Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Makna Lain Man Jadda Wajada Diungkap! di iB Kompasiana #BlogShopN5M

19 Maret 2012   06:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:49 884 5
Malam kian meninggi, akhirnya saya ada waktu untuk menuliskan pengalaman kemaren. Hal ini kita mulai dari registrasi saya ikut “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” sebelum adzan Sholat Jum’at berkumandang. Ya, saya segerakan daftar. Sebenarnya ada juga keinginan hati untuk menunda nanti saja ba’da/selesai Sholat Jum’at nanti dari masjid. Tapi, tak apalah Cuma sebentar khan. Karena ada kolom yang harus dipenuhi adalah nomer KTP/SIM saya ngubek-ngubek mencari dompet yang isinya ada kartu identitas tersebut. Saya coba masukkan SIM, eh ternyata belum bisa. Lalu saya coba nomer KTP dan apa yang terjadi? Ternyata masih belum bisa juga. Kali ini adalah karena saya memasukkan konsonan yang keliru di kolom usia yang sebenarnya harus angka saja. Lalu… Ya akhirnya dengan sekejap saya sudah teregistrasi, dilihat dari menu daftar peserta “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” meski di tulisan admin tentang Update Peserta belum tampil.

Sehabis Sholat Jum’at saya lihat lagi tulisan admin Kompasiana tentang Update Peserta “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara”. Nah, kali ini nama saya (Selamet Hariadi) sudah terpampang di No. 81. Disitu juga saya lihat Mas Junaedi Jun di atas saya dengan No. 80. Sip, ada teman juga yang kenal nanti di Surabaya selain Bang Iskandarjet tentunya. Saya lihat juga ada Kompasianer Malang yang terdaftar, yang semoga bisa bareng bila berangkat. Bukan bermaksud nebeng, tapi kebersamaan aja khan lama tak ketemu.

Sore Harinya hingga malam saya melihat-lihat laporan tulisan dari sahabat-sahabat Kompasianer Jawa Barat yang sudah menikmati “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” lebih dulu di Gebung Bank Indonesia Bandung. Apa yang ada di acara, fasilitas, hingga cerita menarik lainnya say abaca hampir semuanya. Dari situlah saya mulai menulis beberapa pertanyaan untuk materi pertama tentang Bela diri untuk wanita, Sharing Menulis-nya mas Ahmad Fuadi dan Menulis ala Mas Pepih. Saya tulis beberapa, dan tak terasa pertanyaan untuk Mas Ahmad Fuadi memang cukup banyak. Hal ini karena saya telah membaca Novelnya lalu melihat Filmnya juga pemberitaan yang massive dari berbagai media mempengaruhi saya penasaran akan sosok yang satu ini dengan berbagai karyanya yang kebetulan ada yang juga bersentuhan dengan pengalaman saya di Pondok Modern Gontor.

Waktu itu saya juga memulai live tweet, yang kata sahabat-sahabat kompasianer dari “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” Bandung ada lomba tersebut. Karena dari pengalaman membaca reportase-nya Pemenang Live Tweet adalah yang sibuk dengan tweet-nya, nah saya ingin memulainya dulu sebagai tanda semangat dan keseriusan juga mengikutinya. Saya mau berangkat tidur dengan persiapan alarm di handphone yang saya tambah. Biasanya jam 3 pagi, saya tambah lagi alarm di waktu setelahnya. Hal ini untuk mengantisipasi agar  cepat bangun-nya dan ingat ada “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara”  yang menunggu.

Pagi Jam 3 pagi alarm menyapa, namun saya masih asyik roadshow dalam mimpi. Alarm berikutnya membangunkan saya lagi, namun saya kembali lagi dalam nikmatnya tidur. AKhirnya Ibu membangunkan saya untuk segera bangun. Saya lekas bangun karena ingat juga jam sudah hampir menunjukkan ke arah jam 5 Pagi. Setelah Mandi, Sholat lalu saya makan sambil melihat televisi melihat siraman Rohani. Saya juga sempatkan mengupdate tweet dengan hashtag #BlogShopN5M. Setelah selesai makan, saya sempatkan mencuci sepeda motor untuk dibawa ke “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” Surabaya kali ini. Setelah dicuci, saya cek pula air akinya dan beberapa komponen lain di sepeda motor agar siap dan mantab menyusuri jalanan ke Surabaya. Setelah sudah semuanya, bersiaplah berangkat, saya sempatkan juga sholat Dhuha 2 rokaat kali ini berharap nanti sesampainya di Surabaya bisa nambah lagi, karena dari laporan Mas Arif ada masjid di dekat gedung Bank Indonesia Surabaya.

Berangkat mengikuti arus dari Jalanan kabupaten Malang, lalu merasakan jalanan pagi yang mulai padat di Kota Malang. Di Kota Malang saya mampir ke ATM untuk transfer ke Produksi, maklum kemarin saya dikonfirmasi dapat order Kaos. Ya inilah pekerjaan saya sebagai pendagang lewat online, rezeki order kadang tak terduga. Setelah selesai transfer dan mengambil sejumlah uang untuk bekal ke Surabaya tak disangka tas saya yang berisi laptop jatuh dekat pintu keluar ATM dan kebetulan ada orang lain yang masuk. Untunglah tak terinjak, meski begitu saya masih was-was semoga laptop saya tetap sehat selalu karena kejadian tersebut.

