Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Aceh Tenggara: Wajah Istimewa Aceh

14 Oktober 2015   01:40 Diperbarui: 14 Oktober 2015   01:59 481 0
Adalah pengetahuan mula-mula. Tak cukup pengetahuan di sekolah tinggal kelas. Tak cukup pengetahuan berenang lalu tenggelam. Tak cukup pengetahuan agama lalu malah berubah menjadi Tuhan yang seakan kamu bisa melakukan apa saja. Begitu luasnya Aceh, sehingga kamu mungkin tidak pernah mendengar kabar baik yang tersembunyi disana. Media membuatmu menjadi rajin update status, tapi tak mengapa tak membuatmu update pengetahuan. Jadi bagimu yang belum mengenal lebih jauh tentang Aceh, termasuk aku sendiri, bijaklah dalam menilai.
 Aku bertanya padamu, adakah kamu mengenal ada apa saja di Aceh selain soal Islam yang kadang kamu pandang dengan salah paham? Tahukah kamu membedakan etnis Aceh dan wilayah Aceh? Pernahkah kamu mengenali kata Alas, misalnya? Sudahkah kamu tahu, jangankan atas nama embel-embel agama. Bahkan di Aceh sebagaimana mungkin di Kotamu, perbedaan itu nyata.  Faktanya sekalipun sama KTP tertulis Islam, etnis Aceh di pusat provinsi banyak yang memandang etnis Alas yang tak kalah identitas serta kebudayaan Islamnya sebagai bukan Aceh. Padahal etnis Alas jelas tumbuh dan hidup turun temurun di Lembah Alas nan indah di wilayah yang kini kau kenali sebagai wilayah Aceh. Secara etnis pun barangkali mereka akan sulit menjadi pemimpin tertinggi di provinsi ujung barat Indonesia itu.  Di Lembah Alas itu pula yang disebut Aceh Tenggara kami hidup. Jauh dari generasi moyangku kami sudah berada disana. Bersama beberapa etnis lain kami hidup bersama, hidup bertetangga sebagai saudara. Hidup dalam ikatan kebudayaan yang membuat orang tidak lupa pada akarnya kemanusiaan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun