Cinta sejati tetap bertahta meski tragedi menimpa
Kisah cinta, selalu menarik untuk di tuliskan, dalam bentuk puisi, syair lagu, cerpen ataupun novel. Kisah cinta yang romantis, berbunga-bunga ataupun yang tragis sekalipun sangatlah nikmat menjadi santapan bagi para pembacanya.
Begitu juga kisah cinta nan manis berbalut tragedi yang disuguhkan dengan apik oleh novelis El Saman Ayashi, Rz dalam bukunya Sinila. Berlatar belakang pegunungan Dieng yang dingin itulah kisah cinta indah namun menyayat hati antara pemuda miskin yang tidak mengenal bangku sekolah sama sekali dengan Mardiana putri seorang hartawan di desa terpencil di kaki Gunung Dieng di paparkan dengan apik oleh penulis.
Di halaman awal buku ada sedikit ulasan tentang daerah yang mempunyai keindahan pemandangan dan mempunyai nilai sejarah tinggi dengan adanya candi dan juga kawah-kawah yang tersebar di sana. Adapun kisah diawali dengan cerita seorang perempuan Indonesia bernama Sri Sumartini yang kedatangan tamu 3 gadis Italia yang tertarik dengan cerita tentang kawasan Dieng yang baru saja mendapat musibah dengan meledaknya Kawah Sinila dan menyebarkan gas beracun. Tragedi yang terjadi hari selasa 20 Februari 1979 itu memang merupakan musibah nasional, 149 jiwa yang tercatat sebagai penduduk desa Kepucukan, melayang karena menghisap gas beracun, CO2.
Dan kisah cinta antara Wagino, pemuda pincang dan buruk rupa dengan Mardiana yang cantik dan baik hati, anak seorang juragan kaya raya yang kebetulan majikan Wagino dikemas dengan manis meski terselip kedukaan tatkala cinta mereka mendapatkan tentangan dari sang juragan, Subandi, ayah Mardiana.
Meski hampir mirip dengan kisah cinta Romeo dan Juliet, namun cerita cinta antara Wagino dan Mardiana ini terasa menyentuh dengan banyaknya batu sandungan bagi cinta mereka berdua. Peristiwa demi peristiwa menyakitkan ternyata tak mampu memisahkan jalinan cinta keduanya. Meski pada akhirnya cerita cinta mereka berakhir prahara, namun bukan karena cinta mereka tak menyatu, namun karena bencana Sinila yang menghantarkan mereka berdua pada keabadian cinta, yaitu kematian setelah penyatuan raga mereka di dunia.
Sinila, novel dengan 168 halaman dan di terbitkan oleh Penerbit PT Elek Media Komputindo ini sungguh enak dinikmati, beruntung saya mengenal daerah Dieng dengan baik, jadi tatkala membaca kisah cinta Wagino-Mardiana dengan latar belakang kesejukan dan keindahan alam Dieng, saya serasa terlibat dalam alurnya.
Kang Wagino,
sejatine dunyo di gawek kanggo nandang wuyung
Sabarono lan jejek marep
Dunyo ono amargo roso tresno
Semono ugo aku, tansah ngugemi janji marang Kakang
Tresnoku ra ono liyo, mung kang Wagino
Kanti tumetesing getih akhir
Kanti KatresnanKang Agung
Mardiana
Wahai pujaan hatiku
Sejatinya, dunia dicipta untuk para pecinta
maka sabar dan tegaklah dalam menghadapi deritanya
Dunia ada karena cinta
Begitu juga aku, akan selalu memegang janji cinta untukmu
Cinta ini tak bercabang
Hanya engkau saja
Sampai menetesnya darah terakhir
Dengan agungnya cinta
Mardiana
Penggalan surat Mardiana buat kekasihnya Wagino yang sangat menyentuh jiwa, Salut buat El Salman Ayashi,Rz sang penulis.
Judul Novel : Sinila
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2013
ilustrasi gambar : selsa