Perjalanan dilanjutkan hingga tiba di jalan yang tak biasa saat saya ke Surabaya. Sampai-sampai saya Tanya ke sesama pengguna sepeda motor hingga polisi juga. Saya ternyata lewat jalan baru menuju arah tol, untunglah di jalan sebelum masuk tol ada jalan alternatif. Lewat Jalan Alternatif ini saya sebenarnya bingung juga, untunglah ada arah sebagai petuntuk jalan alternative ke Surabaya. Di tengah jalan ini pula saya hampir saja menyerempet atau bertabarakan dengan sepeda motor yang berpapasan karena begitu kencangnya motor yang rem saya selip sehingga pas di jalan belokan. Untunglah hampir saja dan bisa keluar dari hal ini, sepeda yang berpapasan dengan saya tak tersentuh. Setelah itu, saya melanjtkan perjalanan ini. Memang jalanan ini membuat saya bingung karena banyak perempatan, pertigaan dan juga belokan hingga tibalah di jalan yang membuat saya bertanya kepada masyarakat disitu yang kebetulan orang tua yang sepertinya tukang becak karena sedang mengatur becak. Setelah diberi penjelasan arah jalur ke Surabaya oleh Bapaknya, eh ternyata beliaunya minta persenan. Disinilah sebenarnya Tuhan menguji karena saat itu hanya uang lima puluhan ribu. Dengan sedikit bingung, saya tidak bisa member bapak itu uang persenan keinginannya. Yang membuat takjub saya, orangnya taka apa dan sebelum pergi saya sempatkan minta maaf serta minta doa pada beliau.

Perjalanan berlanjut menuju “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” hingga sampai di Kota Surabaya, saya sempatkan melihat peta yang kebetulan dibawa ada di tas untuk melihat lokasi tujuan saya yakni Gedung Bank Indonesia. Lalu saya melanjutkan perjalanan dengan arah yang sudah saya rancang lewati, meski begitu tetap saja lewat jalan lain yang tak sesuai rencana. Sempat tanya orang lagi di pemberhentian lampu merah, lalu lihat peta lagi dan akhirnya tak disangka saya bisa sampai juga di Gedung Bank Indonesia. Ada gerbang yang terlihat dibetulkan, mungkin ini adalah gerbang barat yang diceritakan Mas Arif dalam tulisannya.

Besarnya Gedung Bank Indonesia

Setelah memparkirkan sepeda motor lalu menyiapkan pakaian. Setelah itu saya menuju pintu masuk Gedung Besar ini, eh ternyata saya bertemu Mas Iskandar Zurkarnain/IskandarJet, OmJay, Pak Johan Wahyudi juga Bu Aridha yang akan masuk. Yang pertama kali menyapa saya adalah Mas IskandarJet, yang memang sudah kenal di kompasiana dan juga Kompasiana Blogshop di Kota Malang lalu. Setelah naik Lift, tibalah di lantai 5 tempat dimana “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” akan digelar. Suasana sudah terlihat ramai dengan banyak perempuan sedang ngobrol di tangga, saya ikutan menyalami mereka bersama rekan 1 lift saya yang tadi. Masuk ke dalam lagi mulai ramai juga beanyak perempuan dan ada juga pria yang kami salami menandakan kehangatan antar kompasianer. Akhirnya saya juga bertemu Mas Arif yang menulis di lomba review tentang Kota Surabaya yang katanya ditulisan yang saya konfirmasi adalah gerbang masuk Gedung Bank Indonesia sebelah barat yang masih diperbaiki. Di tengah waktu menunggu, saya sempatkan ke kamar mandi untuk buang air kecil dan juga menyegarkan diri.

Waktu terus berjalan, saya kembali ke dekat pintu masuk dan meja registrasi ada Pak Johan Wahyudi lagi asyik ngobrol bersama sahabat komapsianer lainnya. Saya pun ikutan nimbrung untuk mendapat ianspirasi dari beliau yang kebetulan akan mengisi di sesi pertama nanti. Beliau membagi buah fikirnya tentang menjadi style penulis buku ajar dengan gaya penulisannya. Beliau juga membagi tentang tulisan rok mini-nya yang dikomentari Pak Marzuki Alie di Kompasiana.

Setelah Barisan mulai habis, OmJay dengan rekannya Bu Aridha masuk ke barisan antri registrasi. Sahabat Kompasianer baru saya dari Surabaya yakni Mas Alwi mengajak saya untuk ikut ke barisan Antri juga. Dari kejauhan saya lihat juga Mas Junaedi Jun dan rekannya juga mau ikutan mengantri. Saat giliran saya mengisi tanda kehadiran ada yang aneh dari daftar tersebut, nomer saya naik 1 peringkat dari list Update Peserta yang ditulis admin yang saya baca.

Yang aneh lainnya adalah warna 2 orang perempuan yang penerima tamu bajunya bewarna orange yang memang sama dengan “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” sebelumnya di Bandung. Namun anehnya, kenapa wana orange ya? Khan warna dominan Bank Indonesia biru. Pertanyaan ini belum terjawab hingga sekarang, saya hanya berfikir mungkin dari logo iB Perbankan Syariah Bank Indonesia ada sedikit warna Orange di logo seperti matahari-nya.

Setelah saya dan kompasianer lainnya mengisi form registrasi masuk lalu diberi Tas Kompasiana yang isinya bingkisan menarik, kita membubuhkan tanda tangan di X-Banner yang telah disediakan. Karena saya registrasi agak akhir lokasi tanda tangan tersebut sudah mulai penuh, untunglah ada sedikit space di atas dekat tanda tangan Mas Iskandar sepertinya.

