Perjalanan yang sangat melelahkan baginya, apalagi tadinya ia harus transit ke Singapore dulu agar bisa sampai ke Paris, itulah alasan kenapa Nicko tidak pernah suka dengan perjalanan jauh, benar benar sangat menguras tenaga.
Nicko menoleh ke arah adik perempuannya yang masih tertidur pulas, tadinya Nicko juga sempat tertidur karena kelelahan namun ia sudah bangun 15 menit sebelum pesawatnya sampai.
“Cindy..bangun, kita sudah sampai.” Nicko mengguncang pelan pundak adiknya sehingga Cindy terbangun.
Cindy menguap sesaat, lalu menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan penumpang yang lainnya sudah turun atau belum, lalu ia menoleh ke arah Nicko sambil tersenyum samar dan berkata “Benarkah?Akhirnya sampai juga.”
Nicko tersenyum kecil saat melihat wajah adiknya yang masih kelelahan itu.
“ayo turun, sepertinya yang lainnya sudah turun duluan.”Ajak Nicko sambil memakai tas punggungnya.
“Baiklah.”Jawab Cindy singkat lalu ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar.
“Aduh, kalian sudah kelelahan ya?”Tanya seorang wanita paruh baya namun masih tetap terlihat cantik dan elegan ketika Nicko dan Cindy datang menghampiri mereka. Nicko hanya menjawab pertanyaan wanita yang tak lain ibunya itu dengan senyuman samar.
“sangat mom..Kenapa kita harus susah susah pindah ke sini? Aku kan masih ingin tinggal di Jakarta.”Keluh Cindy sambil memasang wajah cemberut.
“Kau kan sudah tahu alasannya sayang, Ayah mu harus bertugas disini, sudahlah jangan mengeluh terus, nanti kamu juga akan terbiasa, lagipula Paris itu kan memang kota asal kamu dilahirkan.”Bujuk Mrs.Anderson sambil tersenyum menghibur, Cindy yang dihibur hanya diam seribu bahasa, entah karena dia sudah kelelahan atau merasa tak ada gunanya untuk mejawab.
"Oh iya mom, dimana Troy dan dad? Aku tak melihat mereka."Tanya Nicko menyadari bahwa dari tadi ia tak melihat kakak dan ayahnya.
"Ayah mu dan Troy sudah masuk duluan, mereka sedang mengambil koper kita, sudah, ayo cepat masuk."Jawab Mrs.Anderson lalu ia merangkul kedua anaknya itu dan berjalan masuk ke dalam.
"Mom, Dad..kita harus menunggu berapa lama lagi?"Tanya Cindy saat mereka sudah ada di depan Bandara menunggu mobil yang akan menjemput mereka datang.
"Sabar sayang, paman Sam sedang dalam perjalanan kemari."Jawab Mrs.Anderson menenangkan anak bungsunya itu.
"15 menit lagi pamanmu juga sampai."Timpal Mr.Anderson.
"Emm, kau mau aku belikan cappucino float?"Tanya Nicko tak tega melihat adiknya yang sudah merengek-rengek seperti itu, ya paling tidak jika dibelikan minuman kesukaannya itu adiknya akan menjadi lebih tenang.
"Aku mau, kau mau membelikannya untukku?"Tanya Cindy bersemangat, benar saja, jika sudah dirayu dengan minuman kesukaannya Cindy pasti akan luluh.
Nicko pura-pura mendesah pelan, lalu ia bertanya lagi "Emm, kau benar-benar mau moccacino float?"
Cindy mengangguk-angguk penuh harap.
“Baiklah, Kau Troy, kau mau menitip sesuatu tidak?"Tanya Nicko sebelum ia pergi menyebrangi jalan.
"Emm.. kau yang bayar kan?"Tanya Troy sambil tersenyum jahil pada Nicko membuat Nicko hanya mendengus pasrah.
Troy tertawa pelan saat melihat ekspresi Nicko lalu ia berkata "Sudahlah tidak usah, kapan-kapan saja traktirannya."
"Kau yakin? Emm aku tidak janji kalau soal itu, emm.. Mom, dad, kalian mau aku belikan kopi?"Tanya Nicko kini pada kedua orangtuanya.
"Tidak perlu sayang, sudah cepat pergi, jangan lama-lama, pamanmu sebentar lagi akan datang."
"Baiklah mom."Jawab Nicko.
