Pagi ini (26/9) ketika seseorang bercerita tentang aktivitas Ia dan suaminya berkampanye dalam Pilkada di daerah kelahiran saya, ia mengeluhkan paslon rivalnya masih saja berkampanye di masa tenang saat ini. ‘berpura-pura’ sarapan nasi uduk bersama di pasar A atau ikut shalat berjamaah di Mesjid daerah B. belum lagi yel-yel “Ibu Bupati yang paling cantik ya Bu….. Bapak Bupati yang paling ganteng ya Pak….”, hingga akhirnya cerita pagi ini habis dan telepon ditutup dengan kesimpulan Kampanye adalah kemunafikan dalam politik. Setidaknya, begitu menurutnya.