Masuk ke ruangan yang bernama Hall Singasari ini saya begitu takjub, sungguh luas sekali. Jarak meja peserta dengan pintu masuk juga agak jauh menandakan kebesarannya. Saya lihat di depan pintu masuk tadi juga ada ruangan lain, sepertinya juga besar untuk ruangan meeting. Sepertinya banyak ruangan di gedung Bank Indonesia yang memang besar ini. Masuk ke Hall Singasari ini sudah terlihat cukup banyak peserta di tempat depan yang sudah mempunyai meja dan tempat duduk. Saya bingung akan memilih dimana, saat mau duduk bersama Mas Junaedi Jun dan rekannya mata saya tertuju pada Mas Alwi yang tempatnya agak depan. Saya menganpirinya dan akan duduk di dekatnya yang kebetulan dekat dengan mic untuk pertanyaan peserta nanti. Sebuah kebetulan juga bagi saya yang kalau ada sesi pertanyaan bisa dekat dan lebih cepat menghemat waktu menuju mic.

Pembukaan dimulai dengan Pemahaman

iB Perbankan Syariah Bank Indonesia memiliki semangat yang sama dengan Kompasiana dalam menyelenggarakan “iB Kompasiana BlogShop”

MC (Master Ceremony) yang dari tadi berkoar selamat datang bagi para Kompasianer mulai membuka acara dengan mempersilahkan Bapak Nurhadi dari perwakilan iB Perbankan Syariah Bank Indonesia. Pak Nurhadi membuka sambutannya dengan mengharap berkah Allah SWT. Beliau lalu menyampaikan iB Perbankan Syariah Bank Indonesia mensponsori “Film Negeri 5 Menara” mempunyai pesan bersungguh-sungguh (Man Jadda Wajada) sama dengan iB Perbankan Syariah Bank Indonesia. Beliau juga menjelaskan iB Perbankan Syariah Bank Indonesia memiliki semangat yang sama dengan Kompasiana dalam menyelenggarakan “iB Kompasiana BlogShop”. Semangat persahabatan dalam Film negeri 5 Menara juga jaringan yang kuat di Kompasiana sama dengan semangat membangun Perbankan berbasis Syariah dari iB Perbankan Syariah Bank Indonesia. Kalau di “Film Negeri 5 Menara” adanya persahabatan di pesantren dalam mewujudkan mimpi, di iB Perbankan Syariah Bank Indonesia mempunyai semangat persahabat serta kekeluargaan dimana nilai keberhasilan dimulai dengan cara bagi hasil yang baik dengan semangat kemitraan. Dijelaskan pula kegiatan “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” adalah dalam rangka untuk mempromosikan Perbankan Syari’ah. Sedangkan iB dari penjelasan beliau adalah merek industry Bank Syari’ah yang dikelola Bank indonesia

Beliau juga menjelaskan dalam mendukung Produk Perbankang berbasis Syariah itu iB Perbankan Syariah Bank Indonesia melakukan kegiatan yang salah satunya adalah kegiatan “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara”. Di lain waktu nantinya beliau memberikan penjelasan bahwa akan menyelenggarakan event lain yang mendukung Perbankan Syariah di Indonesia.

Sebelum masuk ke sesi pertama MC merefresh peserta dengan mencari peserta terjauh di “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” Surabaya kali ini. Dan Akhirnya Mbak Tia-lah yang terpilih dari Sumatera Barat. Sebuah perjuangan yang dikagumi oleh peserta yang lain.

Inspirasi Menulis dari Seorang Guru

Waktu mulai menyongsong siang, lepas dari jam 10an pagi tadi. Akhirnya MC memanggil Pak Johan Wahyudi untuk memulai aksinya di sesi pertama ini. Pak Johan diperneankan ke Kursi Inspirasi ucap sang MC. Entah mengap disebut Kursi Inspirasi, otak saya mulai berfikir mungkin beliau adalah inspirator yang ditunjukkan pengelola Kompasiana untuk menyampaikan inpirasinya. Pak Johan bersiap di depan. Entah mengapa dengan mic yang sepertinya belum bisa mengantarkan suara beliau dengan nyaman, lalu akhirnya bisa lancar kembali. Selanjutnya Pak Johan mulai membuka Slide-nya. Beliau juga sempat melontarkan guyonan karena sama-sama kecil tubuhnya dengan beliau kalau Messi juga berasal dari Sragen, tawa peserta membahana saat beliau menyampaikan hal itu.

Pak Johan melanjutkan pembicaraanya kalau dengan menulis beliau bisa sekolah hingga S3, naik haji, beli Pohon jati, hingga beli Rumah gratis juga dari hasil menulis beliau. Beliau memulai waktu pembicaraan-nya ini dengan memperlihatkan bahwa Penulis adalah pekerjaan hebat. Selama beberapa waktu kedepan beliau akan sharing pengalaman menulisnya sekitar 6 tahun yang menghasilkan 60-an buku. Tulisannya juga kebanyakan adalah seputar buku ajar di bidang pendidikan, pun begitu juga di kompasiana. Namun jika beliau menulis Politik itu karena beliau resah ramainya isu rok mini yang disampaikan Pak Marzuki Alie, eh ternyata ketua DPR ini juga mengomentari tulisan beliau di Kompasiana secara panjang lebar. Memang dilihat dari aktivitas Pak Marzuki Alie selama beberapa waktu ini jarang sekali menulis di kompasiana, ada harapan kompasianer lain di komentar pak Johan agar Pak Marzuki Alie kembali menanggapi komentar jawaban komapsianer lain tersebut. Ada pula yang bertanya apakah ini benar Pak Marzuki Alie, dilihat dari akun dan tulisannya di Kompasiana bisa dipastikan memang itu adalah akun Pak Marzuki Alie. Pak Johan dalam tulisannya memang menjelaskan bagaimana rok mini secara wajar bisa menggangu aktivitas menulisnya jika di depannya ada orang berpenampilan demikian.

