Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Tekanan Akademis Berujung Tragis: Kasus Bunuh Diri Mahasiswa di Malang dan Pentingnya Dukungan Psikologis

15 Juni 2024   00:10 Diperbarui: 15 Juni 2024   00:19 338 0
 Malang - Sebuah tragedi menyedihkan kembali terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Seorang mahasiswa berinisial MAS (24) dari Kepanjen, Kabupaten Malang, nekat mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri ke sungai Brantas. Insiden ini mengungkap realitas pahit tentang tekanan akademis yang berujung pada depresi dan bunuh diri.

AKP Gandha Syah Hidayat, Kasat Reskrim Polres Malang, mengungkapkan bahwa MAS, seorang mahasiswa semester 9 di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang, mengalami depresi berat karena skripsinya yang tak kunjung selesai. "Dari keterangan keluarga, diketahui korban diduga mengalami depresi karena skripsi yang tidak bisa diselesaikan," ujar Gandha kepada wartawan pada Selasa (9/1/2024). MAS dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan sering menyendiri. Ini menunjukkan bahwa ada faktor kepribadian dan mungkin kekurangan dukungan emosional yang memperparah kondisi mentalnya. Rekaman CCTV menunjukkan bahwa pada 6 Januari 2024 sekitar pukul 03.01 WIB, MAS meninggalkan rumah dengan memanjat pagar, yang kemudian diketahui sebagai saat terakhir dia terlihat hidup. Mengkhawatirkannya, ini bukan kali pertama MAS mencoba bunuh diri. Pada pertengahan tahun 2023, dia sudah pernah mencoba mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Sungai Metro, tetapi entah bagaimana dia kembali pulang.

Kematian MAS seharusnya menjadi cerminan serius bagi semua pihak terkait. Pertama, beban akademis yang berlebihan tanpa adanya dukungan mental yang memadai dapat berakibat fatal. Mahasiswa yang terjebak dalam tekanan akademis sering merasa terisolasi dan tidak memiliki jalan keluar. Padahal, kampus seharusnya menjadi tempat yang aman untuk belajar dan berkembang, bukan sumber tekanan yang mengarah pada kehancuran mental. Kedua, pentingnya sistem pendukung yang kuat. Keluarga, teman, dan pihak kampus harus lebih peka dan aktif dalam memberikan dukungan emosional kepada mahasiswa. MAS yang dikenal introvert dan sering mengurung diri di kamar mungkin telah memberikan sinyal-sinyal yang terlewatkan oleh orang-orang di sekitarnya.
Terakhir, perlu ada kebijakan kampus yang lebih manusiawi dan mendukung kesehatan mental. Program konseling, pelatihan manajemen stres, dan akses mudah ke layanan psikologis harus menjadi prioritas. Kampus juga perlu mengadakan pelatihan bagi dosen dan staf untuk mengenali tanda-tanda depresi dan cara menanganinya. Kasus MAS adalah alarm bagi kita semua. Sudah saatnya kita berhenti mengabaikan kesehatan mental dalam lingkungan akademis. Dukungan dan perhatian yang tepat dapat menyelamatkan banyak nyawa. Mari kita tidak lagi membiarkan mahasiswa merasa bahwa mereka tidak punya pilihan lain selain mengakhiri hidup mereka sendiri. Sumber: https://www.detik.com/jatim/berita/d-7132997/motif-mahasiswa-malang-bunuh-diri-gegara-depresi-skripsi-tak-selesai

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun