Karya : Septian Dwi A.
Entah masa yang berulang di tiap era
Tiada lelah menyajikan hidangan romansa
Dibumbui rempah-rempah dari nirwana
Seakan indah tiap jiwa yang terkena mantranya
Namun bagaimana jika ia bergema di ruang yang hening?
Tiada menduga akan mengenai sebuah telaga bening
Suara adalah gemericik sayup dan asing
Bertukar menjadi rapuh dan dingin
Ia bergema, berdetak antara celah hati
Meretakkannya dalam puing-puing yang bercecer dilantai
Banjir meledak, sebak di dada selalu menyiksa diri
Dan perlahan menjadikannya apati
Lantas, bagaimana dengan hadir yang kalah?
Siapa yang bersalah akan segala rasa resah
Akankah kamajaya menjamin kita bahagia?
Atau barangkali ia mengajarkan kita asmara tak selalu bersama?
Blitar, 4 Agustus 2021