Seorang Guru adalah pengembang jadi semestinya menulis buku, demikian kata Pak Johan

Memang sebagai guru memang selayaknya menulis buku ajar karena selama ini penulis buku ajar rata-rata adalah dosen yang dalam ranah pendidikan bahasanya kurang menyentuh siswa, sedang dosen lebih ke bahasa tingkat tinggi dewasa. Beliau juga menjelaskan ilmu itu ibarat air laut, semakin diminum maka akan semakin haus akannya. Atau mungkin kata peribahasa semakin belajar akan ilmu maka akan semakin merasa bodoh, karena memahami luasnya jengkal ilmu itu. Pak Johan menjelaskan kalau gelar sebenarnya tak perlu dicari tapi akan diberi. Seperti dicontohkan beliau pernah menjadi “Guru Teladan” dan pernah sempat dicalonkan juga sebagai kepala sekolah namun beliau menolak jabatan itu. Sedang untuk Royalty buku pak Johan sudah menyentuh di 8 digit, hal ini mengundang decak kagum peserta “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara”. Spesialisasi beliau adalah buku pelajaran, lalu ditunjukkanlah sebagian buku pelajaran yang telah dihasilkannya. Dari spesialisasi ini dispesialisasikan lagi pada tingkatan SMP hingga SMA, beliau memaparkan jika menulis buku Pelajaran SD memiliki tantangan tersendiri karena bahasanya berbeda dengan tingkatan SMP-SMA yang lebih kea rah remaja-dewasa. Beberapa penulis dunia seperti yang beliau tunjukkan dalam slide beliau dikayakan dari buku karya mereka.

Dalam penjelasannya akan kritik, bahwa seorang penulis harus akomodatif akan kritik dan caci maki. Kritik ungkap beliau jangan sampai mereduksi fikiran. Seperti saat editor penebitan member kritikan pada buku yang akan terbit, maka haruslah dihormati karena kritikan bisa jadi sumber perbaikan bagi buku yang akan diterbitkan. Beliau menjelaskan lagi lebih suka menjadi peserta daripada pembicara, hal ini karena peserta dapat menjadi pendengar yang mencuri ilmu pembicara. Beliau mengibaratkan seperti pacarannya saat muda, Penulis adalah seorang pencuri yang baik. Beliau melanjutkan Penulis adalah juga pembaca yang baik. Hal ini karena kebanyakan orang ingin jadi penulis yang baca dibaca sedang ia jarang membaca tulisan penulis lainnya, seperti pula banyak penulis yang ingin bukunya dibeli orang sedang ia tak pernah beli buku penulis lainnya. Perilaku guru di Indonesia juga perlu diperbaiki ujar beliau, karena disuruh membaca buku saja susah apalagi membeli buku. Pak Johan memberikan penjelasan lainnya kalau penulis adalah pendengar yang baik, hal ini seperti mendengarkan kritik dari orang lain. Namun bila tulisan beliau sudah dikomentari berbau debat kusir, beliau lebih sering meninggalkannya karena diskusi adalah hal yang disenangi beliau. Lanjut penjelasan beliau banyak guru yang lebih sering memperhatikan penampilannya, hal ini dicontohkan dengan banyaknya bercermin di sekolah. Penulis adalah pembicara yang baik, hal ini ditunjukkan Pak Johan dengan menyampaikan ilmunya di berbagai seminar dan hari ini di “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara”. Beliau menyampaikan lupa menampilkan CV-nya di awal tadi, mungkin agar peserta mengetahui beliau lebih dekat.

Cara Mudah menulis buku kata Pak Johan adalah dengan ketekunan, seperti menulis 1 halaman tiap hari maka dalam kurun waktu 1 bulan akan menghasilkan 30 halaman. Lalu beliau melanjutkan dengan bagaimana cara menyusun buku, yakni:

1.Baca kebutuhan pasar

Membaca kebutuhan pasar ini dicontohkan beliau dengan target pembaca buku beliau. Karena menurut beliau buku yang dihasilkan adalah untuk pembacanya bukan untuk penulisnya. Oleh karenanya memahami gaya bahasa pembaca adalah hal wajar dimengerti oleh penulis agar sesuai dengan target kebutuhan pasarnya.

2.Libatkan 2 pakar

2 pakar disini adalah dalam hal Bahasa dan juga materi (yakni kita sendiri). Pakar bahasa ini sangatlah penting dalam mengkoreksi bahasa yang kita gunakan untuk disinkronkan dengan pemahaman bahasa  pasar. Menyunting tulisan kata beliau biasanya hitungannya dalah lembaran.

3.Buat Mind Set/daftar isi lalu dikembangkan

Membuat mind set atau daftar isi ini untuk membuat kita memberikan alur pada buku kita. Pak Johan juga melanjutkan dengan teknik membaca buku yang baik adalah mulai dari daftar pustakanya, dicari titik utama penjelsan dalam buku tersebut.

4.Minta Pendapat/catatan pakar luar

Minta pendapat pakar lain tujuannya salah satunya untuk menaikkan daya saing buku. Biasanya buku dengan pendapat dari pakar yang lain lebih memiliki tingkat daya beli tinggi.

5.Publikasikan!

Kebanyakan penulis baru mencari penerbit sedang tulisannya belum dibuat. Nasehat Pak Johan adalah dengan membuat naskah terlebih dahulu, jika telah punya naskah maka penerbit yang akan berjejalan kepada penulis. Di penerbitan ada editor yang akan mengkoreksi tulisan penulis apakah layak untuk diterbitkan buku oleh penerbit.

“Cara mengawali menulis yang mudah baginya adalah pergi ke toko buku lalu mencari buku best seller, lalu perbaiki buku tersebut”

Pak Johan masih semangat didepan peserta “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara”  yang juga antusias memperhatikan beliau. Beliau melanjutkan penjelasannya melalui gambaran di slide dengan proses mengawali menulis. Cara mengawali menulis yang mudah baginya adalah pergi ke toko buku lalu mencari buku best seller, lalu perbaiki buku tersebut. Karena menurut beliau setiap buku memiliki tidaklah sempurna pastilah ada kekurangan yang harus diperbaiki. Pak Johan juga memberikan nasehat lagi yang hampir sama dengan di awal sesi tadi bahwa jadilah orang khusus bukan orang umum. Beliau melanjutkan ketika telah menjadi penulis dan buku diterbitkan, maka saat itulah beliau mengetahui kekurangan bukunya. Lanjut beliau bahwa penulis memang kelemahan buku diketahui oleh penulisnya. Jika seudah diketahui kelemahan buku beliau, maka di edisi revisi-lah perbaikan-perbaikan itu dilakukan.

Senjata Modal penulis adalah Ketekunan, sedang musah penulis adalah malas. Karena hal inilah lanjut beliau penulis haruslah memiliki konsistensi dalam menulis. Disela-sela penjelasan beliau ini disampaikan juga info yang menarik bagi peserta yakni adanya hadiah 25 juta bagi penulis novel yang dikirim batas akhirnya November 2012, lanjut beliau dengan menyarankan membuka blog johanwahyudi.info untuk mengetahuinya lebih lanjut. Peserta pun tergiring membuka blog beliau ini. Info menarik lainnya adalah tentang menulis buku mata pelajaran pada tahun 2013 akan dapat kucuran dana 75 juta. Info menarik ini semakin membuat peserta antusias menjadi penulis. Beliau melanjutkan slide dengan penjelasan jenis buku mulai dari isi (fiksi dan non fiksi). Mengetahui jenis buku yang akan kita tulis memang penting, karena sebagai wawasan untuk membentuk spesialisasi kita. Beliau menambahkan mencetak diri menjadi spesifik agar mudah dikenal. Sedang untuk menulis buku ajar atau mata pelajaran bisa melihat petunjuknya di KTSP sebagai rujukan. Menjadi penulis buku ajar memiliki kelebihan yakni karena materinya sudah ditetapkan, sistematis penulisannya, hingga omsetnya yang besar karena target penjualan adalah siswa sekolah jika beli 1 maka satu kelas bahkan 1 sekolah akan membelinya. Pun demikian lanjt beliau ada kekurangan dari menulis buku ajar yakni masa edar terbatas pada kurukulum yang berlaku, perlu penguasaan bahasa untuk ke peserta didik (siswa sekolah) hingga omset-nya yang relatif kecil. Pak Johan menjaga namanya memang sebagai penulis buku ajar, karena menjaga nama lebih susah daripada mencari nama.

Diakhir penjelasannya Pak Johan memberikan tips menembus penerbitan dengan salah satunya menjaga komunikasi yang baik dengan editor. Apabila diberikan saran oleh editor untuk direvisi atau diperbaiki maka penulis baiknya mematuhinya bukan bersikeras dengan tulisannya, hal ini seperti telah dejelaskan tadi bahwa editor adalah yang akan menganggap tulisan buku kita layak diterbitkan atau tidak. Sebelum mengakhiri dan masuk sesi Tanya jawab beliau menunjukkan handphone beliau yang masih butut ketimbang peserta yang sebagian sudah mempunyai yang cukup bangus hingga backberry, lalu setelah itu tak disangka beliau memberikan kuis mengenal karakter peserta mulai dari gambar bangun yang ditanyakan jumlah peserta yang menyukainya mulai dari kotak/segi empat, segitiga hingga lingkaran. Setelah menemukan jumlah peserta yang menyukai masing-masing bangunan beliau menjelaskan kalau yang menyukai bangun kotak/segi empat adalah mereka yang suka pelajaran Sosial, sedang untuk gambar bagun segitiga adalah mereka yang suka pada pelajaran Matematika, dan yang membuat lebih riuh suasana adalah penyuka gambar lingkaran adalah mereka yang suka pelajaran seks. Setelah kuis dengan gambar bangun, beliau melanjutkan dengan kuis gambaran wajah. Hal ini membuat mungkin sebagian peserta tak mau dijebak seperti sebelumnya, pak Johan pun membujuk agar ini buka dianggap sebagai jebakan. Sebagai penutup sebuah kata dari beliau, bahwa gedung sebesar Bank Indonesia ini dimulai dari satu batu bata pun begitu buku setebal apapun dimulai dari kata.

