Udara dingin malam menusuk relung jiwaku, tak henti-hentinya angin meraung bagai serigala lapar. Aku meringkuk di bawah gubuk reyot, memeluk lutut erat berusaha menahan panas yang hilang. Di sampingku, Ibu tertidur pulas, helaian napasnya berirama bagai ninabobo pengantar mimpi.
KEMBALI KE ARTIKEL