****
Kim Nana tersenyum lebar saat melihat orang yang sudah dari tadi ia tunggu akhirnya datang juga.
“Adrian!”Panggilnya bersemangat, tanpa memikirkan apa-apa lagi Nana langsung berlari kearah seorang pria berambut hitam yang sedang menatapnya sambil tersenyum lebar.
“Apa kabar?”Tanya Nana setelah ia melepaskan pelukannya dari pria bertubuh tegap itu.
“Baik sekali, kau?”Tanya Adrian sambil mengacak-acak rambut Nana gemas, lalu ia melepaskan kacamata hitamnya dan menyelipkannya di kerah bajunya membuat Nana dapat melihat mata indahnya dengan jelas.
“Aku baik.”jawab Nana tak bisa menyembunyikan wajah cerianya.
“Kau bertambah cantik.”Puji Adrian yang langsung membuat pipi Nana memanas.
"Dan kau bertambah..emm tinggi."Gurau Nana, Adrian langsung tertawa mendengar ucapan Nana, lalu ia berkata "Aku tak yakin kalau yang kau ucapkan tadi adalah sebuah pujian."
Nana menghiraukan ucapan Adrian tadi, tiba-tiba saja ada perasaan aneh dalam dirinya yang timbul ketika melihat tawa Adrian tadi yang begitu lepas, sudah berapa lama ia tak melihat Adrian tertawa sampai-sampai ia merasa Adrian sangat tampan saat tertawa sepert itu.
‘Adrian’ nama yang sangat singkat dan selalu diingat oleh Nana, bukan karena namanya yang singkat itu makanya Nana selalu mengingatnya tetapi karena sosok Adrian yang selalu membuat Nana tersenyum memikirkan pria keturunan Brazil yang sudah dikenalnya selama 6 tahun itu.
Adrian selalu mengisi hari hari Nana sebelum dia memutuskan meninggalkan Paris 3 tahun yang lalu dan memilih untuk melanjutkan sekolahnya di Spanyol dan bisa dibayangkan betapa rindunya Nana pada Adrian selama dia tidak ada.
Tapi sekarang rasa rindu itu terbalas, Adrian sekarang berdiri tepat dihadapannya, pria itu sedang menatap Nana dengan mata birunya yang selalu berhasil membuat Nana merasa tenang dan nyaman.
Nana tersenyum lega karena kini ia semakin menyadari ia bisa melihat Adrian secara langsung.
Nana tersadar dari lamunannya ketika Adrian mentoel hidung Nana dengan pelan.
“Apa yang kau lamunkan?”Tanya Adrian pelan sambil tersenyum.
“Oh tidak, bukan apa-apa.”Jawab Nana sambil membalas senyuman Adrian.
“Kau belum menjawab pertanyaanku Nana.”Ujar Adrian, Nana mengangkat kedua alisnya tak mengerti.
“Memangnya tadi dia bertanya sesuatu?”Tanya Nana dalam hati.
“Jangan melamun terus Nana, kau jadi tak mendengar pertanyaan ku kan? Baiklah akan kutanyakan lagi, kenapa bajumu bisa kotor begitu?”Tanya Adrian, mata birunya menunjuk ke arah gaun merah muda Nana.
Nana menunduk ke bawah dan memandang gaun pendeknya yang kotor karena terkena tumpahan cappucino float tadi, Nana menghembuskan napas kesal mengingat peristiwa menyebalkan yang menimpanya tadi.
*flashback*
Kim Nana mendengus pelan saat melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya, sudah jam 4 sore dan pria itu belum datang juga, padahal sudah cukup lama Nana menunggunya.
Karena bosan akhirnya Nana memutuskan untuk pergi ke cafe yang berada tak jauh dari letak Bandara Charles de Gaulle ini, Nana pergi kesana untuk meminum coklat hangat sebentar sambil menunggu Adrian. Nana memandang sebuah cafe kecil yang tepat berada di hadapannya, begitu Nana masuk ke dalam cafe yang tak begitu besar tapi dikenal mempunyai pelanggan yang selalu ramai setiap harinya itu ia langsung disambut oleh dua wanita berseragam yang tak lain adalah pegawai cafe tersebut.
"Selamat pagi."Sapa mereka berdua ramah, Nana balik tersenyum pada mereka, lalu ia berjalan menuju counter cafe untuk memesan segelas coklat hangat,minuman kesukaannya. Nana hampir saja terjatuh saat seorang pria menabraknya dan membuat minuman yang dipegang pria itu jatuh mengenai gaun merah muda tanpa lengan yang sedang Nana kenakan sekarang.
