Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Umpatan bagi Langit dan Aspal

18 September 2014   05:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:22 180 1
Dimulai dari selokan tempat ini terlalu luas

Dimulai dari menara baunya terasa

Titik-titik yang isinya cuma sama

Aku sudah bosan menebak karena selalu tepat

Setiap dari kita adalah pemakan bangkai

Setiap dari kita adalah ancaman

Berpotensi ledakan seperti rudal Hizbullah

ataupun menusuk seperti pedang Ali

Tidak perlu membantah untuk membelokkan kalkulasi

Karena setiap skema sudah aku analisa

Segala macam akidah sudah aku cerna

Ku telan mentah mentah disetiap perjalanan

dan tak terasa kini sudah terlalu jauh

Tak perlu besembunyi untuk mengatakan bahwa itu benar

Masing masing dari kalian adalah kanibal yang sopan

Dimulai dari menggerogoti jari hingga ke mata kaki

Perlukah bagiku menyebut diri "para pencari kenyamanan"

Segala surat rakitan yang kini menjadi instan

Segala simbol aturan yang kini menjadi hiasan

Maka ketahuilah,

Masing masing dari kita adalah hidangan sehari-hari

Bagi mereka yang menguasai jalan cerita

Bagi mereka yang duduk dan rapi




Untuk kursi mewah yang baunya semerbak

Aku putuskan untuk mengkritik di dalam rima

Cobalah kalian cerna tanpa sambil bersenggama




Aku mungkin bukan pujangga

Aku hanya bayi yang terlahir tanpa celana

Tapi aku sudah pernah makan aspal

Bukan hanya menyemir sepatu

Maka tidakkah ada rasa iba

Untuk kami yang menyajikan sesajen dari keringat kami

Karena satu tetes air susu itu berasa satu liter

Maka berhentilah tertawa

Setidaknya untuk mengetahui bahwa kami ada

Dan bila aku harus dihukum karena lancang menyusun kata

Aku tidak pernah menyesal bahkan untuk sebuah penjara

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun