Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

.Kotamu Malam Itu.

21 Februari 2012   03:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:24 58 0
Perempatan besar di pusat kota itu semakin malam semakin hidup.

Dua bangunan tua peninggalan kolonial menambah magis jantung kota itu….

Lampu2 di sepanjang jalan membuat malam menjadi temaram….

Disepanjang trotoar para pemuja malam bercengkerama membicarakan risalah kehidupan….

musisi jalanan hilir mudik datang dan pergi….

Sebentar lagi pasti akan beterbangan kupu-kupu bergincu yang mencoba mengais sisa2 rejeki hari ini….

Sejenak aku menoleh pada seorang gadis di bawah patung sang jendral yang sesenggukan menangis dalam pelukan kekasihnya (kurasa)….

lirih kudengar suara kekasihnya “tidak apa-apa sayang…..ini semua demi masa depan kita….kita masih terlalu muda…..”

Gadis itu dengan berurai air mata berdiri dan berkata ..”baiklah jika kau tidak mau bertanggung jawab aku akan membesarkannya sendiri….”

Sejenak kemudian ia berlari kearah utara diikuti oleh kekasihnya….

”laki-laki PENGECUT……!!!! Batinku…

malam baru saja menjejakkan kakinya di bumi….drama kehidupan pelik sudah terjadi….

aku bahkan tidak tahu seberapa sibuk IA disana mengurusi berbagai macam permohonan, keluhan, gugatan, hujatan dari ciptaanNya di bumi ini…..

”COPEEEEEEEETTTTTT……….!!!!!!!!!!!”

Kelana pikiranku dikagetkan oleh teriakan seorang pemuda yang menunjuk seorang gadis belasan tahun yang berlari kearah gerombolan para pemuja malam…..

ahhh…malangnya gadis itu…ia salah mengambil arah…..dengan sangat mudah ia dibekuk mereka….

”cantik-cantik nyopet…..” kata ibu penjual rebusan

“gelandang saja ke pos….” kata pemuda berjaket kuli hitam

“mas…tolong mas….jangan bawa saya…tolong mas….saya harus bawa ibu saya ke dokter….saya terpaksa mas….tidak ada jalan lain….” Gadis itu demikian ketakutan hingga tubuhnya bergetar memohon

Aku segera beranjak dari situ, tak sanggup mendengarkan kelanjutan adegan itu…..

suatu potret kehidupan yang terlalu pedih untuk diikuti…..terbersit tanya dalam hati…DIMANA ENGKAU saat ini…..? segera kukemasi backpack ku bersiap melangkah, sejenak aku menoleh kearah gadis itu….

kulihat pemuda yang kecopetan itu merangkul gadis itu dan berkata : “kita bawa ibumu kerumah sakit…..”

Bulu kuduk ku meremang….mata ku memanas….IA baru saja menjawab pertanyaanku….

Menyusuri jalan tertua di kota ini seperti mengais kenangan akan engkau, kenangan manis sekaligus pahit dan pedih….tapi bukankah memang ini yang kuinginkan…. aroma jalan ini sudah demikian mengganggu sebulan kemarin….tapi ketika aku menyusurinya rasanya tidak sanggup meneruskannya…..ku hentikan langkahku di warung remang-remang di bawah beringin tua depan kompleks kantor pemerintah….aroma jahe susu demikian menggelitik…….

“jahe susu setunggal pak…”

“injih nak….cedak pabrik menopo tebih…”

“sedengan mawon pak….”

Dalam diam kuambil nasi kucing dan ceker bakar yang baru saja selesai dibakar…..

membauinya membuat sepiring bihun rebus plus plus yang satu jam yang lalu kusantap seperti tidak ada bekasnya sama sekali….

ketika si bapak mengantarkan pesanan susu jahe ku…..aku sudah menghabiskan 4 bungkus nasi…..

”monggo nak….”

”injih pak matur suwun….”

Kunikmati setiap ruas jari-jari ayam itu sampai bersih…..

sambil telingaku asyik mendengarkan suara si bapak yang berbicara pada pemuda ber rambut gondrong di pojok…..

“nak, yang terpenting itu jangan pernah menuding orang lain salah, sebelum kita sendiri benar dalam segala hal, jangan sampai menuding orang malas sebelum kita menjadi orang rajin ….aku tidak membenarkan jendral itu, tapi seandainya kita ada di posisi jendral itu kita juga belum tentu bisa mengatasinya” Katanya dengan bahasa Indonesia yang sangat kental logat jawanya, entah mereka sedang membicarakan apa, tetapi rasanya aku pernah mendengar kalimat itu beberapa tahun yang lalu.

Aku jadi teringat kisah mereka yang menghakimi seorang perempuan yang berzinah, sampai datang Seseorang dan berkata, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”

Warung angkringan ini memang bukan warung yang biasa, selain makanan dan minuman yang enak, bapak pemilik warung adalah seorang yang ramah dan suka bercerita….aku selalu mendapatkan ‘sesuatu” sepulang dari sana.

Malam semakin larut, aku memutuskan tidak akan meneruskan perjalanan ini, terlalu berat bagiku….mengurai kembali kenangan akan rindu yang terlarang ini…tiba-tiba mataku melihat sebuah buku yang tertinggal di kursi, ku raihnya dan kubuka asal, tertulis…..

-Perempuan yang jatuh hati pada bintang-



Chapter 11

Altair…..aku cemburu

Esok pagi nyamuk malam itu pasti akan bercerita tentang malam yang berdarah itu, ketika aku harus menyaksikan bintang yang kukira adalah hadiah langit untuk hidupku begitu mengkhawatirkan…..
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun