Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Susahnya Mencari Tiket Balik

2 September 2011   13:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:17 342 4
[caption id="attachment_129090" align="aligncenter" width="600" caption="ilustrasi: antarafoto.com"][/caption]

Euphoria lebaran belum usai, tapi pikiranku sudah pusing memikirkan tiket balik ke Jogja. Sebenarnya dari sebelum lebaran aku sudah mencari tiket ke jogja. Tapi sudah keburu habis. Aku sudah memikirkan beberapa alternatif rute dari Lampung menuju Jogja, apakah transit di Jakarta dulu, langsung dengan bus malam atau pahit-pahitnya ya ngeteng alias mutus-mutus. Omg!

Ternyata alternatif transit di Jakarta, bukanlah pilihan tepat, mengingat tiket bus damri menuju stasiun gambir belum dibuka penjualan, belum lagi membayangkan perjuangan mencari tiket kereta menuju jogja di stasiun gambir nanti. Tiket bus malam juga sudah pada habis, akupun langsung membayangkan ngeteng. Dari Terminal Rajabasa, pelabuhan bakauheni, antri pula membeli tiket kapal Roro menuju Merak, berjalan jauh dari pelabuhan merak ke terminal cilegon, dari cilegon menuju Jakarta, lalu mencari bis jogja. Fiuuh… sudah lelah dengan ketipastian dan ketidaknyamanan, jiwa juga terancam karena tak aman. Lebih baik cari yang langsung saja!

Akupun mencoba menghubungi beberapa pool bus malam yang langsung menuju jogja tanpa transit. Pertama, kuhubungi puspa jaya, aku ingin pesan tiket tanggal 9 september karena tanggal 12 september aku sudah masuk kuliah, ternyata tiket bus executivenya sudah habis yang ada hanya ekonomi sampai tanggal 12. Menurut petugasnya, tiket Lampung-Jogja rata-rata sudah habis dipesan mahasiswa-mahasiswa langganan mereka. Ya ampuun.. ramainya mahasiswa mudik sampai H+10.

Aku sudah gusar, bukannya manja sih harus pakai executive, tapi karena kebutuhan, perjalanan Lampung-Jogja via darat itu kalau lancar 20 jam lamanya, selama itu aku butuh kenyamanan daripada mabuk darat, kan lebih runyam.

Sebenarnya, Bis executive dan ekonomi itu jauh berbeda, baik dari segi harga maupun pelayanannya. Kalau ekonomi, jarak antar kursinya rapat-rapat sekali, tak bisa untuk selonjoran, dan tak ada kamar kecilnya. Sementara executive jarak antar kursi agak berjauhan, lapang, bisa di atur kursinya untuk selonjoran, diberi selimut dan bantal, diberi snack, ac nya lumayan bisa diatur sesuai kebutuhan, ada kamar kecil di belakangnya.

Selanjutnya akupun menghubungi agen yang lainnya, ternyata semua sudah habis terjual. Dag dig dug rasanya… masa aku harus pulang ke jogja dengan ngeteng, sudah lelah, tak aman pula. Aku pun kembali menghubungi agen  yang sebelum lebaran sudah kuhubungi, ternyata ada yang mengundurkan diri, senang rasanya, akupun memesan tiket untuk keberangkatan jumat, 9 september nanti.

Luar biasa senangnya, tanpa ba bi bu aku memesan tiket tersebut. namun menurut petugasnya aku harus langsung ke sana untuk membayarnya. Aih.. jauhnya… 3 jam perjalanan dari rumahku. Ketika kutanya harganya, ternyata naik hampir 60% karena tuslah lebaran. Biasanya 240 ribu kini 380ribu. Alamaak… tuslah tak pandang bulu!

Sesungguhnya, tuslah itu bahasa serapan dari Belanda “toeslag” yang artinya pembayaran tambahan. Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris bisa bermakna;extra allowance, wage supplement,excess fare, extra charge on tickets. Ya.. paling sering kita mendengar kata tuslah pada waktu-waktu dekat dengan hari raya atau masa liburan. Tapi, kenapa pula musti ada tuslah di Indonesia ini. Pemerintah sudah sering menghapus kebijakan macam ini, tapi sudah jadi hukum pasar sehingga tarif angkutan tetap saja naik bahkan mencapai 150% untuk tahun ini. Ah, pemerintah kalah kuasa dibandinghukum ekonomi supply-demanditu!

Baiklah, tips juga untuk teman-teman mahasiswa, ketika tiba di kampung halaman sebelum lebaran lalu, langsung pesan saja tiket balik dan ketika kembali nanti sebaiknya barang-barang dan kue-kue dari kampung halaman tak perl dibawa semua, demi kenyamanan kendaraan nantinya. Namun, tetap perlu membawa kue khas daerah untuk berbagi dengan teman dari daerah lainnya.

selamat malam... hehehe

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun