian, kerukunan dan kebersamaan serta mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi. Perbedaan diantara warga bansa akan menjadi sebuah rahmat dan akan terhindar dari perpecahan dan saling merendahkan satu sama lain. Mari kita belajar dari warga Kalaksanan.* septyan
KEMBALI KE ARTIKEL