Sungguh dunia serasa menimpanya saat Nana melihat gaun yang sudah dipersiapkannya untuk bertemu dengan Adrian kini kotor karena terkena tumpahan cappucino float milik pria itu, belum lagi semua orang yang ada di cafe itu sekarang sedang menatap Nana.
"Astaga..kau benar-benar,"
Nana mengatup bibirnya saat melihat pria yang menabraknya tadi.
Wajah pria itu seperti model-model dalam majalah terkenal, matanya berwarna cokelat almond, rambutnya hitam pekat, dan bentuk rahang pria itu semakin menambah kesempurnaan wajahnya.
Belum lagi badannya yang tegap dan athletis, dan Nana mengambil kesimpulan bahwa pria itu terlihat nyaris sempurna, ya nyaris karena manusia tak mungkin mencapai kesempurnaan 100% kan?
Nana menggeleng-gelengkan kepalanya, untuk apa ia memuji ketampanan pria itu? Tak peduli seperti apa orang yang menabraknya, tapi yang jelas dia sudah membuat segalanya kacau.
"Maaf, aku tidak sengaja, sungguh maafkan aku."Sesal pria itu, Nana melihat raut penyesalan di wajah pria itu, ya mungkin dia memang tidak sengaja, tapi tetap saja, karena pria itu gaunnya kotor dan Nana juga tidak membawa baju cadangan.
Nana baru ingin mengucapkan beberapa kata, tapi tiba tiba ia mendengar dering ponsel yang tak lain adalah milik pria tersebut.
"Ehhm, tunggu sebentar."Pinta pria itu, lalu ia menekan satu tombol di ponselnya dan menempelkannya di telinga kanannya.
"Hallo..oh mom...mobilnya sudah datang?..tapi..oh baiklah..iya, aku akan kesana..sampai jumpa."
setelah selesai berbicara pada orang yang menelponnya tadi, pria itu menutup ponselnya dan memasukannya ke dalam kantong celana panjangnya.
Nana melipat kedua tangannya, menunggu apa yang akan dilakukan pria itu setelah ini.
"Maaf, aku harus pergi sekarang, sekali lagi maaf ya."Ujarnya membuat Nana membelakkan kedua matanya tak percaya pria itu langsung pergi seenaknya.
Beberapa detik kemudian pria itu sudah berada di luar Cafe dan bersiap untuk menyebrang jalan.
Nana memandang geram pria itu, dia pergi seenaknya setelah mengotori gaunnya? Astaga jangan sampai ia bertemu dengan pria menyebalkan seperti itu lagi, jangan sampai!
*flashback end*
Nana memandang Adrian yang masih membisu, pria itu masih menatap gaun Nana yang kotor, entah reaksi apa yang akan diberikan pria itu setelah Nana menceritakan kejadian yang sebenarnya tadi.
Apa dia akan marah-marah? Seperti pada 10 tahun yang lalu saat ada seorang anak lelaki yang menganggu Nana, dan Adrian langsung datang dan memarahi pria itu dengan gagahnya, tapi tidak mungkin Adrian akan melakukan hal yang sama untuk masalah seperti sekarang, karena sepertinya itu terlalu berlebihan, lagipula pria itu sebenarnya tak sengaja melakukannya.
Disaat Nana sedang memikirkan bagaimana reaksi Adrian nanti, Adrian langsung menarik tangan Nana dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanan pria itu digunakan untuk menarik koper besar yang dibawanya.
“Kau mau membawa ku kemana?”Tanya Nana panik sambil memandang Adrian yang ada disampingnya sekarang.
Adrian membuka pintu taxi yang di hentikannya tadi, lalu ia menoleh pada Nana dan berkata “Membeli baju baru untukmu dan setelah itu aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”.
Nana yang tak mengerti hanya menurut dan membiarkan pria itu mendorong pelan tubuhnya sehingga ia masuk ke dalam taxi.
****
“Jadi kau tadi menumpahkan cappucino float-ku ke gaun seorang wanita?”Tanya Cindy ketika Nicko selesai memberitahu kejadian memalukan beberapa jam yang lalu, sekarang ini mereka berempat(Nicko, Cindy, Troy dan Ibunya)sedang berada di mobil paman Sam yang tak lain adalah adik dari Ayah Nicko yang tinggal di Paris, mereka duduk di belakang, sedangkan ayahnya duduk di samping Paman Sam yang sedangmengemudi mobil.
