Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Fashion yang Sebenarnya ...

15 Juli 2011   15:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:39 72 1
Saat saya membaca sebuah buku yang mengulas tentang surat-surat R.A Kartini pada beberapa sahabat penanya, saya menemukan beberapa kata dari beliau di sebuah suratnya yang menarik perhatian saya. Beliau menyebut bahwa kelemahan bangsa ini adalah suka pada penampilan lahiriah yang gemerlapan. Beberapa kata itu membuat saya berfikir dan mengaitkan dengan realita yang terjadi di sekeliling saya, dan memang benar menurut saya.

Sering saya melihat, mendengar, ketika orang-orang umumnya lebih mementingkan dan menilai bahwa segala sesuatu hal dipandang dan ditakar dari penampilan luar semata. Saya sering kali mendapatkan ceramahan, " Kamu harus berpakaian gini, rambut gini, sepatu gini, biar orang lihatnya gimana, ......".

Tapi di mata saya semua berbeda. Kenapa harus berpakaian gini? Gitu? Dididik harus berpenampilan gini-gitu? Selalu menimbulkan tanda tanya. Bagi saya, fashion atau penampilan sesungguhnya bukan bagaimana mendandani fisik secara rapi 'jali' atau glamour, tapi mendandani pikiran dan hati secara baik. Sungguh sangat percuma ketika penampilan mungkin secara awam dibilang 'OKE', tapi di hati dan pikirannya sama saja tidak se-'WAH' kemasannya. Bagi saya lebih baik berpenampilan sesuai dengan apa yang ada dipikiran dan hati untuk menunjukkan sebuah keorisinilan diri kita.

Mendandani fisik semata tanpa mendandani hati dan pikiran sama saja memakai topeng untuk menutupi berbagai bopeng. Saya secara jujur lebih terkesan kepada anak muda berpakaian yang mungkin tidak lazim dengan sobekan celana sana-sini, namun memeiliki pribadi yang luar biasa cerdas dan hati yang mulia.

Pada akhirnya semua kembali pada sebuah statment, DON'T JUDGE A BOOK BY IT'S COVER, yang sering dikoar-koarkan. Namun, apa artinya statement tersebut ketika kita diajari hanya untuk memperindah cover tanpa mengisi buku tersebut dengan kualitas yang kuat.

Daripada mengajarkan berfashion secara baik, rapi 'jali' atau glamour yang pada akhirnya hanya belajar memakai topeng, mengapa kita tidak belajar untuk berdandan secara jujur seperti orisinilnya diri, dan lebih mengedepankan mendandani hati dan pikiran, karena fashion yang sebenarnya terletak di hati dan pikiran.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun