Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Mama.. Matematika itu Bukan Jaminan

7 Desember 2012   04:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:04 1786 5

Bagi sebagian orang, matematika memang merupakan momok yang sangat menakutkan. Tidak jarang juga matematika ini dijadikan patokan kepintaran seseorang. Pernah ngga waktu SD minder dengan teman-teman lain jika kita tidak mendapat nilai bagus di pelajaran matematika? Ini memang tidak terjadi padaku, karena kebetulan sewaktu SD aku selalu mendapat nilai bagus di pelajaran matematika. Tapi ini sering terjadi di kehidupan kita.

Keluargaku tergolong keluarga yang sangat mengagung-agungkan pendidikan. Tidak peduli apapun cita-cita kita, dan mau jadi apa kita nantinya yang jelas pendidikan adalah nomor satu. Waktu aku SD, hal pertama yang ditanyakan oleh nenekku ketika liburan sekolah adalah “Rangking berapa dek?” itu selalu nenek tanyakan kepada semua cucunya. Alhamdulillah aku selalu mendapatkan rangking 3 besar di kelas semasa duduk di bangku SD. Pernah sekali aku mendapat rangking 4 di kelas 5 SD dan aku nangis ngga karuan tidak mau pulang ke rumah dan minta ujian ulang. Orang tuaku mencoba menghiburku dengan berbagai macam iming-iming. Alhasil aku berhenti menangis karena ayahku membelikanku selusin donat. Di sekolahku dulu, anak-anak yang mendapat rangking 3 besar mendapatkan smart card student. Kartu tersebut berlaku untuk mengambil reward di Dunkin Donat bagi siswa yang memperoleh rangking di kelas dengan menunjukkan fotocopy raport. Reward nya berupa donat, walaupun hanya donat tapi aku merasa bangga karena kerja kerasku selama satu tahun membuahkan hasil. Itu artinya kerja kerasku dihargai. Ketika aku mendapatkan rangking 4 aku merasa sangat kecewa tapi ternyata ayahku tetap memberikanku hadiah sebagai ungkapan bahwa ayah tidak kecewa dengan hasil yang aku dapatkan.

Dulu aku sering dianggap pintar oleh nenek dan tante-tanteku karena aku selalu mendapat nilai bagus di pelajaran matematika. Dan mereka selalu membanding-bandingkanku dengan sepupu-sepupuku yang tidak mendapat nilai bagus di pelajaran matematika. Karena aku masih polos aku tidak pernah menghiraukan hal tersebut. Namun, ternyata budaya menilai kepintaran seseorang dari nilai matematika itu berlangsung hingga sekarang. Tanteku selalu memaksa anak-anaknya untuk les matematika supaya mereka mendapatkan nilai bagus. Kadang aku sedih melihat sepupuku yang masih kecil sampai menangis tidak mau les matematika tapi tanteku selalu memaksanya. Tidak jarang tanteku mencubit dan memukul anak-anaknya jika mereka mendapat nilai jelek atau tidak bisa mengerjakan PR matematikanya. Bener-bener kasihan, dulu aku tidak pernah mengalami hal itu karena aku tidak pernah kesulitan dalam mengerjakan PR. Kedua orang tua ku pun tidak pernah memaksaku harus mendapat nilai bagus dan harus pintar matematika. Aku diberikan kebebasan untuk mengerjakan apapun yang aku mau dan aku suka.

Aku sering bingung kenapa banyak orang tua yang memaksa anaknya untuk pintar matematika. Padahal kecerdasan seorang anak tidak hanya diukur dari matematika saja. Bisa jadi seorang anak yang tidak pintar matematika, dia pintar dalam Bahasa Indonesia atau IPS atau bahkan mungkin dalam hal seni. Orang tua sudah seharusnya mengerti bakat seorang anaknya sejak usia dini, bukan malah memaksanya harus begini harus begitu. Bagaimana orang tua mau mengetahui apa bakat anaknya jika sang orang tua selalu memaksakan kehendaknya. Seorang anak juga ingin agar orang tua mendengarkan pendapatnya dan mengetahui bakat sesungguhnya dari anak tesebut. Ketika si anak dipaksa harus pintar matematika padahal dia pintar IPS misalnya, tentu membuat anak tersebut berontak dan akhirnya dia kehilangan akal untuk menunjukkan bakatnya.

Matematika juga bukan jaminan seseorang bisa jadi dokter atau jadi pejabat kok. Orang-orang sukses juga belum tentu dulu nya mereka pintar matematika. Sudah seharusnya orang tua memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk mengekspresikan bakatnya masing-masing, bukan malah memaksakan kehendaknya. Untuk para orang tua yang membaca tulisan ini, aku hanya ingin menyampaikan bahwa didikan yang bersifat keras dan memaksa justru tidak mendidik. Didikan seperti itu hanya membuat seorang anak merasa takut dan merasa harus melakukan apa yang orang tua mau, bukan apa yang anak mau. Ini hanya menurut pandangan aku aja sih, selebihnya orang tua pasti yang lebih mengerti ^_^

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun