Diberitakan
Tribunnews.com, PWNU DKI melalui Wakil Sekretarisnya, Husny Mubarok Amir, bersikap tegas mengatakan,
“Bagi kami warga NU, pengusiran H.Djarot dari dalam masjid itu contoh bentuk kejahatan politisasi masjid yang selama ini selalu kita tolak. Itu bagian dari radikalisme agama. Sebagai muslim, Djarot punya hak yang sama untuk sholat, berdzikir, mengaji atau ibadah lainnya. Mengusir orang adalah bentuk intimidasi fisik yang harus bersama-sama kita kecam dan kita lawan.” Sikap pemimpin umat ini mewakili nurani masyarakat yang mencintai kesantunan dan tatakrama. Padahal, PWNU baru saja menyatakan dukungan kepada Anies-Sa di Pilkada putaran kedua. Tentu saja, warga nahdiyin di DKI sedikit banyak dapat terpengaruh kasus ini. Entah kebetulan atau sebagai dampak kasus, pada keesokan harinya para buruh di DKI mendeklarasikan dukungan ke Ahok-Djarot. Bertambahnya dukungan di paslon 2 berbareng dengan kemungkinan berkurangnya dukungan di paslon 3 berpotensi menyumbang bagi perbedaan pengumpulan suara yang oleh sejumlah survei disebut berbeda sangat tipis.
KEMBALI KE ARTIKEL