Nicko memandang wajah adiknya sebentar lalu menjawab "Ya."
“Ceroboh.”Timpal Troy pelan tapi tentunya dapat didengar oleh Nicko.
“Itu karena aku tersenggol oleh kursi roda seorang wanita di Café itu.”Bela Nicko.
“Huh Kau ini..Lalu bagaimana reaksinya? Apa dia membentakmu? Ah atau pacarnya tiba-tiba datang dan memarahimu habis-habisan?”Tanya Cindy penasaran, Nicko memandang adiknya dengan mata disipitkan.
“Kau berharap itu yang terjadi?”Tanya Nicko kesal.
“Tidak, bukan begitu,”Bantah Cindy sambil mengibaskan tangan kanannya, “Aku hanya penasaran apa yang terjadi setelah itu, apa dia marah?”
“Seingatku gadis itu sempat mengucapkan sesuatu, dan aku rasa dia marah, benar-benar marah malah. ”Jelas Nicko sambil mengingat-ingat reaksi gadis yang ditabraknya di cafe tadi.
Cindy hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan pelan, sedangkan Troy sudah asik mendengarkan music dari earphone kesayangannya, pria itu memang tak terlau tertarik untuk mendengar hal hal seperti itu, ia hanya akan tertarik jika Nicko mengajaknya berbicara tentang sport atau musik, tidak seperti Cindy adiknya yang selalu ingin tahu.“Kasihan gadis itu, kau keterlaluan Nicko."Gurau Cindy sambil tertawa pelan.
"Aku tidak sengaja melakukannya, lagi pula bukankah aku pergi ke cafe itu hanya untuk membelikan pesanan untukmu?"Tanya Nicko kesal.
Cindy tertawa pelan mendengar ucapan kakaknya barusan.
"Iya iya, maaf kakakku sayang, aku kan hanya bercanda, jadi jangan marah, oke?"Bujuk Cindy sambil tertawa pelan.
"Sudahlah jangan bertengkar, lagipula kau kan tak sengaja melakukannya Nick, sekarang turunlah, kita sudah sampai."Ujar mom yang dari tadi diam kini ikutan berbicara, dan saat itu mobil Paman Sam berhenti tepat di depan sebuah rumah bertingkat dua yang bernuansa klasik-modern.
Setelah mengucapkan terimakasih dan berjanji pada Paman Sam bahwa mereka akan berkunjung ke rumahnya besok, mereka berlima masuk ke rumah barunya dengan tak sabar.
Nicko menghempaskan tubuhnya ke sebuah ranjang besar yang ada di dalam kamar yang sekarang menjadi kamar pribadinya.
Ia memandang sekeliling kamarnya,kamar yang cukup luas dengan wallpapernya yang berwarna cokelat muda, warna kesukaanya.
Tadi Nicko juga sempat mengelilingi rumah barunya sebentar,walaupun ia lelah tapi ia sangat penasaran seperti apa rumah barunya, dan Nicko cukup senang dengan fasilitas yang ada di rumah barunya, rumahnya memang hanya berlantai 2 tapi cukup luas, dengan 5 kamar yang sudah termasuk kamar tamu dan kamar mandi di masing-masing kamarnya, selain itu ayahnya juga menyediakan ruang khusus untuk bermain billiard bersama, maklum mereka mereka semua suka sekali bermain billiard tak terkecuali ibunya dan Cindy, selain itu sama seperti di rumah lamanya dulu, rumah barunya itu juga mempunyai kolam renang yang cukup besar di halaman belakang, dan satu lagi yang membuatnya benar-benar senang adalah ayahnya telah mengabulkan permintaannya dengan menyediakan lapangan basket berukuran mini di halaman rumahnya, menyenangkan sekali, kalau begitu ia bisa bertanding basket kapanpun dengan kakaknya.
Setelah puas melihat suasana kamarnya, Nicko memejamkan matanya dan bersiap untuk tidur akan tetapi ketenangannya terganggu oleh suara ketukan pintu kamarnya.
“Masuk.”Jawab Nicko singkat, dan beberapa detik kemudian pintu kamarnya terbuka dan seorang gadis berambut cokelat pirang memasuki kamar Nicko sambil membawa laptop berwarna merah muda kesayangannya.