Selanjutnya MC masuk ke acara dan membimbing untuk adanya tanya-jawab dengan Pak Johan. Ada beberapa penanya yang diberikan kesempatan karena waktunya tak terasa memang sudah lebih dari jam 12 ditunjukkan di laptop saya. Dari pertanyaan peserta, beliau mulai menjawab satu persatu pertanyaan. Mulai dari kesukaan beliau menonton TV, ternyata Pak Johan menyukai kartun dan bola sedang sinetron kata beliau bisa membuat jadi malas. Belaiu juga memberikan tips dari pertanyaan peserta tentang dalam membuat buku ajar dimulai dengan naskah mentah terlebih dahulu. Selanjutnya beliau menjawab tentang plagiasi dalam dunia kepenulisan. Beliau memberikan gambaran plagiasi adalah meganggap karya orang lain itu karya kita. Mengenai pertanyaan lain tentang karakter, kata beliau yang cukup apik adalah untuk melihat karakter kita, lihatlah saat orang lain nyaman dengan kita maka itulah karakter kita sebaiknya.

Sesi dengan Pak Johan Wahyudi guru yang sangat inspiratif ini ditutup oleh MC, dilanjut dengan bagi-bagi tiket gratis nonton “Film Negeri 5 Manara” di XXI oleh MC dengan mencari manusia termuda sebagai peserta iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” di Surabaya kali ini. Ternyata ditemukanlah sosok dengan paggilan Uci sebagai peserta termuda. Setelah itu MC mempersilahkan peserta untuk menjalankan sholat. Saya pun bersama Sahabat Komapsianer lainnya bergegas menuju masjid di gedung bank Indonesia ini di lantai 1. Ternyata besar juga masjid di gedang yang besar ini juga. Sholat ternyata sudah dimulai dengan imam pak Satpam Gedung bank Indonesia. Setelah sholat berjama’ah saya melanjtkan sholat jama’ untuk ashar nanti karena sedang dalam perjalanan.

Kharisma Sang Penulis negeri 5 Menara

Seusai sholat saya sempatkan membaca beberapa bacaan buletin di masjid ini, lalu selanjutnya menuku lift lagi untuk kelantai 5 lokasi “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara”. Wah, ternyata saya bertemu Mas Ahmad Fuadi penulis best seller Negeri 5 Menara dan Ranah 3 warna. Saya pertama kalinya bersalaman dengan beliau, kesan ramah, senyum juga cara berpakaian dengan tas kecil yang dibawa-nya mungkin tak terkira bahwa beliau adalah penulis yang telah banyak menjelajah banyak Negara. Sempat berbincang sebentar namun sudah sampai di lantai 5, waktu terasa sangat sempit saat itu saat mau mengajukan semua pertanyaan di otak saya tentang Novel, Film hingga kegiatan beliau.

Sambil menunggu Mas Ahmad Fuadi memulai aksinya, saya dan sebagian sahabat Kompasianer yang belum makan menikmati hidangan makanan dari Panitia “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara”. Saya sambil juga sempatkan menjawab mention di twitter dari sahabat Komapsianer baru, teman yang me-mention lainnya hingga calon istri yang kebetulan ingin saya ajak ternyata waktunya mepet jadinya tak bisa ikut; semoga saja di kopi darat (kopdar) atau iB Kompasiana Blogshop lagi bisa ikut. Makanan yang tersaji dalam bentuk kotak ini memang cukup lezat ditambah lagi suasana lapar karena perjlanaan yang jauh Kabupaten Malang-Surabaya hingga mengikuti semangatnya Pak Johan tadi.

Akhirnya saat yang ditunggu tiba, MC memanggil Mas Ahmad Fuadi untuk memberikan pengalamannya dan ilmunya. Mas Ahmad Fuadi memang sedikit telat memenuhi panggilan tersebut karena menyempatkan berfoto bersama dahaulu dengan peserta. Banyak yang menunggu apa yang akan disampaikan beliau saat berada di panggung acara. Beliau memulainya dengan memperkenalkan diri perjalanan hidupnya melalui video yang telah disiapkannya. Video ini hampir sama seperti cerita Alif di “Novel Negeri 5 Menara”, mulai dari berangkatnya naik bus ke Pondok Modern Gontor, aktivitasnya di Gontor, pengalamannya sebagai Jurnalis, kuliahnya di luar negeri hingga bersama istrinya mengarungi banyak Negara dengan foto yang ditayangkan dalam video tersebut. Dalam video tersebut beliau juga membetahukan kalau sangat menyukai Fotografi. Setelah memutar videonya Mas Ahmad Fuadi menceritakan bahwa dengan menjadi penulis beliau bisa berkeliling dunia, menulis juga harus menyenangkan menurut beliau. Padahal tadi telah dibuka dengan videonya, namun kali ini Mas Ahmad Fuadi membuka lagi bahwa akan share pada sesi kali ini tentang 2 Novel-nya “Negeri 5 Manara” & “Ranah 3 Warna” yang ada hubungannya dengan kisah hidupnya hingga sekarang.

Penggagas Komunitas Menara ini kemudian membuka slide yang akan disampaikannya, dimulai dengan pertanyaan kepada peserta mengapa membaca Novel? Ada banyak jawaban bergemuruh, mulai dari untuk mendapat motivasi hingga kesenangan. Setelah mendengar jawaban sebagian peserta, beliau memberikan gagasan menulislah untuk kebaikan jika ingin menulis. Ustadz Beliau waktu nyantri di Ponsdok Modern Gontor mengatakan kalau menulis bisa membuat awet muda, maka wajarlah banyak yang bermunculan saat ini tentang writing is healing. Disambungnya lagi jika menulis saat ini di era digital maka akan terus dibaca, menulis bisa menjadi kekuatan meskipun hanya sebatas menulis status facebook atau twitter. Pengalaman beliau dengan istrinya ternyata juga pernah menyusuri jejak ekspedisi Toriq bin Ziyad, sungguh pengalaman yang luar biasa untuk anak yang dulunya biasa dari Padang. Tulisan yang saat ini masih dipakai dicontohkannya adalah kitab Bidayatul Mujtahid yang dipakai di Pondok Modern Gontor hingga sekarang. Tulisan menurut beliau bisa jadi apa saja, pun tak terfikir oleh Novel beliau bisa dijadikan Film yang saat ini sudah sekitar setengah juta masyarakat Indonesia menontonnya. Hingga beberapa waktu yang lalau di suatu daerah beliau bersama warga dan anak-anak menonton Film yang disponsori iB Perbankan Syariah Bank Indonesia ini dengan layar Tancap. Sebelum ke slide berikutnya, beliau memutarkan video kesuksesan di balik layar “Film Negeri 5 Menara”. Sungguh sesuatu yang menakjubkan, suasana shooting hingga candaan antar pemain dan kru serasa mengingatkan kembali akan Film tersebut bagai sebagaia sahabat Kompasianer yang telah menonton Film ini.

Menulislah Untuk kebaikan jika ingin menulis, Menulis sebuah Kekuatan meski sekedar status facebook dan twitter

Setelah dengan antusias mengikuti alur video tersebut, Mas Ahmad Fuadi melanjutkannya dengan tips proses menulis beliau. Berikut ini 4 elemen membentuk Tulisan yang baik yang beliau sampaikan:

1.Why?

Langkah pertama adalah menemukan alas an menulis, kenapa menulis?. Karena menulis juga butuh alas an untuk melakukannya. Beliau mengutarakan semakin kuat alas an menulisnya, maka akan membuatnya semakin semangat dan kuat dalam menulis.

2.What?

Berikutnya Mas Ahmad Fuadi menjelaskan tentang what yakni mencari tahu apa yang kita paham, suka atau peduli. Dengan mencari tahu apa yang kita senangi, maka itu akan menjadi obat kita dalam menulis. Lalu beliau memperlihatkan foto Pondok Modern Gontor yang ketika tinggal disitulah dia merasa senang dan menjadikannya dalam sebuah karya Novel hingga best seller saat ini.

3.How?

Berikutnya beliau menjelaskan tentang bagaimana cara menulis. Hal ini penting untuk membuat tulisan kita berkualiatas, maka carilah referensi yang mendukung. Karena menurut beliau menulis apa saja butuh riset. Disinilah terkuak bagaimana usaha beliau dari seorang jurnalis untuk menjadi penulis novel yang handal, dicarilah rujukan menulis yang baik yang berbahasa Inggris. Kenapa berbahasa Inggris? Beliau menjelaskan literature dalam bahasa Inggris lebih lengkap dan bahkan lebih mendalam bahasannya dengan 1 buku menjelaskan 1 spesifik dalam proses menghasilkan tulisan, hal ini berbeda dengan buku di berbahasa Indonesia yang kadang lebih menjelaskan dalam bentuk general dalam 1 buku. Proses mencari referensi hingga buku-buku proses menulis dalam bahasa Inggris ini dimaksudkan beliau untuk melebihkan usaha dari orang lain, karena dengan melebihkan usaha dari orang lain inilah makna lain mantra Man Jadda Wajada diaplikasikan beliau.  Hingga membongkar diary dan surat-surat komunikasi dengan ibu beliau saat masih di Gontor pun dilakukan, namun hal ini dapat sedikit memudahkankan karena kebiasaan pengarsipan dari Pondok Modern Gontor dahulu.

4.When?

Selanjutnya adalah menentukan kapan menuliskannya, dimisalkan oleh Mas Ahmad Fuadi adalah mulai malam ini atau menulis setiap hari. Atau juga menulis dengan mencicilnya, jika ¼ halaman tiap hari maka dalam 1 tahun akan menghasilkan sekitar 100-an halaman. Hampir sama dengan Pak Johan Wahyudi tadi, mas Ahmad Fuadi juga menjelaskan menulis itu mudah, masalahnya adalah ketekunan.

Dari keempat proses menulis tersebut digambarkan Mas Ahmad Fuadi akan menghasilkan tulisan yang baik. Tak terasa beliau juga akan mengakhiri dan berlanjut sesi tanya-jawab, namun sebelumnya beliau memutarkan trailer “Film Negeri 5 Menara” yang dilanjut dengan penjelsan beliau kalau Royalty dari Film tersebut akan disumbangkan ke komunitas yang digagasnya yakni “Komunitas Menara”. Sesudah trailer ini MC dengan menawarkan kepada Mas Ahmad Fuadi untuk peserta bertanya, cukup banyak yang bertanya dalam sesi ini dengan terlihatnya antusias peserta. Dari pertanyaan peserta, Mas Ahmad Fuadi menjawabnya dengan tenang membuktikan kharismanya sebagai penulis berbakat memang tak diragukan lagi. Beliau juga sempat memperlihatkan Novel ke-3 yang belum selesai tuntas pengerjaannya, namun sudah tersingkap sedikit meski saya kurang jelas. Beliau menulis novel tersebut juga dengan mencicil serta jika diperbolehkan penulis ke-2 dalam novelnya dialah istri beliau yang memperbaiki dan koreksi tulisan Mas Ahmad Fuadi. Waktu terus berputar hingga muncul pertanyaan umum tentang perbandingan Novel dan Film, jawaban beliau adalah tak menyangkal hal itu namun novel dengan film memang tak bisa dibandingnya karena Novel yang berisi 400-an halaman dengan Film yang durasinya sekitar 2 jam. Tentu memang peminat Film lebih banyak karena hanya dengan menonton 2 jam sudah bisa mendapat pesan-nya yang hal ini berbeda dengan membaca Novel yang tebal.

"Pengalaman tidak bisa berarti apa-apa jika tidak dipakai" (A. Fuadi)

Beliau juga menjelaskan pengalamannya selama ini tentu tak ada apa-apanya bila tak dipakai, dilanjutkan beliau lagi keberuntungan itu hadir setelah berkali-kali mencoba. Hingga proses mengambil judul pun dipaparkan kalau dengan proses bertanya kepada sahabat disekitar hingga ustadz-ustadz di Gontor, memang ada yang kurang bagus hingga yang bagus disatukan dan dipilih dan dikorelasikan hingga menemukan kata yang tepat untuk diambil sebagai judul. Penulis best seller inspiratif ini pun menjawab pertanyaan tentang alur kerja menulis beliau yang dimulai dengan proses mind mapping. Proses ini menggambarkan yang abstrak dalam otaknya dalam sebuah rangkaian untuk mudah dipahami beliau. Menulis bagi beliau juga bukan hanya mengikuti trend, nanti akan dikira sebagai follower. Disini juga diungkapkan kalau tokoh Randai dalam Novel beliau adalah gabungan dari beberapa orang. Waktu sesi ini juga ada peserta yakni Mbak Fitria yang mengungkapkan cerita perjalanan hidupnya yang hampir sama dengan Mas Ahmad Fuadi dan ingin menuliskannya, sebuah jawaban dan gagasan bagus bahwa yang ditulis Mas Fuadi adalah tentang Pondok putra sedang Pondok putrid masih belum jadi bisa manjadi ide untuk Mbak Fitria ini untuk menuliskannya dalam Novel juga. Waktu kian berputar yang membuat MC menyudasi sesi tersebut, selanjutnya MC meminta mas Ahmad Fuadi untuk memberikan pertanyaan kepada peserta “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” ini, kemudian pertanyaan pertama memang tak terfikirkan oleh sebagian besar peserta saat itu yakni gambar menara apa sajakah di cover “Novel negeri 5 Menara”. Jika pertanyaan ke-2 mungkin banyak yang sudah tau siapa saja shohibul menara dalam novel beserta asal daerahnya. Sebuah kata indah dari beliau sembari menutup “Menulislah dari Hati, menulislah yg Baik, menulislah yg Bermanfa'at.

Mas IskandarJet mengungkap tentang Menulis Kreatif

Acara selesai untuk sesi itu, ternyata Penulis yang pernah jadi wartawan Tempo ini masih disibukkan dengan foto bersama hingga tanda tangan sebagian besar peserta. Saat itu saya menyempatkan ngobrol bareng dengan Mas Iskandar Zurkarnain editor kompasiana, Mas Junaedi Jun Kompasianer dari Jombang, Om Jay Kompasianer dari Jakarta juga Mas A. Dardiri Zubairi kompasianer dari Sumenep. Setelah ngobrol seru itu saya tak menyangka kalau mas Iskandar Zurkarnain yang mengisi sesi terakhir.

Sebelum memulai sesi ke-3, MC menyempatkan nanya-nanya dengan Om Jay yang dengan perjuangan mampu hadir di “iB Kompasiana BlogShop & Roadshow Negeri 5 Menara” di Surabaya kali ini yang padahal rumah beliau cukup jauh di daerah Jakarta. Selanjutnya sesi terakhir yang ditunggu dibawakan oleh Mas Iskandar Zurkarnain dengan tema menulis kreatif. Beliau memulai dengan menceritakan pengalamannya saat nyantri dahulu di Pondok Modern Gontor yang hampir sama dengan Mas Ahmad Fuadi tadi. Rombongan Mas Iskandar Zurkarnain yang sebenarnya kecil sekitar 10 orang dikira besar dan banyak oleh penduduk saat berkunjung ke sebuah desa.

"Ide datang dari banyak tempat" (Iskandar Zurkarnain)

Hampir sama seperti penulis di sesi sebelumnya dalam menulis hendaknya menulis dengan membuat prioritas tulisan. Pilih yang dikuasai, pilih yang pertama tahu atau pilih yang punya kemasan baru. Kalau di Kompasiana bisa dicontohkan seperti Mas Kimi raikko yang secara berkala menulis tentang teknologi,gadget atau internet sehingga wajar saat beliau jadi delegasi Kompasiana dalam event di Bangkok dengan Jurnalis professional; atau mungkin pak Johan Wahyudi yang spesialis buku ajar.

Kata kreatif banyak yang mengartikan, namun Mas Iskandar Zurkarnain menyimpulkan Kreatifitas itu adalah hasilnya bukan prosesnya. Hal ini tentu wajar hasil yang baik tentu melalui proses yang luar biasa juga. Selanjutnya beliau menyinggung tentang konten tulisan kreatif, yakni sebagai berikut:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun