Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Liburan Murmer ala Backpacker II (Dari Bengkulu Menuju Yogyakarta dan Bandung)

5 Desember 2013   20:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:16 618 0

Rute Pertama: Bengkulu-Yogyakarta (yang sudah ku-sharing tempo hari atau baca disini)

Rute Ke Dua: Dari Yogyakarta Menuju Bandung

“Kami tunggu di dekat warung nasi.”

Ada-ada saja, pake acara pindah tempat, pikirku. “Dari penginapan kita yang kemarin, ke arah mana?” balasku.

Tidak lama balasannya masuk, “Lihat aja arah matahari terbenam.”

Aku pun turun ke bawah menuju tengah terminal untuk melhat arah matahari terbenam. Di tengah-tengah terminal sepi. Orang-orang pada berlindung di bawah atap karena cahaya matahari sangat menyengat. Aku seperti orang linglung yang berada di tengah terminal mencari mereka. Tiba-tiba ada yang melambaikan tangan dan memanggil, “Rin! Rin!” Aku menoleh, rupanya teman-temanku. Kemudian aku mendekati mereka. Tenyata tidak sejengkal pun mereka beranjak dari tempat tadi. Dengan sedikit marah aku minta klarifikasi mereka, “Tadi kalian SMS mau pindah tempat, tapi kenapa masih disini?”

“Nggak ah, dari tadi kami disini,” jawab Reti enteng.

“Lho tadi, kan, kalian SMS.” Kutunjukkan isi SMS.

Reti kaget, “Itu SMS beberapa hari yang lalu, Rin. Ternyata baru nyampe, ya?!” ia ketawa. Huh! Ini ulah provider T**ko*sel ternyata.

“Terus, kenapa kalian SMS suruh aku lihat arah matahari terbenam?” tanyaku masih penasaran.

“Lho, bukannya kamu tadi SMS nanya kemana arahnya, kupikir kamu nanya arah kiblat, jadi Tya suruh jawab seperti itu.” Wkwkwkwk Asli kami nahan ketawa di ruang tunggu yang rame itu.

Jam dua kami berangkat meninggalkan Kota Yogya yang penuh kenangan menuju ibu kota Jawa Barat. Butuh waktu 19 jam untuk sampai di terminal Leuwi Panjang, Bandung. Ini kali ke dua aku terkapar di penginapan yang tak jauh dari terminal. Aku hanya istirahat di kamar, memulihkan tenaga yang hampir terkuras habis. Teman yang lain keluar sebentar untuk mencari makanan. Penginapan disini enak, seperti rumah bedengan. Luas, bersih, ada TV-nya pula dan kamar mandi di dalam. Rp150.000/malam tanpa biaya tambahan. Kami booking empat malam.

Esoknya kami siap “bertempur” lagi. Perjalanan pertama di kota kembang ini adalah main sepuasnya di Trans Studio Bandung (TSB) milik Chairul Tanjung, si anak singkong. HTM Rp250.000/orang. Sedikit mahal karena memang pada hari libur tapi kita puas main apa saja disini. Pengunjungnya juga sangat padat.

Kami beruntung bisa menyaksikan pertunjukan sirkus internasional. Dengar-dengar, katanya pertunjukan sirkus ini cuma ada saat liburan aja. Rasanya tidak perlu aku jelasin bagaimana mewah dan megahnya setiap atraksi yang dipertontonkan di TSB, di gugel saja sudah banyak tersedia J Sampe malam kami main disini, nggak pake acara makan dan minum karena repot harus isi voucher-nya terlebih dahulu. Haus? Iya. Lapar? Banget! Namun apa mau dikata, kami berusaha ngirit. Mbak-mbak dan mas-masnya juga ketat banget dalam menggeledah tas kami. Alhasil tak ada satu makanan pun yang berhasil kami bawa masuk. Mau beli di TSB, mahale L

The next day, tujuan kami ke TWA Gunung Tangkuban Perahu, 20 km ke arah utara kota Bandung. Kami menumpang bis (Rp3000 non AC) dari terminal Leuwi Panjang menuju terminal Ledeng. Dari Ledeng lalu naik minibus yang ke Subang (Rp15.000).

Sepanjang perjalanan, temanku, Reti, asyik masyuk ngobrol dengan ibu yang duduk tepat di sebelahnya. Ibu itu bilang, rugi banget kalo ke Tangkuban Perahu tidak mampir dulu ke Ciater, tempat pemandian air panas alami. Ibu itu juga memberikan tips yang aman pulang ke Bandung kalo nanti kemalaman. Tanpa beban, ia pun memberikan kontak nomor HP-nya. “Siapa tahu nanti nyasar,” katanya.

Finally, kami pun mampir dulu ke Ciater. Baru saja nyebrang, hujan pun mengguyur tanah Subang. Terpaksa kami mampir di sebuah warung sambil istirahat dan makan siang. Lama ditunggu-tunggu reda, ternyata hujannya awet.

“Nggak apa-apa, turun saja. Walau hujan, rame kok di bawah,” usul ibu pemilik warung itu. “Kalo kemalaman, nginap saja disini. Daripada nginap di bawah, mahal. Kasihan, nggak apa-apa kok. Disini cuma ada Ibu, anak perempuan Ibu sama cucu. Kebetulan menantu Ibu kerja di Jakarta, seminggu sekali pulangnya,” lanjut ibu itu seolah mengetahui gundah gulana hati kami.

Lepas Ashar, kami menyewa payung untuk turun ke bawah. Hanya membayar Rp19.000/orang untuk bisa mandi di pemandian air panas. Katanya air panas itu dialiri langsung dari gunung yang kaya mineral belerang. Untuk masuk ke tempat-tempat tertentu seperti tempat terapi kulit dengan ikan di Dayang Sumbi (benar ga?) kita harus bayar lagi. Tapi kami cukup mandi di pemandian luarannya saja biar hemat heheh.

Satu lagi masalah yang membuat kami hampir gagal mencoba mandi di pemandian air panas ini. Kami sama sekali tidak membawa baju ganti dari Bandung karena kami tidak berencana untuk menginap di daerah Subang ini. Cuma ada baju yang menempel di badan saja. Aku malahan tidak bawa dompet, hanya uang pas-pasan yang aku bawa. Sisanya kutinggalkan di penginapan di Leuwi Panjang. Namun kami tidak kekurangan akal. Kami rancang sedemikian rupa bagaimana cara mandi yang tidak membuka aurat di tempat rame ini sekaligus agar kami tetap bisa tidur tenang tanpa masalah baju basah. Dan akhirnya kami berhasil! Yeah! Mandi di pemandian air panas dengan suhu udara cool abiz (dataran tinggi) dan ditemani guyuran hujan. Malam hari pula. Mantap sudah!

Aku sempat pisah sebentar dengan Reti dan Yulia. Pas ketemu, mereka cerita kalo mereka disangka turis dari Malaysia karena mendengar logat bicaranya yang aneh hehehe. Aku juga nggak sengaja ketemu teman SMA. Delapan tahun tak bertemu akhirnya kami bersua di atas gunung ini. Lucu juga. Eits, ternyata temanku itu sedang bulan madu disini ^_^

Pukul sebelas. Kami hanya mampu mengitari Kawah Ratu saja, tidak sampai ke Kawak Upas dan Kawah Baru. Kami sudah tidak nyaman lagi disini karena kedinginan. Padahal janji dengan pak supir itu jam dua. Tidak bisa menelpon juga karena signal tak ada. Mesti menunggu tiga jam lagi. Kami mendekati parkiran mobil untuk mencari mobil lain karena sudah tak tahan lagi. Oh ternyata, pak supir itu nyengir melihat kami.

“Sudah disini, Pak?” tanyaku.

“Ia. Saya sudah tahu pasti kalian tak akan bertahan lama disini,” jawabnya nyengir. Kami senyum-senyum sendiri. Ah, bapak tahu aja ^^

Dengan membayar lagi Rp175.000 kami minta di antar ke depan Ciwalk Bandung (tempat acara inbox sering syuting). Menyusuri jalanan yang lebih sering menurun kami menyaksikan keadaan kota Bandung dari atas. Rumah-rumah dan gedung-gedung itu bagaikan kumpulan sampah yang mengapung tak terkendali di atas laut. Sangat mengerikan. Kepadatan yang tak terbendung lagi membuat hati jadi miris.

Sesampai di Ciwalk kami mencari ATM lalu berkeliling mengitari mall dan toko-toko di emperan sepanjang jalanan Ciampelas. Biasa, cari yang murmer tapi nggak ketemu lalu segera pulang ke Leuwi Panjang karena hari mulai larut.

Hari ini hari terakhir kami di Bandung. Sebelum siang kami mampir dulu ke Pasar Baru untuk mencari oleh-oleh. Pulangnya kami bergegas mengepak barang dan menyewa  becak (banyak bawaan) menuju Terminal Leuwi Panjang. Lalu menumpang bus executive “Bela Utama” menuju Kota Bogor dengan ongkos Rp50.000/orang. Di Bogor kami menginap dua hari dan di Depok satu hari (main di UI, Margo dan Detos).

Sebenarnya tubuh ini sudah merasa kelelahan dengan dua minggu perjalanan tanpa henti. Tapi karena rasa hati senang, jadi rasa lelah itu terkalahkan. Saat pulang ke Bengkulu—tiket pesawat sudah di booking satu bulan sebelum berangkat ke Yogyakarta—aku mengalami flu berat hingga luka lecet di dalam hidung. Perih. Padahal nggak diapa-apain L

Tuntas sudah dua minggu full backpacker ala anak pesisir pantai seprti kami. Bus Damri (Rp40.000/orang) melaju dengan pasti, memasuki jalan-jalan tol membawa kami dari Bogor menuju Bandara Soekarno-Hatta. Diam-diam ada yang menyusup di hati, rasa sedih bercampur riang. Tak mau kulukiskan. Nanti jadinya melankolis hahaha.

Pulang. Bukankah itu adalah akhir dari semua perjalanan. Semua yang dilewatkan pasti akan menjadi kenangan. Bahkan tak terlupakan.

Bengkulu, I’m come back…

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun