Kita sudah terbiasa dengan hiruk-pikuk politik pilkada yang bising dan tanpa arah, liar dan mencabik-cabik persatuan, memprovokasi dan membunuh karakter, saling menjual kecap nomor satu, membajak agama, mengobral ayat-ayat suci, bahkan membajak nama “Yang Kuasa,” mengafirkan, meramu racun fitnah, serangan fajar, beli suara, dan berbagai praktek politik Machiavellian lainnya. Jauh dari edukasi politik, jauh dari kampanye cerdas, bahkan jauh dari keadaban. Intinya, jauh dari nilai-nilai Pancasila.
KEMBALI KE ARTIKEL