“Kau belum tidur?”Tanya Cindy saat ia duduk di samping ranjang Nicko, wajah adiknya kini terlihat lebih segar ketimbang tadi.
“Mungkin sudah kalau kau tidak menggangguku.”Jawab Nicko singkat dan dibalas oleh cibiran dari Cindy, terkadang Nicko berpikir kenapa adiknya itu suka sekali mengganggunya, baiklah mungkin bukan itu maksud adiknya yang sebenarnya tapi Cindy memang cenderung lebih suka menceritakan beberapa hal pada Nicko keimbang Troy, mulai dari teman sekolahnya sampai dengan orang yang disukainya, terkadang memang yang diceritakan adiknya itu cukup terdengar menyenangkan tapi tak jarang terdengar membosankan.
“Ehm, kau tahu tidak mom sudah menyiapkan Sekolah baru untukku,” Cindy menggantung ucapannya sesaat dan memandang Nicko sambil tersenyum lebar, “dan kau tahu sekolah baruku sangat keren! Coba lihat.”Lanjut Cindy sambil menyodorkan laptopnya ke pangkuan Nicko.
Nicko memandang gambar yang cukup besar yang ada di laptop adiknya itu, sebuah gedung sekolah yang terlihat besar dan megah dan diatasnya bertuliskan lycée international de saint germain-en-laye, yang tak lain merupakan nama sekolah tersebut, wajar saja adiknya suka dengan sekolah barunya,lycée international de saint germain-en-laye adalah salah satu sekolah terbaik di Paris dan Cindy sangat berharap bisa sekolah di tempat sepert itu, baiklah, mom memang tahu bagaimana caranya membuat Cindy senang.
“Kau sudah menunjukan sekolah barumu pada Troy?”Tanya Nicko lagi, Cindy hanya menggeleng namun kemudian ia menjawab “Untuk apa? kau tahu kan responnya itu selalu sama, dia pasti hanya akan menjawab baiklah, iya,tidak,kelihatannya bagus’ apa kau tidak kesal jika sudah bercerita panjang lebar begitu tapi hanya dijawab dengan satu atau dua kata?”
Nicko hanya tertawa pelan mendengar celotehan adiknya tentang Troy, dan adiknya memang benar.
Troy Anderson, kakaknya itu memang terkenal seperti itu, dari dulu ia memang hanya akan bicara seperlunya saja, apalagi setelah kejadian yang sempat menimpanya beberapa tahun yang lalu itu, Troy bertambah menjadi pria yang pendiam, tapi anehnya walau kakaknya seperti itu dia tetap saja mampu menarik perhatian para wanita sama seperti Nicko sebenarnya. Kalau Nicko dapat membuat banyak wanita terpesona karena senyuman mautnya dan keahliannya dalam bidang olahraga, Troy beda lagi, ia mengandalkan kepiawannya bermain beberapa alat musik seperti piano, gitar, dan biola, jika Troy sudah memamerkan kemampuannya itu dijamin para wanita akan langsung berteriak histeris.
Kalau sudah begitu Cindy yang akan kesal, karena mereka yang sudah terhipnotis oleh pesona Nicko dan Troy akan mendatangi Cindy untuk menanyakan apapun tentang kedua kakaknya, mulai dari nomor telepon, warna kesukaan, makanan kesukaan dan sebagainya, sebenarnya adiknya Cindy juga sama, ia mampu membuat pria-pria bertekuk lutut karena kecantikannya, rambut cokelat pirangnya yang selalu tergurai indah dan ditambah lagi dengan warna matanya yang cokelat terang menjadi pesona tersendiri untuk para pria yang melihatnya, kalau sudah begitu Nicko dan Troy lah yang akan was-was karena harus menjaga adiknya dari pria-pria yang terlalu berlebihan mendekati adiknya itu.
“Oh iya, kalau Sekolah baru mu saja sudah disiapkan oleh Mom dan Dad, itu berarti mereka juga sudah menyiapaykan universitas untuk aku dan Troy bukan?”Tanya Nicko saat Cindy kini sudah asik mencari info tentang sekolah barunya.
“Ohh itu, tentu saja, kau mau tahu seperti apa universitas barumu nanti?”Tanya Cindy, Nicko mengangguk perlahan lalu ia memperhatikan Cindy yang kini sibuk mengetik beberapa kata di laptopnya.
“Kau serius? Mom akan memasukkan kami berdua kesini?”Tanya Nicko saat Cindy menunjukkan sesuatu di laptopnya.